Prolog

224 24 2
                                    

Didalam ruangan serba putih itu seorang pria remaja terisak melihat keadaan mamanya dalam keadaan tidak baik-baik dan disekitar tubuh atas wanita yang terkulai lemas itu banyak dipasangi alat bantu kesehatan yang tidak terhitung lagi.

"Mama..." Lirih nya.

"Bangun ma, gala tidak mau ditinggal sendirian" isak pria itu melihat sang mama tergulai lemas di atas brankar rumah sakit.

***

"Sekalipun aku tidak akan menganggap mu ada di rumah ini" ujar Gala dengan berteriak keras.

"Pergi atau kuhancurkan kau dan ibumu itu" lanjutnya dan melempar semua benda-benda yang dapat ditangkap oleh matanya.

"Aku juga tidak mau bila satu atap dengan mu" air mata Mecca itu tak terbendung lagi. Hatinya sakit.

"Kau dan ibumu sama saja, sama-sama tidak bermartabat dan tidak memiliki harga diri"

Sungguh Alea tidak tau harus melakukan apa, di satu sisi gadis itu tidak ingin tinggal lebih lama lagi bersama pria yang dicintainya. Gala sangat membuat batinnya tersiksa dan disisi lain ia tidak tega melihat keadaan ibunya yang tidak memungkinkan tinggal berdua dengannya.

***

Gala & Mecca Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang