18. Siapa Dia?

368 43 13
                                    

"Kesabaran itu ada dua macam :
sabar atas sesuatu yang tidak kau ingin dan sabar menahan diri dari sesuatu yang kau ingini."
(Ali bin Abi Thalib)

___________________________

Assalamu'alaikum, jangan lupa ninggalin jejak yah, tekan logo bintang dan coment.

Happy reading 😊


Airin bersenandung kecil sambil menatap lagi mendung dengan rintikan hujan yang perlahan menguyur bumi. Namun meskipun begitu, Airin merasa senang karena beberapa minggu ini proses ta'arufnya bersama Gus Halim berjalan lancar.

"Kedatangan hujan bisa membuat hati kita merasa sejuk, begitu pula saat mengingatmu. Hujan punya alasan mengapa ia jatuh ke bumi, tapi aku tidak punya alasan mengapa hatiku jatuh kepadamu," gumamnya pelan sambil menatap langit pagi ini.

Sebuah getaran kecil dari benda pipih yang tergeletak di atas nakas, membuat Airin mengalihkan pandangannya dan berjalan mendekati benda pipih tersebut.

Sebuah nomor tertera di layar ponselnya tapi ia tidak mengetahui siapa pemilik nomor tersebut, dengan perasaan ragu ia pun mengangkat panggilan tersebut.

"Assalamu'alaikum," salamnya dengan nada lembut.

"Waalaikumsalam. Akhirnya kamu mengangkat telepon saya."

Airin sedikit terkejut setelah mendengar suara dari si penelepon.

"Ada apa? Jika tidak ada yang penting saya akan matikan."

"Kamu tanya ada apa, Airin Anandiya Nugraha sudah satu bulan saya menghubungi kamu dan berusaha mencari keberadaan kamu, tapi kamu selalu saja menghindari saya. Kamu lupa kalau saya ini mencintai kamu."

"Apa kamu juga lupa, kalau saya tidak pernah menyukai kamu?"

"Airin, saya sudah pernah bilang, kalau saya akan menunggu kamu sampai kapan pun."

"Vikar stop! Saya nggak akan mungkin menerima kamu."

"Saya bisa lakukan apa saja agar kamu bisa menerima saya."

"Jangan gila, saya sudah ta'aruf dengan seorang pria. Jadi tolong jangan ganggu saya lagi."

"Saya tidak percaya, semua itu hanyalah alibi kamu agar saya menjauh dari kamu. Ingat Airin, seorang Vikar tidak akan pernah menyerah."

Airin mematikan sambungan teleponnya secara sepihak, ia merasa sangat kesal dengan Vikar yang tak pernah berhenti mengejar-ngejar dirinya.

Saking kesalnya Airin menyentakkan kakinya, lalu melangkah menuju dapur.

"Selamat pagi Non."

"Pagi Bi, aku laper Bi."

"Non Airin duduk aja biar Bibi siapin sarapannya."

"Baik Bi, terima kasih."

"Iya Non."

Masih pagi dirinya sudah merasa kacau, pertama dibuat kesal oleh Vikar, kedua dirinya harus sarapan seorang diri karena kedua orang tuanya ada urusan bisnis di luar kota dan yang ketiga Bian juga nggak ada di rumah, hampir dua minggu ini Bian tinggal di rumah orang tuanya. Sehingga Airin merasa kesepian.

Airin mengembuskan napasnya setelah menghabiskan sarapannya dan pamit menuju kampus.

🧕🧕🧕

Airin mengedarkan pandangannya mencari sosok Adinda sahabatnya, wanita yang selalu bersamanya sejak awal menginjakkan kaki di kampus hingga saat ini.

Pemilik Hatiku [END] (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang