Bagian 10 : "Pengakuan Tiara"

147 73 127
                                    

Hai para readers ku sayang!!!
Aku up chapter baru nih, semoga kalian suka ya.

Jangan lupa buat votmen ya!!
Warning!! Maaf typo bersebaran.

[Selamat membaca]💖

Di gedung sepi tak ternama. Aku berdiri mengenang sang raga. Raga yang dulu pernah menaburkan cinta. Tapi sekaligus menjadi luka.

🐾🐾🐾

Kezia dan Aldo sudah sampai di sekolah. Mereka sampai di sekolah kali ini lumayan pagi dari kemarennya. Di kelas Kezia waktu demi waktu terus ramai, Tiara dan Ayla juga sudah sampai ke sekolah. Tinggal satu yang belum datang, ya siapa lagi kalau bukan Gavin, anak itu selalu saja telat. Padahal ya jarak rumahnya sama sekolah itu lumayan dekat, ya sekitar tiga menitan lah kalau menggunakan motor.

"Ehh, tuh anak belum datang juga ya?" tanya Ayla.

"Aciee yang nanyain kangen ya lu sama Gavin, kalau ketemu aja suka banget berantemnya," goda Tiara yang mencolek-colek dagu Ayla.

"Ih apaan sih Tir orang nanya juga. Kalau dia nggak masuk sekolah juga nggak papa," cecar Ayla sambil tangannya terlipat di depan dadanya.

"Ahhh pantesan kuping gue panas. Ternyata ada yang ngomongi gue dari belakang." Kini orang yang sedang di bicarakan akhirnya datang juga.

"Tega kalian ngomong gue dari belakang. Abang tamvan ini langsung jatuh ke jurang yang paling....dalam," ujar Gavin yang sudah duduk di kursinya.

Sesampai di tempat duduknya Gavin mulai meraba-raba laci mejanya. Takut jika hasil curiannya hilang. Kini Gavin setelah pulang sekolah ataupun keluar istirahat, ia selalu beraksi mengambil pena ataupun tipe-x walaupun itu milik sahabatnya. Pantesan saja orang-orang kelasnya selalu menjerit kehilangan pena. Setelah Gavin meraba-raba ia tampak mengejutkan keningnya.

Perasaan gue kemaren cuman ambil pena empat ama tipe-X dua deh. Kok jadi kotak besar gini ya? - batin Gavin bertanya, kenapa ada kotak besar di lacinya ya?

"Tu Ayla tadi nyariin lu." Kini Kezia ikut mengompori percakapan mereka.

"Ah benaran dedek Ayla nyariin Abang tamvan ini. Wah senang deh akhirnya kamu kangen sama acu." Jangan di tanyakan lagi mukanya Ayla, mungkin sudah mau muntah dan cemberut. Aldo hanya diam saja tidak menganggapi karena hal tersebut tidaklah terlalu penting.

"Ehh gusy, kalian tahu nggak sih ternyata gue ada fans," ucap Gavin yang senyumannya.

"Ih dih, Vin, Vin. Pede tu di pelihara kenapa? Mana ada yang mau fans sama lu, lu kan otaknya kadang ada, kadang nggak ada," cibir Ayla.

"Hello gue nggak pernah kepedean ya. Nih buktinya ada kotak di meja gue, apalagi kalau ada yang fans ame gue kan." Gavin mengeluarkan kotak yang lumayan besar itu.
Ayla dan yang lain sangat terkejut akan benda yang di keluarkan Gavin. Ternyata benar Gavin ada fans.

"Yah elah itu palingan juga orang salah taruk."

"Ehh, bilang aja lu sirik 'kan. Sirik tandanya tak mampu."

"Ehmm, kayaknya gue mau kasih nama fans gue deh? Ape ye yang enak didengar? Fagav aja, fans Gavin atau Gavin lovers, " ujar Gavin dengan smirk smile miliknya.

"Terserah lo Vin," ujar mereka dengan kompak kecuali Aldo.

Aldo memang sedikit cuek akan hal-hal yang menurutnya tak penting untuk di dengar. Tanpa mereka sadari ada yang tersenyum bahagia atas kadonya telah di terima oleh Gavin. Berarti yang memberi kado Gavin itu satu kelas dengan mereka? Tapi siapa ya?

SMS (Sahabat, Musuh, Selamanya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang