2. Dokter ganteng

764 125 29
                                    

"Menerka-nerka itu adalah hal
yang sangat menyebalkan."

Hanya mau ingetin jangan lupa tekan logo bintang di pojok kiri bawah 🤗

Happy Reading ❤️
____________________________________

"Assalamu’alaikum,”

“Waalaikumsalam.”

Sorry, ini siapa?”

“Iya saya maafin.”

“Maksud kamu?”

“Kan tadi kamu ngomong sorry, ya udah saya maafin.”

“Nggak jelas, kamu siapa?”

“Tega banget si kamu, cantik-cantik tapi suka lupa sama suara calon pacar sendiri.”

“Saya nggak punya calon pacar dan saya nggak suka menerka-nerka, kalau kamu nggak mau jawab yah udah saya matiin.”

“Galak banget si, saya Vikar jangan dimatiin dulu, saya masih pengen ngobrol sama kamu.”

“Nggak bisa saya lagi sibuk, lain kali aja. Assalamu’alaikum,” ucap Airin sambil mematikan sambungan telepon secara sepihak.

“Parah loh Rin, emang siapa yang nelpon?” tanya Dera sesekali melirik Airin yang terlihat kesal.

“Vikar.”

“Kenapa si kamu selalu nolak Vikar, dia kan ganteng, tajir dan juga populer di sekolahnya.” Mira yang duduk di kursi belakang pun ikut bertanya.

“Nggak tau, perasaan aku nggak nyaman aja.”

“Perasaan kamu aja kali, kan belum terbiasa,” timpal Dera.

“Udahlah nggak usah bahas dia, mood aku tiba-tiba buruk kalau ngebahas dia.”

Mobil yang mereka tumpangi kini telah terparkir rapi di halaman pusat perbelanjaan, niat mereka bertiga kali ini untuk berbelanja dan mencari novel incaran mereka masing-masing.

Tanpa membuang waktu ketiga gadis itu menelusuri pusat perbelanjaan mencari barang yang mereka inginkan.

Hampir dua jam mengelilingi pusat perbelanjaan membuat ketiga gadis itu kelelahan, hingga memilih untuk beristirahat di salah satu restoran yang menyajikan makan khas negeri ginseng tersebut.

“Mau persen apa?” tanya Dera kepada Airin dan Mira.

“Samain aja kaya punya mu.”

“Mir?”

“Samain aja.”

“Ya udah.”

Setelah memesan makanan mereka hanya mengobrol santai sambil menunggu pesanan makanan mereka datang.

🧕🧕🧕

Pukul 17:30.

Ketiga gadis itu berjalan menuju parkiran dan memasukkan semua barang belanjaan ke dalam bagasi mobil.

Namun, niat mereka untuk masuk ke dalam mobil terhenti saat netra ketiganya fokus pada kerumunan orang, ketiga gadis itu saling bertatapan lalu berjalan mendekati kerumunan tersebut.

Aroma darah mulai menyengat penciuman Airin dan kedua sahabatnya.

Airin melangkahkan kakinya lebih dekat lagi untuk melihat apa sebenarnya yang terjadi di sana.

Netranya membulat saat melihat anak kecil itu dipenuhi luka dan darah yang mengalir di sudut alisnya.

“Bu, apa yang terjadi dengan anak itu?” tanya Airin pada salah satu Ibu yang juga sedang menatap anak kecil tersebut.

“Tadi digebukin sama preman, untungnya ada dokter ganteng itu yang nolongin,” jawab Ibu tadi sambil menunjuk ke arah pria yang tengah sibuk membersihkan luka pada anak kecil itu.

Airin hanya menganggukkan kepalanya mendengar jawaban itu, namun perasaannya aneh, netranya sangat ingin melihat wajah dokter itu, namun semakin banyaknya orang yang berkerumun membuat Airin hanya mampu menatap punggung kokoh dokter tersebut.

“Rin, ayo balik lagian udah ada dokter juga yang bantuin.”

“Tunggu bentar lagi.”

“Udah ayo, udah mau azan magrib nih,” ucap Mira sambil menarik pergelangan Airin, hingga membuatnya semakin jauh dan tak bisa melihat wajah dokter tersebut.

Di dalam mobil Airin hanya diam saja seakan memikirkan sesuatu yang membuat Dera dan Mira merasa heran.

“Rin.”

“Hem.”

“Kamu kenapa si?” tanya Mira sementara Dera fokus mengemudikan mobil.

“Emang aku kenapa?”

“Lah malah balik nanya,” timpal Dera sambil tertawa.

“Kamu tuh ngelamunin apa si dari tadi?”

“Nggak ada aku hanya kepikiran anak kecil tadi,” elak Airin, sementara hatinya malam penasaran dengan dokter tersebut.

“Udah nggak usah dipikirin lagian udah ada dokter yang bantuin.”

Airin hanya mengangguk, ia juga merasa heran kenapa juga dirinya harus penasaran dengan dokter itu, apa karena ia berbuat baik sudah menolong anak kecil itu, namun itu kan memang sudah kewajiban seorang dokter menolong orang yang sedang terluka.

Airin mengembuskan napas panjang, seraya menepikan pikirannya mengenai dokter itu.

To be continue....

Pemilik Hatiku [END] (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang