2. Hari sial

115 26 3
                                    

Silahkan di vote terlebih dahulu!!!

Pagi ini adalah hari kedua Mecca masuk sekolah di SMA Teladan. Mecca mengayunkan sepedanya di jalan aspal yang terlihat sepi. Meskipun baru seminggu kembali ke kota kelahirannya ini ia masih sedikit ingat jalan-jalanan di daerah sini. Sambil bernyanyi riang dan mengalunkan sebuah lagu kesukaannya.

Tin

Tinn

Tinnnn

Gadis itu tiba di perempatan simpang dari rumah ke jalan raya dan melihat  Sebuah motor berjalan dengan kecepatan tinggi dari arah simpang yang berlawanan kearahnya.

Brakk

Bukan berasal dari Mecca suara jatuh itu datang tapi seseorang yang sudah terjatuh ditindih motor hitam yang dikendarai orang tadi. Mecca hanya sedikit oleng ke arah pinggir pasar dan tidak sampai mencium aspal.

Mecca turun dari sepedanya dan menghampiri orang tersebut. Dasi pria itu sama seperti dasinya, apakah mereka satu sekolah? Tapi Mecca belum bisa mengenali karna pria itu memakai helm full face.

"Lo gapapa?, Sini gue bantu" Mecca mengarahkankan tangannya berniat untuk membantu setelah sampai disamping motor pria itu.

Pria itu menerima uluran tangan Alea dan segera keluar dari bawah motor yang menindihnya. Sakit, itu pasti sakit. Ditindih motor sebesar itu pasti membuat badan seseorang akan penyok tapi bukan untuk pria tersebut karna dibalik jaket Jeansnya bersembunyi tubuh tegap bak seorang atlet petarung tinju.

"Lo lagi?" Ujar Gala setelah berhasil berdiri dan membuka helmnya melihat Mecca.

"Iya gue, kenapa emang?" Jawab Mecca  sedikit mendongkakkan wajah keatas melihat Gala. Tidak menutupi raut  ketakutan diwajah ovalnya tapi tidak setakut semalam saat ia melihat Pria didepannya itu menghabisi Bisma tanpa ampun.

"Lo berani sama gue?" Mata Gala menelisiknya.

"Kan gue kaga salah, ngapain gue takut" pertahanan Mecca runtuh saat Gala menatapnya dengan tatapan tajam nan menusuk.

"Eh ada bercak darah" ketakutan Mecca seketika hilang saat dia melihat ada darah di baju seragam Gala.

Gala melihat kedua tangan Mecca sudah berpindah ke perutnya. Hati Gala menghangat melihat perlakuan gadis itu. Mecca menundukkan wajahnya mencoba untuk membuka baju seragam Gala yang sama sekali tidak dimasukkan ke celananya.

"Masih pagi udah ngeluarin baju" Gala diam tanpa menjawab.

Gala masih memperhatikan kelakuan Mecca yang tidak tahu malu sudah berhasil menarik baju pria itu ke atas dada dan melihat perut kotak-kotak nya. Dengan pandangan serius gadis itu meneliti perut Gala.

Mecca melepaskan tangannya dari perut Gala yang terdapat sebuah sobekan yang Mecca yakin berasal dari luka lama. Mecca menarik tangannya.

Gala pikir gadis itu melepaskan tangan dari perutnya karna malu melihat dada bidang Gala tetapi tidak sama sekali. Pipi Mecca tidak memerah seperti apa yang ada di otaknya bahkan Mecca Malah membalikkan tas ranselnya dari punggung dan langsung membuka.

"Tahan ya, mungkin akan sedikit sakit" ujar Alea setelah berhasil mengambil tissue dan kain tipis berbentuk persegi yang Gala yakini adalah selampai.

"Aw" suara ringisan tertahan berhasil keluar dari mulut Haga.

Betapa malunya dia mengeluarkan suara ringisan di depan seorang gadis. Bukankah selama ini Gala menjaga images dihadapan pada gadis yang akan dikencaninya? Agar dia bisa lebih leluasa merebut hati dari wanita-wanita diluar sana dan menjadikannya sebagai kekasih sementara. Setelah bosan akan dia tinggalkan begitu saja. Hanya memutuskan sebelah pihak itulah egoisnya seorang Gala.

Eits wait tunggu, apakah Mecca adalah korban berikutnya dari kesekian puluh para mantan seorang Gala Cyrus. Mecca memiliki wajah yang sangat cantik, siapa pria yang dapat menolaknya bahkan Gala saja tertarik disaat pertemuan pertama mereka. Ingat. Hanya tertarik bukan yang lain.

"Udah, ini kaccu/ sapu tangan kesayangan gue. Gue buat di perut Lo buat nahan darah biar engga banyak yang keluar" gadis itu menepuk-nepukan kedua tangannya tandanya sudah selesai menangani luka di perut Gala.

"Jangan lupa di balikin, itu sangat berharga buat gue." Tambah Mecca.

"Thanks" hanya sepatah kata itu yang keluar dari mulut Gala.

"Oke" Setelah mengacungkan jari jempol nya kebelakang, Mecca kembali berjalan kearah sepedanya dan berniat untuk mengayunkan.

Tapi naas, ban sepedanya kempes. Dia melihat arloji di tangan kirinya, sudah pukul 7.00 WIB padahal sebentar lagi gerbang akan ditutup pukul 7.15 WIB. Jarak dari tempatnya saat ini berkisar 3 kilometer ke sekolah. Mana mungkin dia mengayun sepeda secepat itu dalam waktu kurang dari 15 menit. Bisa-bisa kakinya akan para dan tidak bisa berjalan besok hari.

"Baru hari kedua gue disini udah terlambat aja ke sekolah" ujarnya dan menghembuskan nafas dengan kasar.

"Bareng gue aja" Mecca membalikkan badannya kebelakang ternyata Gala sudah berhenti di atas motornya.

"Gausah, nanti gue ngerepotin" Mecca menolak pergi ke sekolah bareng Gala. Dia masih sedikit canggung.

"Engga kok, sebagai tanda terimakasih gue karna lo udah ngobatin Luka gue tadi" Gala memberikan sebuah helm yang biasa dia ditempatkan di jok belakang motor. Karna terbiasa membonceng wanita liarnya, helm tersebut akan selalu berada disana.

"Sepedanya" Mecca berusaha menolak, sebetulnya jika ia mau. Mecca bisa meninggalkan sepedanya itu di dekat bengkel terdekat. Karna di dekatnya saat ini sepuluh meter kedepan ada sebuah bengkel yang buka. Mengingat masih sangat pagi.

"Biar aja disitu, nanti suruhan gue yang jemput" Gala sedikit memaksa.

Tidak dapat mengelak lagi, Mecca menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal sama sekali.

"Cepet, tangan gue udah pegel megang ini helm"

"Kok sewot sih" ujar Mecca kesal Langsung saja memakai helm itu sampai-sampai terkunci rapat. Dan segera menaiki motor iti dengan memegang punggung Gala sebagai pacuan untuk naik. Karna jok motor Gala sangat tinggi baginya yang pendek.

Untung saja seorang Gala memiliki keahlian membawa motor dengan kecepatan tinggi ditengah jalanan yang sangat padat. Mecca lega saat mereka sudah sampai di parkiran sekolah dengan selamat dan tidak terlambat sama sekali. Dibalik kelegaan itu tubuh Mecca masih terasa bergetar ketakutan karna hampir saja nyawanya melayang jika sedikit saja tadi Gala salah menancapkan motornya. Besok tinggal nama saja.

"Ya ampun jantung gue" Mecca turun dari motor Gal dan memegang jantungnya.

"Ini lagi Helm, susah bat dilepas" gerutu Mecca belum berhasil.

"Makanya bukak pake hati, jangan pake dengkul" Gala mengulurkan tangan dan segera membuka helm itu dari kepala Mecca.

"Engga makasih" Mecca pergi dengan cuek begitu saja tanpa melihat ekspresi Gala saat ini.

Gala tersenyum sendiri melihat tingkah gadis itu. Baru semalam saja mereka jumpa dengan wajah ketakutannya dan hari ini juga berjumpa kembali dengan keadaan berbeda dan situasi yang berbeda juga dengan kepedulian dan raut muka galak terpampang jelas di wajah Mecca.

***

Jangan lupa komentarnya 💙

Gala & Mecca Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang