4. Keputusan

2.4K 294 3
                                    

Hujan masih belum reda. Namjoon bingung harus bagaimana, anak kecil disampingnya ini sepertinya sudah menahan rasa laparnya. Pria itu tahu karena sedari tadi ia perhatikan, anak itu selalu memegang dan mengusap perutnya, memang tidak banyak bicara, tapi gerak geriknya terlalu menunjukkan apa yang anak itu rasakan. Namjoon tidak tega, tapi ia lebih tidak tega kalau harus membawanya sambil hujan-hujanan.

"Nak, siapa namamu?" Namjoon bertanya sambil membungkuk. Mensejajarkan tinggi badannya walaupun masih tetap pria itu yang lebih tinggi.

"Huh? Nama? Apa itu makanan?"

Astaga . . Anak ini benar-benar polos.

"Bukan makanan. Tapi . . Aduh, apa ya ituㅡoh! Semacam, jika orang memanggilmu. 'Kan, kalau aku Namjoon. Lalu aku harus memanggilmu apa?"

Sejenak anak itu hanya melihat Namjoon dengan bingung. Ia tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh kakak tinggi yang ada dihadapannya. Tapi selama ia mencerna pertanyaan Namjoon, sedikit sedikit mulai mengerti.

"Yah dan ibu celalu memanggilku dengan cebutan kookie. Tapi tidak tahu itu apa, yang kookie tahu, itu jenis makanan enyak."

Namjoon hanya tertawa gemas. Kookie? Itu nama panggilan atau nama aslinya? Namjoon tidak tahu. Tidak peduli. Yang pria itu tahu hanya, anak dihadapannya ini sangat menggemaskan. Apalagi saat matanya menatap dirinya, bulat dan besar. Untuk beberapa saat Namjoon hanya mengusap lembut kepala Kookie, anak itu memainkan ujung bajunya. Saat sadar sepertinya hujan sudah reda, Namjoon menganjak Kookie untuk pergi mencari makan seperti yang pria itu katakan sebelumnya. Tapi, saat pria itu menggandeng tangan mungil milik Kookie, anak itu malah menahan tangan Namjoon dan berlari ke arah gang yang sebelumnya ia tempati. Sesaat Namjoon kebingungan, tapi saat melihat anak itu menggendong tas yang ukurannya tidak terlalu besarㅡsedangㅡyang berbentuk kelinci, Namjoon tersenyum. Apalagi saat Kookie berjalan ke arahnya. Menggemaskan.

"Kakak tinggi, bica kita makan cekayang? Kookie lapal."

"Baiklah, ayo!"

Pria jangkung itu kembali menggenggam tangan si mungil yang menggemaskan. Namjoon berjalan dengan pelan dan santai, ia harus menyesuaikan dengan langkah kecil milik Kookie. Kalau tidak, bisa-bisa anak itu terseret karena langkah lebar milik pria itu. Selama perjalanan tidak ada yang membuka suara satupun, anak itu benar-benar diam. Setahu Namjoon, anak seusia Kookie itu sedang active activenya, tapi anak ini tidak. Sedari tadi benar-benar diam. Tidak besuara. Tapi Namjoon tidak terlalu mempermasalahkan hal itu, ia hanya berpikir kalau anak itu sedang menahan lapar.

"Kookie, kau hyung gendong ya? Agar cepat sampai."

Kookie hanya menganggukkan kepalanya. Tidak ambil pusing. Sekarang ini perutnya lebih penting, menahan lapar terlalu lama itu tidak enak. Perutnya terasa perih. Namjoon mengangkat tubuh kecil itu, dengan spontan anak itu mengalungkan tangannya pada leher kokoh milik pria tinggi itu. Namjoon berjalan dengan sedikit cepat, takutnya hujan kembali turun. Karena sedari tadi mereka berjalan, awan masih terlihat kelabu. Tidak menunjukkan tanda-tanda cahaya matahari yang akan muncul.

Saat sampai di persimpangan jalan, pria itu dapat melihat market yang menjadi tujuan awalnya. Ia sedikit berlari kecil, sampai akhirnya mereka berdua sampai tepat didepan pintu toko itu. Mereka masuk setelah Namjoon menurunkan Kookie dari gendongannya. Saat di dalam, mata anak itu benar-benar berbinar seperti baru saja menemukan harta karun yang berharga. Pertama-tama pria itu mengajak Kookie ke rak minuman bubuk, Namjoon mencari cari kopi yang biasa Hoseok beli, tak berapa lama saat di ujung rak pria itu menemukannya. Ia baru ingat kalau dirinya tidak sendiri disini.

"Kookie mau beli apa?"

"Apa Kookie boleh mencalinya dulu?"

"Iya, pilihlah yang kau suka."

Setelah mendengar pernyataan Namjoon, anak itu mulai menjelajahi rak rak makananan yang membuat dirinya tertarik. Pria itu tidak terlalu mempermasalahkan jika Kookie mencari makanannya sendiri, lagipula toko ini tidak terlalu besar. Mudah saja untuk mencari buntalan imut itu. Sedangkan Namjoon sendiri mengambil beberapa snack dan minuman untuk dirinya sendiri. Pria itu mencari Kookie di beberapa rak, lalu terhenti saat melihat anak itu ada di jajaran rak yang berisikan bumbu-bumbu. Saat Namjoon mendekat ke arah Kookie, dilihat anak itu sedang memegang beberapa bumbu dapur yang seharusnya bukan menjadi pilihannya.

"Hey, kenapa memilih ini? Ini bukan untuk dimakan."

"Benalkah? Tapi ini belgambal makanan. Cepeltinya enyak."

"Bukan, nak. Itu bumbu untuk pelengkap rasa."

"Peyengkap?"

Namjoon lupa kalau di hadapannya ini seorang anak kecil. "Uh, pokonya bukan untuk dimakan secara langsung. Cari yang lain saja, ya? Hyung temani." Kookie menganggukkan kepalanya. Pria itu menggandeng tangan Kookie untuk diarahkan pada rak makanan, tapi sebelum itu Namjoon mengambil pesanan Taehyung terlebih dahuluㅡdisini terdapat Kimchi instan, tinggal di makan. Setelah mereka berada di jajaran rak makanan, mata milik anak itu terlihat sangat berbinar dari sebelumnya. Padahal rak rak yang ada di toko itu tidak terlalu tinggi, hanya sebatas dada milik Namjoon. Tapi dikarenakan tubuh mungil milik Kookie, hal itu membuat rak yang anak itu lihat menjulang tinggi.

"Nah . . Disini baru benar, Kookie mau beli apa?"

Anak itu terlihat sedang berpikir. Dari caranya yang menyimpan jari telunjuk di dekat bibir dan mata yang di arahkan ke atas, itu terlihat menggemaskan. "Um . . . "

"Pilih saja sesukamu."

Namjoon juga mengambil satu cup ramen dan bubur instan. Setidaknya sebelumnya kembali ke sky home perutnya tidak kosong, agar tidak kelaparㅡtunggu! Sky home ya? Bagaimana Kookie nanti? Apa hyung dan adik-adik nya akan marah? Ini buruk. Namjoon terlalu merasa kasihan dengan Kookie sampai ia lupa bagaimana anak itu nantinya. Mau dibawa ke sky home pasti dirinya akan di introgasi, tapi kalau dikembalikan ke gang itu tidak tega.

"Hyung, ini caja."

Kookie berkata seperti itu sambil menyodorkan satu bungkus snack yang berukuran sedang. Senyumnya lucu sekali.

"Itu saja? Tidak akan menambah?"

Anak itu menggeleng, "uang tidak ada. Kookie tidak punya, hanya ada ini." ucapnya sambil merogoh saku celana miliknya dan menyodorkan tiga buah koin.

"Tidak apa-apa, hyung yang akan membayar."

Tapi tetap saja, Kookie menggeleng. Tetap menolak, menurut Namjoon anak itu sedikit memiliki sifat dewasa di umur nya yang masih belia ini. Karena sudah ditawari beberapa kali oleh Namjoon, dan Kookie tetap menolak. Akhirnya pria itu memasukan beberapa snack ke dalam keranjang yang dibawanya. Dan mengajak anak itu yang sedang memeluk snacknya. Saat sudah mengantri dan membayarnya, pria itu lekas mengajak Kookie pulang.

"Kook, ayo."

"Hyung, apa kookie akan kembali ke tempat menyelamkan itu lagi?" tanya anak kecil itu, binar di matanya mulai meredup. Tentu saja, siapa yang mau ditinggalkan di tempat kumuh seperti gang itu. Terlebih Kookie masih kecil.

"Tidak. Ayo pulang ke rumah barumu."

Kim Namjoon sudah memutuskan. Tidak peduli bagaimana nantinya di sky home, yang penting, Namjoon ingin memberikan kehidupan yang layak pada anak yang tidak sengaja ditemukannya di antara gang bangunan kotor itu. Walaupun Namjoon harus merubah jalan hidupnya mulai sekarang hingga nanti. Pria itu percaya, kalau anak ini dapat membawa kebahagiaan pada dirinya dan orang-orang disekitarnya. Walaupun kemungkinan besar harus menerima protes dari orang-orang, termasuk orang-orang yang berada di sky home.

[]

Akhirnya bintang utama di cerita ini muncul. Kelinci kecil milik Bangtan 💜

Moonglade ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang