9

81 6 0
                                        

"Haduh kalau si abang ada di rumah gini nih, sukanya ngga di tidur di kamar nya sendiri" ucap Mela saat melihat kakak beradik itu tidur di sofa ruang keluarga. Sang adik yang tengah tidur di pangkuan kakaknya, dan si kakak terpaksa tidur sambil duduk.

"Nak bangun, bukannya kamu mau ke sekolah yah?" Mela menggungcan pelan tubuh Alya.

"Hemph" Alya merenggangkan ototnya, dan saat ingin meluruskan tangannya ke atas tanpa sengaja yang ditinju bukan udara malah muka tampan abangnya. Dan alhasil yang kena pukulan dan yang memukul sama-sama kaget. Mata Alya langsung saja jadi melek.

"Maaf bang" ucap Alya yang melihat abangnya yang masih muka bantal itu melirik sedikit kearahnya.

"Bangun gih katanya mau sekolah" balas Yuda dan menggerakkan paha yang menjadi bantal adiknya.

"Iya iya ini baru juga mau bangun" balas Alya cemberut.

"Abang ngga mau ke masjid?" akhirnya Mela bersuara.

"Emang sekarang jam berapa mi?" tanya Yuda masih dengan muka kantuknya.

Mela melirik jam dinding sebentar yang berada di belakang sofa tempat duduk Yuda.

"Jam 3:47" singkatnya.

"Lah terus ngapain bangunin Riely pagi buta umi? Riely berangkatnya jam 6:30 dan sampai di sekolah juga cepet kan abang yang anter" sarkasnya sedikit jengkel. Karena dirinya masih bisa tidur beberapa jam lagi.

"Lah salah sendiri kenapa tidurnya disini? Kenapa ngga tidur di kamar aja?" balas Mela sedikit ketawa.

"Abang sih. Umi, Riely naik dulu yah. Makasih udah bangunin pantas aja badan Riely sakit" ucapnya tadi mendorong wajah abangnya lalu beralih mencium pipi Mela dan berlari naik menuju kamarnya.

"Pagi dini hari pak imam belum ada di masjid umi. Masih bobo tantip di rumahnya. Kalau 10 menit sebelum adzan bangunin yah mi. Aku mau lanjut tidur" ucap Yuda dan membaringkan badannya di sofa dengan gaya terlentang dan satu tangan berada diatas kepala menutup mata.

"Tidurnya di kamar bang"

"Males buat jalan umi"

_My_Love_is_Cool_KETOS_

Sejak tadi pagi, Alya datang bersama Namima dengan wajah datarnya seperti biasa saat tak bersama Arland. Tak jarang pula banyak cowo yang menyapanya namun, yang di sapa tetap memandang lurus. Bisik demi bisik dia dengar tapi tak di hiraukannya. Buat apa di haraukan? Toh kalau dihiraukan malah bikin sakit hati.

Alya dengan dinginnya ini sangat berbeda jika bersama dengan Arland. Begitu juga dengan Arland saat berada di dekat Alya.

Di ruang osis

"Hei ada kabar tentang Arland ngga? Kenapa dia ngga masuk hari ini?" tanya seorang cewe yang rambutnya tergerai indah.

"Katanya semalam dia kecelakaan" jawab Reyhan yang masih fokus dengan gitarnya.

"Nyantai amat lo kata" balas judes si Keyla.

"Seriusan lo?" tanya ulang cewe tadi yang rambutnya tergerai.

"Masa gue bohong Sry" balas Reyhan lagi.

"Pulang sekolah yang mau jengukin Arland siapa?" tanya Sry lagi.

"Semuanya" balas Aldi.

"Sebelum lo dateng kita semua udah diskusi tadi. Tentang siapa aja mau pergi" lanjut Mala.

"Loh kok kita ngga ditungguin? Baru juga istirahat pertama" balas Sry manis dan melirik ke Keyla.

"Ngga usah sok imut" sarkas Thoriq.

"Emang gue imut. Week" balas Sry lagi dan mengeluarkan lidahnya.

"Auah ngga liat" kompak Aldi dan Thoriq yang sama-sama menyembunyikan muka mereka dengan tangan.

"Pulang sekolah kumpul di rengos. Kalau adek juga ada yang pengen jenguk entar apel tanya" Mala mengakhiri obrolan dan keluar dari ruang osis menuju kelasnya. Semua hanya mengangguk setuju.

Di tempat lain, terlihat Alya yang tengah berjalan sendiri tak sadar sebentar lagi akan melewati kerumunan cowo seangkatan nya. Dan benar saja kalau cewe lagi sendiri dan yang terkenal sebagai most beautiful di sekolahan pasti di gangguin apalagi sang prince ngga ada di sampingnya.

Jika Alya tetap melamun dia akan tersandung. Tapi, nasibnya baik, dia melihat aksi itu dan menghindarinya lalu memberikan tatapan tajam pada cowo yang tadi ingin membuatnya jatuh.

"Selow aja tuh mata" pekik salah satu diantaranya.

Alya tak menggubrisnya dan berjalan lurus kedepan sampai ada tangan yang menarik lengannya. Alya meliriknya sekilas dan itu kepala gengnya. Alya menghempas kasar tangannya tapi tak berhasil untuk terlepas.

"Kalau jalan makanya jangan lewat di tengah-tengah kami. Apalagi kami sedang ngumpul" sarkasnya dingin.

"Lepasin ngga?" ucap Alya tak kalah dingin namun, tak menunjukkan kalau dia takut terhadap monster di depannya itu.

"Lo udah masuk kedalam kandang harimau dan kalau mau keluar ngga bisa secepat itu" balasnya lagi si dalang dari ini.

"Woi lepasin tangan Alya" teriak seorang cowo yang hanya memakai baju biasa dengan nada dingin. Rambutnya yang sedikit berantakan dengan warna hitam dan sedikit kecoklatan, hidung mancung, kulit putih, tubuh jenjang tinggi, rahang kokoh, jika dilihat teliti lagi manik matanya berwarna biru, memakai baju putih dan celana jeans hitam, memakai tas punggung yang hanya di selipkan satu bahu, serta tangannya yang masuk kedalam saku celananya.

Dia mengenalku?. Batin Alya.

"Wah pahlawan kesiangan datang tuh" ucap salah satu diantar cowo itu.

"Emang lo siapa? Berani nantangin kami?" tanya cowo yang masih memegang Alya.

"Gue Alvin. Alvin Girrano. Murid pindahan. Dan kalau kalian ngga mau babak belur di tangan gue maka lepasin Alya dengan tenang" sarkasnya dingin. Masih dengan keadaan tenang.

"Okay. Tapi, kalau lo kalah, Alya jadi pacar gue" balas cowo itu tadi.

"Gue ngga mau jadi pacar lo Rifki" timpal Alya tak setuju dengan penawaran itu.

"Oke" ujar Alvin dan meletakkan tasnya dengan baik.

"Maunya sekaligus atau satu-satu?" lanjut Alvin lagi dengan smile devil.

"BACOT!! lo semua maju" pekik Rifki. Dan semua teman segengnya maju menyerbu Alvin. Dengan santainya Alvin menghindar dan menjatuhkan mereka satu-satu. Tanpa tersentuh, Alvin berhasil membuat 6 cowo itu babak belur. Tinggal yang terakhir, Rifki.

"Mau bebasin atau lo sama kayak mereka?" tanya Alvin dan menunjuk 6 orang tadi dengan dagunya. Lalu memasukkan kedua tangannya kedalam saku.

"ALVIN GIRRANO!!" pekik seorang wanita yang bisa di bilang umurnya masih sekitar 20-an atau mungkin hanya wajahnya yang awet muda?

Alvin menghentikan aktivitasnya yang ingin meleburkan Rifki dkk.

"Eomma" lirih Alvin. Kali ini wajahnya agak takut dan terkejut karena panggilan dari wanita tadi.

Alya melirik sekilas wanita itu. Yang difikirannya wanita itu adalah salah satu guru di sekolahnya namun ternyata bukan. Matanya berbinar dan senyumnya mengembang seakan dia sangat senang bertemu dengan wanita itu.

"Aunty Hana" pekik Alya.

"Annyeong Alya~ya"

Jangan jadi secretraders dong. Tinggalin jejaklah

My Love is Cool KETOS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang