"Makasih"Mecca tersenyum bahagia saat ia melihat kepergian Gala dari depan rumahnya. Mecca berharap cowok itu dapat berubah dari segala keburukan yang selama ini ia dengar dari gosip-gosip di sekolah.
Banyak orang yang mengatakan pada Mecca, bahwa Mecca adalah satu-satunya gadis yang pernah Gala tembak di depan umum seperti itu. Mecca belum percaya bahwa ia adalah gadis istimewa bagi Gala seperti perkataan Rini tempo waktu lalu.
Sebelum gadis itu masuk ke rumah, ia menoleh rumah besar yang bertepatan di samping rumahnya. Itu adalah rumah keluarga besar Kusuma, Gadis itu melihat jam tangannya, sekarang sudah pukul 23.00 WIB. Akan tetapi kamar yang ada dilantai dua itu masih terang. Itu kamar Bisma, biasanya Bisma kalau tidur tidak terbiasa dengan lampu keadaan hidup. Berarti Bisma belum juga tidur sampai jam segini.
Mecca heran. semenjak dia dan gala jadian, Bisma tidak pernah sama sekali mengganggunya. Bahkan sahabat kecilnya itu tidak berkunjung kerumahnya untuk sekedar memakan masakan bundanya, sehingga membuat mereka berdua beradu mulut memperebutkan makanan.
Gadis itu berjalan menuju pintu rumah Bisma, dia bimbang sehingga menghentikan tangannya menekan bel rumah itu. Tapi Mecca juga merasa penasaran, dia juga rindu memasuki rumah besar ini yang menjadi saksi masa kecil Mecaa, dan kedua sahabatnya.
Berperang dengan segala pikirannya takut mengganggu waktu istirahat keluarga itu, akhirnya Mecca membalikkan badan untuk kembali ke rumahnya.
Prang
prang...
Belum saja Mecca berhasil turun dari tangga teras Bisma, sesuatu terdengar. Suara botol pecah terdengar dari arah atas balkon.
Mecca takut, mungkin ada sesuatu yang terjadi di atas sana. Dalam benak Mecca, itu pasti seseorang telah masuk kedalam kamar Bisma atau mungkin seorang pencuri. Rumah Bisma kan besar dan sopastinya banyak barang-barang berharga didalam sana yang menjadi incaran para bandit di luar sana.
Mecca POV
Aku melangkah dengan pelan dan melihat kekanan-kiri manatau ada orang lain di area rumah Bisma. Aku sangat takut, aku tidak mau mati sia-sia gara-gara rasa penasaran yang bersarang di otakku.
Ku lihat ke arah pos satpam, pak Tamrin terlihat sedang nyaman dengan tidur ngoroknya.
Ya Tuhan hari semakin malam dan Gelap, suara jangkrik menambah suasana seram saat ini. Aku sungguh takut dalam keadaan seperti ini. Mau minta tolong tapi takut ketahuan dari orang-orang yang menyusup kedalam rumah Bisma.
Akhirnya aku memberanikan diri menekan bel dengan tangan gemetar dan bulu kudukku sudah berdiri.
"Eh ecca, ada apa sayang malam-malam berkunjung seperti ini?" Tanya Tante Dewi setelah pintu sudah terbuka.
"Em tadi ecca dengar ada suara gaduh dari kamar Bisma Tan" huh, akhirnya aku lega.
"Oh biasa, anak bandel memang seperti itu." Jeda Tante Dewi sebentar, "kamu mau masuk?" Lanjutnya seraya membuka pintu dengan lebar.
"Yaudah iya Tan, ecca mau lihat keadaan Bisma sekalian ecca mau lihat perkembangan kamar Bisma, soalnya kangen hehe" ujarku mencari alasan agar Tante Dewi tidak khawatir atas pemikiran ku tadi.
Aku menaiki tangga dan langsung saja berjalan ke arah pintu kamar Bisma.
Masih sama seperti delapan tahun lalu, saat aku terakhir kali menginjakkan kakiku di dalam kamar ini. Masih terdapat sebuah tulisan di depan pintu Bisma 'ini kamar Bibis bukan ecca.'
Aku tersenyum mengingat kilatan masa kecilku bersama Bisma. Berbeda beberapa tahun lalu dengan sekarang, dulu aku dan Bisma selalu bermain, belajar bareng bahkan mandi juga sama-sama dan selalu diakhiri dengan perdebatan. Kita tidak dapat dipisahkan oleh siapapun baik itu bunda atau Tante Dewi dan om Hans sekalipun. Kami selalu pergi ke sekolah bersama. jika tidak, salah satu diantara kami berdua pasti tidak mau masuk sekolah. Sampai akhirnya tiba-tiba bunda membawaku pergi jauh ke Kalimantan, aku tidak tahu entah apa penyebab kami pindah, mengakibatkan aku jauh dari Bisma.
Sekarang Bisma memiliki sifat yang berbeda, semakin kesini aku tidak suka. Bisma selalu berkelahi dan mengikuti
KAMU SEDANG MEMBACA
Gala & Mecca
Teen Fiction~Kita hanya sebatas saudara Tanpa ada kata asmara~ CUPLIKAN: "Emangnya Lo siapa? Ngatur-gatur hidup gue." Cowok itu menghempaskan tangan mungil Mecca dari kakinya yang terluka. "Gu- gue mmm," gagap Mecca tidak tahu harus menjawab apa. "Lo aja engga...