02 : Memori Silam

268 64 58
                                    


Jeritan sang malam menanti elusan hangat mentari dalam kelamnya.

Happy Reading♥

Sorot mata itu menangkap sinar yang lebih terang dari teman-temannya yang juga berkumpul disana. Mereka mengantung begitu indah dan membentuk berbagai macam wujud yang seakan menarik bola mata Putri Jieun menatap lebih lama.

"Kau bersinar lebih terang dari bintang yang lain, yeppuda! (cantik!)" pujinya dengan tangan yang seakan memetik bintang indah itu.

Ia duduk di sebuah kursi kayu memanjang di balkon kamarnya. Udara malam seakan menyelaminya hingga tak tembus, hatinya begitu keras untuk digertakkan. Bayang-bayang wajah perempuan yang tak ia ketahui jelas, bergulat dalam imajinasinya. Tanpa sadar, rintik-rintik hujan membanjiri pipi lembutnya yang seputih kapas itu. Napasnya terasa tersengal-sengal padahal ia sedang berdiam di satu tempat. Tangannya seakan memeras parutan kelapa yang dilekatakkan di dadanya yang mulai tak karuan.
Ini sungguh menyakitkan, mengapa dunia tidak adil padaku? Tanyanya, saat semua menjadi sukar untuk dipahaminya.

🌺


Suara gamelan terdengar menghanyutkan, dengan pantulan langkah kaki yang berderu. Pandangan pilu dilemparkannya pada pintu pertemuan Raja dengan Menteri-menteri serta para penasehat istana. Ingatan akan masa mudanya bersama gadis yang membuatnya harus merasakan keputusasaan bertahun-tahun lamanya. Tak kuasa menahan bendungan air yang mulai bergulir secara perlahan-lahan, membasahi kulit yang sudah menua itu.

"Yang Mulia Raja?" seseorang memanggilnya, hingga serentak badan itu berbalik.

Wajah gadis yang pernah mengisi masa silamnya hadir dengan senyuman yang menghangatkan hatinya. Kakinya bergerak dengan begitu cepat, seakan sedang berlari. Tangan gadis itu terlentang, seakan menerima pelukan rindu pria yang telah ia tinggalkan begitu lama.

"Soo-ya," ucapnya, dengan mengeratkan pelukan itu.

Badan yang menerima perlakuan itu menjadi kaku, seakan merasakan kesedihan mendalam setelah mendengar nama yang disebut oleh Raja. Nama yang begitu indah terukir di hati pria yang sejak muda ia impikan menjadi cintanya untuk selamanya. Namun semua itu tetaplah impian yang sukar untuk diwujudkan, hingga Yeohwan menerima ini dengan biasa saja. Ini bukan kali pertamanya, namun sudah kesekian kalinya.

Hae Soo, kau gadis yang beruntung bisa mendapatkan banyak cinta dari pria yang sangat aku cintai. Aku akan berjanji padamu, aku akan menjaga putrimu. Maafkan perlakuanku dulu terhadapmu. Ucap Yeohwan dalam benaknya.

Hangat yang bersifat sementara membuat pria itu sadar, wanita yang telah bertahun-tahun menemaninya kini berdiri kaku walau bibirnya menyunggingkan senyuman. Raja merasa bersalah, karena sikapnya yang tak mampu dikendalikan. Bayang-bayang Hae Soo, akan tetap hadir dalam imajinasinya.

"Maafkan aku Ratu," ucapnya tulus, membuat Yeohwan hanya tersenyum.

Kini mereka melangkah beriringan menuju peristirahatan masing-masing, ditemani rembulan yang bersinar pada celah-celah atap bangunan istana. Hingga rasa canggung menyelimuti dua insan yang terdiam, seakan tak mampu memahami situasi yang telah terjadi.

Mengapa sulit bagiku melupakan kenangan indah bersamamu Soo-ya? Tanya Raja dalam benaknya. Namun nihil tak ada yang memberi balasan dari pertanyaannya, semua seakan gelap dan begitu kelam.

🌺

Langkah gontai terdengar memilukan, gerakan slow motion membuka pintu kamar Putri Jieun. Suasana penuh sesak menyelimuti kamar itu, seorang gadis berbaring di ranjang dengan rambut yan terurai bebas. Helaian rambut miliknya disisir lembut oleh jari-jemari seseorang yang telah duduk disisi ranjang.

TRUE LOVE (KOOKU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang