+21-

787 113 19
                                    

Seijuro mengangkat tubuh Tetsuya. Tetsuya meremas baju Seijuro dan menenggelamkan wajahnya ke dada Seijuro.

"Aku tidak mau ke rumah Dad," bisik Tetsuya.

Seijuro melirik Tetsuya sekilas. Dia mendudukkan tubuh kecil Tetsuya di bathtub kemudian menyalakan air hangat.

"Aku akan membunuhnya jika dia berani menyentuhmu lagi. Tenanglah," kata Seijuro.

Seijuro tidak menyukai wajah Tetsuya semalam. Wajahnya yang memerah dan terhias air mata serta air liur. Darah dan cairan putih yang menghiasi tubuhnya. Tidak. Seijuro tidak menyukainya. Seijuro tidak menyukainya ketika itu adalah perbuatan orang lain. Dan menyakiti Tetsuya.

"Maaf..." Seijuro yang bary menyiapkan busa untuk Tetsuya mandi menghentikan kegiatannya.

Dia menoleh menatap Tetsuya dan memandangnya dengan tatapan datar. Seijuro mengusap lembut leher Tetsuya.

"Untuk apa? Kau tidak memiliki kesalahan sedikit pun padaku," Seijuro menyibak surai Tetsuya.

Dia mengusap lembut pipi gembil Tetsuya. Tetsuya menyentuh jari Seijuro. Dia memandang Seijuro dengan mata birunya. Untuk sesaat, Seijuro merasa seolah Tetsuya sedang masuk ke dalam dirinya. Dia merasa Tetsuya sedang berada dalam alam bawah sadarnya. Seolah mencari sesuatu dalam dirinya.

"Aku... tidak pernah menderita homophobic," bisik Tetsuya.

Seijuro menyelipkan jarinya ke rambut Tetsuya. Jarinya mengusap lembut surai Tetsuya. Merasakan usapan hangat itu, secara refleks jari Tetsuya meremas jari Seijuro.

"Katakan padaku. Katakan padaku tentang dirimu Tetsuya. Aku berjanji tidak akan membenci atau menghakimimu," ujar Seijuro dengan mulut manisnya.

Tetsuya menunduk. Dia membiarkan tangan Seijuro mulai bergerak mengeramasi surai birunya. Jarinya bermain di air.

"Aku... lahir di Vorpal Greem," ujar Tetsuya lirih.

Seijuro menghentikan kegiatannya. Dia tersenyum kecil mendengar ucapan Tetsuya. Dia senang setidaknya Tetsuya sudah mau terbuka sedikit padanya.

"Ayahku selalu berkata bahwa aku adalah permata bagi manusia mau pun vampire, tapi aku tidak pernah mengerti. Dia selalu menceritakan banyak hal. Tapi, aku tidak pernah mendengar banyak tentang ibuku. Satu hal yang selalu kuinginkan adalah melihat matahari terbenam di Vorpal Greem," ujar Tetsuya sambil memainkan jarinya gelisah.

Seijuro mendudukkan dirinya di tepi bath up. Dia memandang ke cermin untuk sesaat, menunggu Tetsuya melanjutkan.

"Aku tidak tahu rupa ibuku. Aku hanya bersamanya hingga usiaku tiga tahun. Setelah ulangtahunku yang ketiga, dia mulai jarang menunjukkan wajahnya. Terakhir, dia menghilang saat usiaku empat tahun," ujar Tetsuya lagi.

"Lalu? Cincinmu?" tanya Seijuro.

"Ayahku memberikannya tepat sebelum ia meninggalkanku sendirian. Dia tidak memberikan penjelasan," ujar Tetsuya.

"Kuroko Hyrein adalah orang yang hebat," Seijuro memandangi cincin emasnya.

Dia menoleh memandang Tetsuya. Dia bisa melihat Hyrein dalam diri Tetsuya. Sifat keras kepala dan lembut.

"Aku mengenalnya sejak aku lahir. Dia laki-laki yang sangat mengerti tentang kekuatan. Dia benci ketika manusia disiksa untuk kepentingan vampire dan dia selalu bersikap lembut pada manusia," kata Seijuro.

"Apa... Papa sehebat itu?" Tetsuya mssih belum menangkap maksud Seijuro.

Seijuro tersenyum kecil. Dia tahu ini pasti akan sulit diterima oleh Tetsuya. Namun, dia sudah membulatkan tekadnya. Seijuro mengulurkan jarinya mengusap surai berbusa Tetsuya.

Vorpal LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang