Part ini mengandung Bawang, sediakan tissue sebelum membaca!!
Selamat membaca :)
---------------------------------
Ibu adalah orang yang paling mengerti kita. Sebesar apapun kesalahan kita, Seorang ibu tidak akan pernah mengadili.-Elda Siadari-
----------------------------------Gala meninggalkan ruang makan dengan kadar emosi tinggi. Ia sangat marah mendengar berita bahwa papanya ingin menikah lagi. Ia bergegas masuk kekamar dan membereskan segala keperluannya untuk menginap di basecamp untuk beberapa hari, hanya untuk sekedar menenangkan pikirannya yang mumet.
Air matanya tumpah begitu saja, mengingat semua kenangan bersama sang mama. Gala sangat cengeng. Hatinya lemah tidak seperti tubuh bagian luarnya yang terlihat kuat. Hatinya rapuh, sangat rapuh seperti cangkang telur. Jika di injak akan hancur berkeping-keping.
Flashback on
Didalam ruangan serba putih itu seorang pria remaja terisak melihat keadaan mamanya dalam keadaan tidak baik-baik saja. dan disekitar tubuh atas wanita yang terkulai lemas itu banyak dipasangi alat bantu kesehatan yang tidak terhitung lagi.
"Mama..." Lirih nya.
"Bangun ma, gala tidak mau ditinggal sendirian" isak pria itu melihat sang mama tergulai lemas di atas brankar rumah sakit.
"Ga...ga...la, ma...ma...su...su...dah...tidak...kuu...athhh lagihhh nak" ujar wanita itu dengan ucapan terputus-putus tidak sanggup untuk berbicara lebih panjang lagi.
"Engga ma, mama harus kuat. Mama harus bertahan untuk Gala" Gala menggelengkan kepalanya dengan cepat, tidak terima atas ucapan Ninsih. "Gala tidak mau sendirian ma, Gala cuma punya mama hiks hiks" lanjut Gala terisak pelan, tidak mau terlihat lemah didepan sang mama. Tapi kenyataanya tidak bisa. Terlalu sulit.
"Sebentar, Gala mau telpon papa dulu" ia menghapus air mata di pipinya dengan telapak tangan dan meraih ponsel di meja nakas rumah sakit.
"Ti...tidak usahhh, pa...pa...mungkin, sedanghhh sibukhhh" nafasnya sudah terputus-putus dibantu oleh selang oksigen.
'nomor yang anda hubungi sedang sibuk, coba tinggalkan pesan suara dengan biaya 1500 untuk setiap pesannya' ujar orang di seberang sana membuat Gala kesal, yang tak lain operator Telkomsel.
"Sebentar ma, Gala coba hubungi sekali lagi" Gala tetap gigih menghubungi Jidan meskipun tidak ada respon, atau tidak lain tidak dapat dihubungi.
Tut Tut Tut
"Huh huh huh" Ningsih sesak nafas " ap...pa...pun... Yang ...Ter...jadi...na...nantinya, kamuh ha...ha...harus ma...ma...afin...papahhh. papa ti...tidak salah...sa..sa...sama...sekalihhh" akhirnya ia dapat menyelesaikan ucapannya dengan susah payah.
"Ma jangan bicara seperti itu hiks hiks, Gala sayang mama. Gala mau mama lihat Gala besar dan sukses" isakannya semakin keras dan terdengar pilu. Siapapun yang mendengarkan isakan seorang anak remaja seperti Gala pasti ikut merasakan kesedihannya.
Ningsih mencoba mengangkat tangan kanannya untuk meraih kepala Gala yang sedang memeluk tubuhnya dengan erat. Ia mengusap dengan lembut, menaiki turunkan tangan membelai Surai kepala Gala. Mungkin ini untuk terakhir kalinya. saat ini adalah waktu yang tepat. Takdir tuhan untuk dirinya, meninggalkan semua orang. Termasuk putra satu-satunya ini. Sampai tangannya berhenti dan dadanya semakin sesak merasakan sakit di sekujur tubuhnya.
Sedangkan Gala memejamkan mata, menerima kelemah-lembutan atas belaian sang mama dikepalanya membuat ia sedikit merasa tenang, sampai saatnya tangan itu berhenti tidak lagi bergerak. Gala merasakan tubuh atas mamanya kejang-kejang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gala & Mecca
Teen Fiction~Kita hanya sebatas saudara Tanpa ada kata asmara~ CUPLIKAN: "Emangnya Lo siapa? Ngatur-gatur hidup gue." Cowok itu menghempaskan tangan mungil Mecca dari kakinya yang terluka. "Gu- gue mmm," gagap Mecca tidak tahu harus menjawab apa. "Lo aja engga...