+25-

680 104 17
                                    

"Bukankah sudah kubilang untuk menjauh dari Akashi Seijuro?" Shera menempelkan kapas dengan obat merah itu ke luka di sudut bibir Hyuse.

"Dia memancingku. Argh! Pelan-pelan!" teriak Hyuse marah.

Shera menghela nafasnya. Dia memandang Hyuse dengan wajah kesal.

"Aku dan Kuro-kun sudah sepakat untuk berteman lagi. Berhenti mengganggunya," ujar Shera kemudian kembali mengobati luka Hyuse.

"Jangan konyol," Hyuse mencengkram tangan Shera kemudian menepis tangan gadis itu.

"Hei!" Shera mengerutkan keningnya kesal.

"Pikirkan baik-baik. Bagaimana aku bisa membawanya. Vorpal Greem sudah selesai. Sekarang hanya tinggal menyingkirkan Akashi Seijuro," ujar Hyuse dengan tatapan datarnya.

"Kapan kau akan berhenti?" Shera memandang Hyuse dengan tatapan sendu.

Dia ingat sekali, Hyuse dulu tidak seperti ini. Dulu, Hyuse seperti malaikat penyelamatnya. Baik hati dan selalu tersenyum lembut. Bahkan dia selalu menganggap Hyuse sebagai kakaknya.

"Kau tidak seperti ini dulu," gumam Shera.

"Ah benar. Kapan pestanya diadakan?" tanya Hyuse.

"Satu Desember," jawab Shera.

"Bagus," Hyuse menjentikkan jarinya.

"Hyu-chan apa yang kau rencanakan?"

.

.

.

"Bagaimana bisa kau berkelahi dengannya?" Tetsuya menempelkan plester berwarna merah ke wajah Seijuro.

"Dia mengataimu," gumam Seijuro.

"Apa?" Tetsuya memiringkan kepalanya bingung.

Seijuro menarik tengkuk Tetsuya untuk menyentuhkan hidungnya dengan hidung Tetsuya. Matanya dengan sedih memandang mata Tetsuya.

"Tetsuya, katakan padaku tentang kemarin. Apa maksudmu? Hyuse Cronin memanipulasi istana?" tanya Seijuro.

Seijuro menarik pinggang Tetsuya kemudian memeluknya erat.

"Kemampuan Hyuse-kun bukan hanya memanipulasi fisik, namun juga ini," Tetsuya menunjuk kepalanya sendiri.

"Otaknya?" Seijuro mengerutkan keningnya bingung, "Lalu, bagaimana kau bisa bertahan? Dia tidak memanipulasimu sedikit pun?"

"Aku merasa dilindungi. Hanya ada satu celah darinya yang memanipulasi otakku. Orientasi seksualku," kata Tetsuya.

"Apa?" Seijuro menukikkan alisnya tajam.

Dia memangku tubuh kecil Tetsuya dan kembali memeluk tubuh itu erat. Hidungnya mengendusi aroma wangi Tetsuya. Ia menenggelamkan wajahnya pada bahu sempit Tetsuya.

"Apa kau kira selama ini aku gay? Aku normal sampai usiaku tujuh belas tahun," kata Tetsuya kesal.

Tetsuya menepuk-nepuk kepala Seijuro.

"Tapi, aku tidak menyesal. Aku menemukanmu," lirih Tetsuya.

"Tunggu, jadi kita benar-benar berkencan sekarang?" Seijuro memegang kedua bahu Tetsuya dan menjauhkan dirinya dari Tetsuya.

Mata Seijuro terlihat seperti seorang anak kecil yang baru mendapatkan mainan baru.

"Uhm... tentu," jawab Tetsuya sambil mebgedipkan matanya polos.

Vorpal LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang