“Tidak ada iman yang sempurna bagi orang yang tidak memiliki sifat amanah, dan tidak ada agama yang sempurna bagi orang yang tidak menepati janji.”
(HR. Ahmad)
Yuk tekan logo bintang dulu sebelum membaca 😊
Happy reading 😊
Waktu berlalu begitu cepat, bahkan Airin sendiri tak menyangka bahwa hari ini adalah hari wisuda Gus Halim. Rasanya ia ikut bahagia dengan apa yang diraih oleh pria yang akan mengkhitbahnya itu.
Airin menatap layar ponselnya, menunggu balasan dari pesan yang baru saja ia kirimkan kepada Gus Halim. Ia berharap Gus Halim membaca pesan darinya.
Getaran pada ponselnya, membuatnya tersenyum senang dengan cepat ia pun membaca balasan dari Gus Halim.
From Mas Halim : Waalaikumsalam, terima kasih atas do'anya, oh yah Airin, Mas mau kasih tahu seminggu lagi Mas akan pulang ke Indonesia dan Mas sudah memberi tahu Abi dan Umi agar berkunjung ke rumahmu untuk membahas kelanjutan ta'aruf kita.
Airin lagi-lagi tersenyum bahagia setelah membaca balasan pesan singkat itu. Rasanya senyuman di bibirnya tidak akan pernah pudar jika bersama Gus Halim.
To Mas Halim : Baik Mas, Airin tunggu kedatangannya.
🧕🧕🧕
Kairo pukul 10:00.
Tiga hari setelah wisuda.
Gus Halim telah membereskan semua barang-barang yang akan ia bawah ke Indonesia, lagi-lagi senyum bahagia terukir diwajahnya. Setelah sekian lama menunggu untuk mengkhitbah wanita pujaan hatinya, akhirnya apa yang ia nanti-nantikan akan segera terwujud.
Halim menatap layar ponselnya, sebuah panggilan dari Melisa membuatnya terdiam sejenak sebelum memutuskan untuk mengangkat telepon tersebut.
"Assalamu'alaikum Mel,"
"Waalaikumsalam. Gus tolong aku, Abi masuk rumah sakit, Abi drop dan dilarikan ke rumah sakit pusat Kairo, Gus aku takut penyakitnya semakin buruk," ucap Melisa dengan nada ketakutan.
"Baik aku segera ke sana," ucap Halim sambil mengambil jaketnya dan berlari keluar rumah.
Beberapa menit berlalu. Halim yang telah tiba di rumah sakit dan langsung menghampiri bagian resepsionis untuk menanyakan di mana ruangan Kiyai Abas, setelah mengetahui ruangan Kiyai Abas, ia pun mempercepat langkahnya menuju ruangan tersebut.
Halim menghentikan langkah kakinya saat melihat Melisa yang duduk seorang diri sambil meneteskan air mata, Halim merasa perihatin dengan putri dari dosennya itu.
"Assalamu'alaikum Mel, bagaimana keadaan Kiyai Abas?" tanya Halim sambil mendudukkan tubuhnya di samping Melisa dengan jarak satu kursi.
"Waalaikumsalam. Abi masih kritis, kata dokter jantungnya kumat lagi," ucap Melisa sambil mengusap air mata yang berada di pipinya.
"Kamu harus kuat dan banyak-banyak berdo'a meminta kesembuhan untuk Kiyai Abas kepada Allah."
Melisa menganggukkan kepalanya pelan setelah mendengar ucapan dari Halim.
Hanya keheningan yang terjadi di antara mereka, hingga seorang dokter menghampiri mereka berdua.
"Dok. Bagaimana keadaan Abi saya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemilik Hatiku [END] (TERBIT)
Teen FictionHijrah. Berjalan menuju kebaikan dan percaya bahwa apapun yang diniatkan dengan kebaikan akan berakhir dengan kebahagiaan. "Aku pasrahkan semuanya hanya kepadamu Pemilik Hatiku." Airin. Kecantikan dan kekayaan yang ia miliki membuat banyak pria meny...