6

104 6 3
                                        

"Ngga maksud waktu itu untuk tinggalin kamu. Aku rasa mbok Mela sudah jelasin semua" balas Arland.

"Oh iya aku juga titip pesan sama mbok untuk sampein ke kamu. Kamu udah tau?" tanya Arland balik. Dan mendapat gelengan dari Alya.

"Kenapa ngga nanya?"

"Ngga tau"

"Udah ah kembali ke kelas yok" ajak Arland mengakhiri dan menarik Alya berjalan bersama.

"Al" panggil Alya, saat Arland mentapnya dia membentuk silang antara ibu jari dan telunjuknya. Arland hanya membalas senyum.

Mereka berjalan melewati koridor dan beberapa murid melihatnya.

Arland kok gitu?

Iya katanya Ketos tapi kok pacaran?

Urus dia, lo mau apa?

Ngga dianya ngga pacaran. Aku percaya itu.

Dasar pamerin pacar tiap hari

"Udah ngga usah dengar anggap saja bisikan setan yang mau jatuhin" bisik Alya dan Arland menatap sekilas dengan senyum yang sangat tipis.

Makanya ngga usah banyak bacot di anggap setan kan lo. Hahaha.

"Mau pulang bareng ngga?" tawar Arland.

"Boleh" Alya menerima tawarannya.

_My_Love_is_Cool_KETOS_

Hari telah berganti malam. Dimana aktivitas mulai berkurang. Lelah menghantui dan ranjang adalah tempat ternyaman untuk melepaskan rasa lelah itu yang berarti jiwa dan raga tengah beristirahat dengan santai.

Dan disini Alya juga telah selesai berbenah diri selepas melakukan ibadah shalat isya. Mengganti pakaian santainya dengan piyama tidur. Sebelum berlabu di pulau kapuk, di lebih dulu berlabu dalam dunia orensnya. Membaca beberapa chapter lalu tidur.

Baru saja ingin memejamkan mata, seseorang mengetuk pintunya dengan tata Krama.

"Udah tidur belum?" tanya seseorang dari luar. Suaranya dia kenal dan bergegas membukakan pintu dan mempersilakan masuk seseorang itu.

"Kenapa?" tanya Alya yang kembali memutar kunci setelah menutup pintu.

"Pengen bobo di sini aja" jawabnya dengan nada manja.

"Boleh yah kak?" lanjutnya lagi.

"Manggil kakak pasti ada maunya? Ya kan?" ucapnya dan duduk disamping adiknya itu di atas ranjang. Yang ditanya hanya cengir.

"Kenapa?" tanyanya lagi.

"Gue boleh mintol ngga?" ngga ngejawab malah balik nanya.

"Iya apa?" balasnya kepo.

"Tapi lo jangan marah dan janji bakal lakuin apa yang gue minta"

"Iya apa?" setan kepo merasukinya.

"Janji dulu" ucap si adik dan menujukkan kelingkingnya.

"Iya apa sih?" Alya tak membalas janji kelingking adiknya.

"Udah janji dulu. Ngga bakal tanya nih" puranya ngambek. Alya menautkan kelingkingnya dengan kelingking adiknya.

"Iya janji"

"Okay. Lo udah janji dan gue percaya lo ngga bakal ingkar janji. Jauhin Arland demi gue" sarkas sangat adik. Begitu kecewanya Alya saat tau itu yang bakal jadi taruhan atas janjinya.

"Tapi Mima gimana gue bisa jauh--"

"Lo udah janji Ya. Dan lo harus nepatin janji itu. Atau ngga gue bakal jauh dari lo, gue bakal benci lo. Toh ada Rey kok yang suka sama lo, bukan cuma Rey banyak di luar sana. Dan gue harap lo beriin Arland ke gue" Sarkasnya dengan senyum miring dan alis di naikkan satu.

"Ma lo tau send--" lagi ucapannya terpotong.

"Ngga mau tau, lo itu harusnya mengerti sebagai kakak. Lo pilih gue atau Arland?" pertanyaan yang sangat sulit untuk dipilihnya.

"Gue pilih kalian berdua"

"Pilih gue atau Arland? Ngga keduanya. Satu Ya hanya satu yang harus lo pilih" haduh maksa banget sih. Orang Alyanya ngga bisa nentuin kok.

"Gue pilih lo" okay Arland sorry, Alya hempas lo.

"Bagus! Jadi lo siap lepas Arland demi gue kan?" tanyanya dengan satu alis terangkat. Sombong amat! Alya hanya mangguk lemas. No problem girl!

"Udah tidur besok pagi jangan lupa, abang yang bakal anterin kita bukan mang Farid" ucapnya lembut dan tidur di sisi lain ranjang itu.

Maaf Al besok mungkin lo ngeliat gue berubah jadi dingin dan cuek sama lo. Gue ngga mau adik gue benci gue hanya karna seorang laki-laki. Tapi kenapa harus cowo yang sama? Batin Alya dan berbaring di sebelah adiknya itu. Memunggungi. Tak terasa air matanya berlinang dan membasahi batal. Rasanya sakit tak menahan tangis tak bersuara.

Drrttt....drrttt....

Getaran ponsel diatas nakas itu menghentikan sejenak acara tangis Alya. Tertera nama seseorang yang di saat dirinya susah orang itu langsung ada.

"Bang Yuda?" gumam Alya. Dan menoleh sejenak kebelakang untuk memastikan Namima tengah tertidur dengan pulas.

"Bukannya bang Yuda ada di rumah? Terus kenapa nelfon?" dia berdialog sendiri.

"Halo assalamualaikum dek" terdengar suara cemas dibalik telfon.

"Wa'alikumussalam bang. Kenapa?" Alya juga ikutan panik.

"Dek kamu dirumahkan?" tanya Yuda ingin meyakinkan.

"Loh bukannya abang juga dirumah? kenapa nanya?"

"Ngga, abang sekarang dijalan mau beli sesuatu tapi pas mau pulang ada kecelakaan dan yang terlibat itu--" ucapannya disenggal oleh Alya.

"Abang ngga papakan? Kenapa ada suara sirine ambulan bang?" panik Alya semakin menjadi.

"Ngga, abang baik-baik saja. Tapi, Al yang terlibat" hening. Alya terpaku saat mendengar nama Arland disana.

"Dek cepetan ke rumah sakit yang didekat rumah. Abang tutup telfon, mau nelfon teman abang yang jaga di rumah sakit. Assalamualaikum hati-hati dek" Yuda mengakhiri sambungan telpon.

Alya tanpa fikir panjang berlari menuju pintu dan memutar kunci dengan tergesa-gesa. Berhasil dengan kunci Alya langsung saja menarik jaket yang berada di balik pintu lalu berlari menuruni tangga. Hampir saja dirinya juga terjatuh, untung saja dirinya dengan cepat menahan. Sampai di garasi dia mengambil kunci motor yang tergantung di tempat kunci dan menyalakan motornya, mengendarainya dengan sedikit buru-buru. Sampailah dia dirumah sakit bertepatan dengan ambulan yang juga baru saja sampai.

Petugas emergency turun beserta sang korban. Yang terlihat disaat tak ada Yuda dan si korban juga bukan Arland. Terus dimana mereka? Tak peduli dengan penampilannya yang berantakan dan masih terdapat sisa air mata yang mengering di pipinya, dia mencoba menghubungi abangnya itu.

"Assalamualaikum. Bang Riely sekarang di depan rs, abang dimana?" tanya Alya setelah terdengar nada sambungan.

"........."

"Riely sendiri. Mima di rumah sama umi dan mang Farid juga"

"........."

"Abang tunggu Riely disitu"

Tut....tut....

Sambungan telpon terputus dan Alya berlari masuk dengan rambutnya yang acak-acakan menuju administrasi.

"Bang Arland gimana?" tanya Alya panik saat menemukan abangnya itu. Terlihat kaos putihnya terkenal darah.

"Abang, darah" tunjuk Alya semakin panik. Seakan mengetahui yang dimaksud adiknya ini, dia semakin tak ingin membuat adiknya yang satu ini semakin panik karena bercak darah di aju dan lengannya.

"Darahnya Arland. Tenang dek Arland ditangan yang tepat. Dia ditangani sama dokter pro di rumah sakit ini dek"



Jangan lupa vote dan comment
Tinggalin jejak

My Love is Cool KETOS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang