+20-

1K 96 13
                                    

Tetsuya tidak tahu apa yang terjadi setelah ciuman Hyuse lepas darinya. Dia hanya bisa meyakinkan satu hal, yaitu Seijuro melepaskan tali yang terus mengekangnya. Pelukan hangat dan rasa nyaman yang membuatnya berakhir terisak dalam pelukan lelaki merah itu. Tetsuya hanya mengingat hal itu.

Sekarang, ketika ia terbangun, ia hanya melihat kamarnya yang rapi dengan lampu yang padam. Rasa hangat dari ruangan itu menghampirinya ditambah dengan selimut yang membelitnya.

"Kau sudah bangun," terakhir kali Tetsuya mendengar suara lembut itu adalah dua tahun yang lalu.

Selama sebelas tahun, suara itu selalu berhasil membuatnya tenang. Namun, sekarang suara itu tidak berarti apa pun. Sebaliknya, sekarang dia ingin suara itu menghilang. Dia ingin suara itu hanyalah mimpi buruk yang mengejarnya.

"Aku membawakanmu sup. Apa kau—"

"Kenapa kau di sini?" bisik Tetsuya dengan suara parau.

Gadis bersurai biru itu mendudukkan dirinya di sisi kasur Tetsuya.

"Hei, apa kau masih marah padaku? Kotaro-nii bilang kau sering mendatanginya karena merindukanku," ujar gadis itu, Kazuhaki Shera.

Tetsuya berbalik memunggungi Shera. Mengingat kejadian semalam, dia memejamkan matanya. Dia menyadarinya semalam. Rasa sakit ketika melihat Seijuro di sana sementara ia bercumbu dengan orang lain. Dia menyadarinya. Akashi Seijuro berhasil membuka hatinya. Membuat luka yang diciptakan Hyuse dan Shera perlahan membaik dengan kasih sayang yang diberikannya.

"Kenapa kau di sini?" ulang Tetsuya.

"Kuro-kun, kita bisa berbicara dulu kan?" Shera berusaha menyentuh bahu Tetsuya, namun Tetsuya menolaknya.

Tetsuya membutuhkan Akashi Seijuro sekarang. Bukan Kazuhaki Shera.

"Hyuse-kun memberitahu semuanya padamu," ujar Tetsuya dengan jari meremas selimut itu.

"Yeah... dia memberitahuku banyak hal," gumam Shera.

"Pergilah, aku tidak ingin melihatmu lagi," Tetsuya menarik selimut hingga menutupi kepalanya juga.

Selama dua tahun terakhir ini. Dia benar-benar dibutakan oleh rasa percayanya pada Shera. Dia merasa bodoh. Dia merasa seperti seorang idiot. Dia mengerti ketika dia melihat tatapan Hyuse semalam. Dia mengerti bahwa Shera melakukan semua ini karena Shera merasa jijik dengannya. Karena Shera mengetahui tiap sisi lemahnya dari Hyuse. Dia tahu hal itu sekarang.

"Kuro-kun, ini tidak seperti kita tidak bisa berteman lagi bukan?" ujar Shera dengan tatapan sedih.

"Kau yang merusak segalanya, Kazuhaki-san," ujar Tetsuya dingin.

Shera tersentak mendengar nada dingin dari Tetsuya. Namun, ini yang ia ekspektasikan. Tetsuya akan tahu kenyataannya ketika mereka kembali. Ketika ia bertemu dengan Hyuse.

"Aku... sudah menyiapkan supmu. Akashi Seijuro yang memasaknya. Kuharap kau cepat sembuh," ujar Shera kemudian pergi.

Tetsuya meremas selimut itu. Tubuhnya terasa sakit dan lemas. Dia tahu, seharusnya dia tidak menolak makanan itu mengingat bahwa Seijuro yang memasaknya. Namun, dia tidak bisa bergerak. Tubuhnya terlalu lelah untuk sekedar menggerakkan jari. Dia menderita.

"Aku sudah merawat luka yang diberikan b*jing*n itu padamu," ketika Tetsuya mendengar suara itu, Tetsuya berbalik dengan cepat.

Melupakan rasa sakitnya, dia berusaha berdiri mendekati lelaki bermata heterochromia itu. Tetsuya memaksa kakinya melangkah. Mengabaikan rasa sakit yang menusuk.

Vorpal LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang