3. Anak Yang Sama

2.6K 315 9
                                    

Pagi ini terasa begitu ramai. Bagaimana tidak? Suara teriakan milik hyung tertua mereka terdengar begitu nyaring, sangat memekakkan telinga. Bahkan Yoongi saja yang notabenenya sulit dibangunkan malah terbangun dengan mudah. Semua kekacauan ini terjadi karena alien kecil yang menyebalkan, siapa lagi kalau bukan Kim Taehyung. Anak itu baru saja berulah, dia baru saja melemparkan ponsel milik Seokjin, Taehyung bilang itu tidak disengaja. Semuanya berawal dari rengekan anak itu yang ingin dibelikan ponsel. Dan Seokjin hanya bilang, "minta saja pada Kim Namjoon! Hyungmu yang tukang merusak itu!" sebenarnya Seokjin pun hanya bercanda, tapi memang pada faktanya pria yang sering dipanggil oleh Jimin dengan sebutan Moonie itu tukang merusak.

Lalu saat Seokjin berkata seperti itu, Taehyung malah menangis, menendang semua barang yang ada dihadapannya, sampai sampai kaki meja pun di tendang hingga membuat jeritan seorang Kim Taehyung tidak terelakkan. Namun untungnya pagi ini Hoseok bangun lebih cepat dari biasanya, sehingga bisa menenangkan anak itu, tapi tetap saja, ia masih merengek ingin ponsel. Seokjin merasa kepalanya benar-benar dibuat ingin pecah, akhirnya ia meminjamkan ponsel miliknya sambil berkata, "Tae, kau belum boleh memiliki ponsel, oke? Tapi aku dengan sangat berbaik hatinya meminjamkan padamu. Jadi, berhentilah merengek, mengerti?" Taehyung hanya menganggukkan kepalanya. Tanda mengerti. Ia pun berhenti merengek dan menangis walaupun rasa sakit dikakinya belum hilang sepenuhnya, masih terasa berdenyut.

Akhirnya karena bingung dengan apa yang akan dilakukan, ia bertanya pasa Hoseok yang berada disampingnya. Lalu Hoseok menyarankan anak itu untuk menonton kartun kesukaannya sajaㅡpororo, di youtube. Dan anak itu hanya mengiyakan saja, sampai saat dia penasaran dengan video yang bergambarkan seseorang yang mirip dengan Jimin. Saat ia membuka videonya dan mulai menontonnya, Taehyung benar-benar terkejut karena ternyata itu adalah video yang berisi jumpscare, karena itulah ia melempar ponsel milik Seokjin. Sangat tekejut, bahkan Hoseok saja yang berada disampingnya ikut berteriak karena gerakan tiba-tiba dari Taehyung. Dan yang membuatnya lebih terkejut, ia melihat ponsel milik hyung-nya itu tergeletak di lantai dalam keadaan yang mengenaskan. Layarnya retak. Jantungnya terasa berhenti saat mendengar suara Seokjin yang mengeluarkan kalimat dari bibir miliknya dengan nada bicara khasnya. Yah . . . Kurang lebih seperti itu awal mula terjadi kebisingan pagi ini.

Sampai sampai, Min Yoongi hampir saja mengeluarkan kata-kata mutiaranya terhadap Taehyung kalau saja tidak ada Jimin yang mengalihkan perhatiannya dengan beralasan ada tugas yang tidak ia mengerti. Tapi pada faktanya memang begitu, hanya saja, Jimin terlalu malas berfikir sehingga ia  berkata bahwa dirinya tidak bisa. Dan untungnya Yoongi langsung percaya saja. Pria berkulit pucat itu mengajak Jimin untuk mengerjakannya di taman yang berada dekat dengan sky home. Dan drama ponsel yang terlempar itu masih terus berlanjut sampai dengan hati yang ikhlas, Kim Namjoon memisahkan perdebatan antara hyung-nya dan sepupunya. Ah, aku lupa. Jadi Kim Taehyung itu sepupu dari Namjoon. Memang terkadang Seokjin itu bisa kekanakan seperti itu. Tidak apa-apa, hitung hitung menghibur saja.

Dan setelah beberapa saat, akhirnya keduanya berbaikan, dengan syarat kalau Taehyung jangan merengek meminta dibelikan ponsel, boleh pinjam asal tidak boleh ada kerusakan. Wajar saja, Seokjin hanya takut ponselnya rusak. Walau bagaimanapun, Kim Taehyung itu masih satu keturunan dengan Namjoon. Tidak menutup kemungkinan bahwa anak itu juga bisa saja mendapat sedikit gen penghancur dari kakek atau neneknya.

"Hyung, aku mau membeli camilan. Mau menitip tidak?"

"Aku! Aku! Belikan aku kimchi! Jangan lupa dengan marshmallow-nya!" dengan tidak tahu malunya Taehyung bilang seperti itu. Padahal dia menawarkan pada Seokjin. Tapi karena tidak mau ada perdebatan lagi akhirnya dia iyakan kemauan keponakannya itu.

"Hobi-ya? Tidak akan menitip sesuatu?"

"Tidak, tapi tolong belikan aku kopi saja."

"Itu juga termasuk menitip idiot." dengan sewotnya, Seokjin berbicara seperti itu pada Hoseok, lelaki itu hanya mencetak cengiran diwajahnya sambil membuat pose pada jarinya seperti pistol dan mengarahkannya pada Seokjin. Yang tertua hanya memutar bola matanya dengan malas. Lalu setelah itu, Namjoon berpamitan kepada orang yang berada di ruangan ini dan berangkat ke market yang akan ditujunya.

Saat ia dalam perjalanan, seperti biasa, pria itu selalu menyenandungkan lagu yang menjadi favoritnya belakangan ini. Hari sudah beranjak siang, tapi matahari tidak menampakkan sedikitpun sinarnya. Di langit hanya terdapat awan mendung yang siap untuk memuntahkan air yang sudah di tampungnya dalam beberapa minggu ini. Tetesan tetesan air mulai membasahi tubuh pria itu sedikit demi sedikit. Ia pun mulai berlari kecil untuk mencari tempat berteduh. Sayang sekali, tempat ia akan berbelanja jaraknya lumayan jauh. Apalagi jalan yang biasa dilewatinya ditutup. Harus mengambil jalan yang mengelilingㅡlebih jauh. Saat hujan terasa mulai turun dengan deras, ia dengan cepat mencari tempat untuk berteduh. Sialnya hanya ada tempat yang menjijikan ituㅡtempat para jalang, tapi untungnya karena hari masih siang maka tempat tempat seperti itu tutup. Karena tidak ada pilihan lagi, akhirnya Namjoon mulai berlari ke tempat yang bisa disebut gedung yang tidak terlalu besar mungkin? Entahlah, yang ia pikiran hanya pakaiannya yang sudah sedikit basah. Saat sampai di depan gedung itu, Namjoon mulai menggosokan kedua tangannyaㅡmencari kehangatan, untuk menghilangkan sedikit rasa dinginnya.

Ia hanya celingukan seperti orang linglung. Lagipula jika diperhatikan memang tidak ada orang yang berlalu lalang. Kota ini memang kota yang dikategorikan sebagai salah satu tempat yang sepi. Sebernarnya tidak juga, hanya saja jika dibandingkan kota lainnya, frigocia memang tidak memiliki aktivitas yang padat seperti kota pada umumnya. Tapi jika ada festival tertentu, kota ini dapat berubah menjadi lebih berwarna dan menyenangkan. Namjoon tidak masalah kok dengan tempat sepi seperti ini. Toh dengan sedikitnya aktivitas diluar rumah membuat lingkungan dan alam yang ada disekitarnya tidak terganggu.

Saat sedang menunggu hujan reda, ia dikejutkan dengan suara dentuman keras, seperti benda yang terjatuh. Suara itu berasal dari gang yang berada tidak jauh dengannya. Seingat Namjoon, itu gang yang dilaluinya semalam, saat ia digoda oleh salah satu jalang.

Karena penasaran, pria itu berjalan mendekati gang tersebut. Ada rasa takut, tapi penasaran lebih mendominasi. Ia mulai mendekati tong sampah yang sepertinya menjadi sumber suara dentuman tadi. Matanya membola saat melihat seorang bocah yang sepertinya sedang mencari makan, sedang mengacak-acak sampah yang berserakn. Seakan sadar ada orang didekatnya, anak itu mulai berjalan mundur sambil tertatih. Seluruh tubuhnya basah, bibirnya gemetar kedinginan. Pria yang hanya berdiri itu iba melihatnya, bukankah ini anak yang semalam?  Pikirnya. Karena tidak tega, ia mulai mendekat pada anak itu. Sebenarnya ia bimbang, teringat perkataan Seokjin. Tapi entahlah, saat melihat bolamata anak itu rasanya seperti ada sesuatu yang menariknya untuk mendekat.

"Hai? Siapa namamu manis?" Namjoon bertanya seperti itu sambil tersenyum. Anak itu tidak menanggapinya, hanya menggelengkan kepalanya. Pria itu mulai bertanya dengan topik yang lain, melihat keadaannya, ia bertanya, "kau lapar? Mau makan?"

Sesaat bolamata anak itu nampak berbinar saat mendengar kata 'makan' perlahan Namjoon mendekat dan anak itu belum menyadarinya, hingga saat akan memundurkan langkah lagi. Matanya mulai memejam karena usapan lembut yang anak itu rasakan di kepalanya.

"Kau lapar tidak? Kebetulan aku mau mencari makan."

"Uh . . . Tidak jahat?" sejenak pria itu bingung akan pertanyaan yang diterimanya. Tapi kemudian ia sadar bahwa ia sedang menghadapi anak kecil.

"Tidak kok, kalau hyung jahat. Kau bisa memukul ku. Jadi bagaimana, mau makan bersama?"

"Uhum." anak itu mengangguk dan mengambil tangan Namjoon yang ada di kepalanya, lalu menempelkan pada pipinya yang terasa dingin. Namjoon hanya tersenyum, ia menggosokan telapak tangannya lebih cepat agar terasa hangat. Lalu ditempelkannya pada pipi chubby milik bocah didepannya itu.

"Merasa lebih baik?"

"Uhum, kacih telima kakak tinggi."

Namjoon hanya tertawa mendengar penuturan anak ini, bahasanya masih acak-acakan.

[]

Moonglade ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang