+18-

686 92 11
                                    

Tetsuya menukikkan alisnya tajam mendengar penuturan Seijuro dan Daiki. Dia mengangkat kepalanya kemudian menghembuskan nafasnya.

"Apa yang kalian bicarakan? Memang semalam aku mabuk?" tanya Tetsuya.

"Tetsu benar-benar tidak mengingat apa pun saat mabuk," ringis Daiki.

Seijuro meninju perut Daiki.

"Sudahlah. Kalian hanya mengatakan omong kosong. Aku harus bekerja tahu," kata Tetsuya kemudian mengibaskan tangannya.

"Ada apa denganmu hari ini?" Seijuro langsung menanyakan intinya.

Dia berjalan mendekati Tetsuya. Tetsuya mengangkat kepalanya dari kertas kertas itu dan mengusak surainya malas.

"Aku hanya kepikiran beberapa hal," Tetsuya melihat jam yang melingkar di tangannya.

"Jadi... kau tidak marah padaku?" tanya Daiki.

"Huh? Tentu saja tidak! Untuk apa aku marah? Ah sudah jam segini," Tetsuya kemudian menarik beberapa dokumen yang ada di mejanya.

"Mau kemana kau?" tanya Daiki.

Tetsuya menepukkan dokumen paling tebal ke dada Daiki. Dia tersenyum lebar... lebih terlihat menyeramkan sebenarnya.

"Menemui teman-temanku. Dan ini tagihan yang harus kau periksa," lalu Tetsuya berpaling memandang Seijuro.

"Ini tebal sekali," komentar Daiki.

"Tentu saja, Hyuse-kun dan Dad juga melimpahkan semua perencanaannya padaku," gerutu Tetsuya.

"Tetsuya, kita harus bicara. Ini—"

"Haaah! Dan aku harus pergi sekarang! Aku lelah! Sampai nanti!" seru Tetsuya kemudian berlari keluar.

Seijuro tersentak. Dia menautkan alisnya bingung. Ini hanya perasaannya, namun ia merasa ada yang aneh dengan Tetsuya.

"Dia... menghindariku?"

.

.

.

"Senpai!" seru Tetsuya sambil melambaikan tangannya.

Melihat surai biru yang duduk manis di salah satu meja restoran, Kotaro segera menghampirinya. Tetsuya tersenyum lebar ketika akhirnya teman-temannya datang.

"Eh? Hyuuga Senpai tidak datang?" tanya Tetsuya sambil mencari-cari sosok Hyuuga.

"Dia harus menjaga barber shop keluarganya hari ini," jelas Teppei.

Teppei melepaskan syal yang melingkar di lehernya.

"Di luar sana dingin sekali," celoteh Kazunari dengan tatapan kesal.

"Aku tidak pernah mebgatakan di luar hangat kan?" jawab Tetsuya datar.

Tetsuya meraih susu kocoknya—benar, dia sudah memesannya saat dia datang. Itu benar—lalu meminumnya. Dia suka susu kocok di restoran ini. Meski tidak senikmat Maji Burger, tapi dia tetap menyukainya.

"Setidaknya makanlah dulu sebelum meminum minuman gula itu," ringis Kotaro.

"Tidak mau," tolak Tetsuya.

"Ah sudahlah! Tet-chan memang paling kekanakan, jangan dipaksa," Kazunari merangkul gemas Tetsuya.

Tetsuya hanya berwajah datar dengan bibir menyesap minumannya.

Vorpal LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang