13

77 6 0
                                        

Selesai makan Alvin meminta bill nya, lalu mengeluarkan dompet.

"Nuna gomaksummida. Eh makasih maksudnya" ujar Alvin menyerahkan beberapa lembar uang dari dompetnya.

"Nee khansammida Alvin~ssi. Datang lagi" balas Mika dengan senyum lembutnya.

Alya dan Alvin berjalan keluar setelah membayar semuanya.

"Ay lo kok jahat? Udah tau gue ngga terlalu sama yang pedes" ambek Alvin sambil memanyunkan bibirnya yang tipis itu.

"Mian" balas Alya datar. Seakan semua ekspresi nya hilang dan pandangannya hanya berfokus pada satu arah, yaitu pada dua orang yang dia yakini kenal. Alvin yang melihat tatapan itu dari samping Alya, mengarahkan pandangannya mengarah tepat di depan tempat parkiran rumah makan Yuda. Alvin merangkul pundak Alya.

"Udah. Gue juga sakit hati liatnya" ujar Alvin memalingkan wajah Alya menghadap dirinya. "Guenchana?" lanjut Alvin menatap fokus ke manik mata Alya.

"Hem...guenchana Ano" balas Alya mengangguk dan senyum sendu yang mengembang di wajahnya.

"Pulang yuk. Nanti cemilannya dihabisin sama eomma Mela hehe" Alvin mencoba untuk tetap mempertahankan mood Alya.

Dengan tidak semangat Alya mengikuti langkah Alvin menuju parkiran.

"Hai Mi" sapa seseorang dengan suara beratnya.

"Hai Al" balas Alya dengan senyum paksa. Dan seorang cewe disamping Arland memandang Alya dengan tatapan sinisnya.

"Udah makan?" tanya Arland dengan sorotan mata yang teduh dan di balas anggukan dari Alya.

"Alya, lo di cariin bang Yuda di rumah tuh" ujar cepat Namima bermaksud mengusir Alya dan Alvin.

"Udah lama ngga ketemu Arland" ucap Alvin sopan dengan nada dingin. "Ngga ingat? Kenalin, Alvin Girrano" lanjutnya lagi dan menyodorkan tangannya untuk bersalaman.

"Arland Syafran" Arland membalas uluran tangan Alvin dan menjawabnya dengan nada yang tak kalah dingin.

"Al kami duluan katanya bang Yuda nyariin. Assalamualaikum" sarkas Alya dan menarik tangan Alvin lalu membawanya menuju motor yang mereka kendarai tadi.

"Wa'alikumussalam. Iya hati-hati Mi" Arland sedikit berteriak.

"Ayo Al kita masuk" ajak Namima dan menggandeng lengan kekar Arland namun di tepis oleh sang empu.

"Jalan duluan" sarkas Arland dengan nada yang kembali dingin tak seperti saat dirinya berbincang dengan Alya.

"Lo kenapa sih Al?" ujar Namima sedikit kesal karena perlakuan dingin Arland padanya.

"Jangan manggil gue Al, kalau lo bukan Alya atau keluarga gue. Inget kita cuma temen dan ngga lebih" itu adalah kata terpanjang yang Namima dengan keluar dari mulut Arland. Saat membahas saja Alya, kata-kata yang keluar pasti panjang.

"Apa? Kenapa setiap bahas dia kata-kata yang lo keluarin itu panjang? Kenapa kalau bahas yang lain selalu aja singkat dan suara lo dingin? Kenapa sikap lo ngga sama saat lo sama Alya ke gue? Apa yang lo liat dari dia?" sarkas Namima dengan mata yang berkaca dan tak dapat menahan emosi yang ada di hatinya.

"Dimata gue dia itu perempuan dan dimata gue lo itu cuma teman" balas Arland tanpa memedulikan Namima yang kini air matanya sukses terjerus keluar dari kelopak matanya itu.

"Oh ok. Thanks atas pengakuan lo. Gue pulang duluan. Lo hati-hati di jalan" ujarnya dan berjalan membelakangi Arland.

'Gue juga ngga tau kenapa gue kayak gini ke lo dek. Kadang gue benci sama lo, kadang juga gue iba sama lo' batin Arland. Ada rasa sesak disana melihat Namima yang berlajan membelakanginya dengan isak tangis yang sedikit keras.

Arland berlari menuju motornya dan mengejar Namima.

"Naik. Gue ngga bisa biarin orang yang gue kenal diapain sama orang" ucapnya memberhentikan motornya tepat di hadapan Namima. Mata sembab itu menatap manik tajam milik Arland. Mencari sesuatu namun hasilnya nihil. Benar Arland tak ada rasa sama Namima.

Namima naik ke atas motor Arland dengan hati gunda, bercampur rasa bahagia.

"Arland. Lusa sweetseventeen-nya Alya. Bunda dan ayah juga pulang besok. Lo mau datang ngga? Kami rayaain dirumah" ucap Namima memecah hening diantara mereka. Arland hanya bergumam. "Acara malam dan teman-teman sekelas juga temen OSIS-nya dulu semua diundang" lanjutnya lagi dan Arland hanya membalasnya juga dengan gumaman.

Mereka sampai di depan rumah keluarga Farhan. Namima turun dari motor Arland. Tanpa mengucapkan sepatah kata, Arland berlalu dengan kecepatan tinggi. Namima hanya bisa memandang punggung Arland yang semakin lama semakin mengecil.

"Sampai kapan lo harus kejar Alya? Kenapa ngga pernah, sekali aja lo perhatiin gue dengan tatapan wanita? Bukannya teman?" gumam Namima dan berjalan masuk kedalam rumah.

Baru saja sampai di depan pintu dia mendengar suara gaduh disana.

"Udah, dia itu udah keterlaluan biar kita buka aja semua"

"Hyung~ah tenang"

"Bunda! Apa bener yang dikatakan abang?"

"Alya~aa tenang dong"

"Yuda kalau kamu ingin kehilangan salah satu keluarga kita silahkan ungkap semua"

"Ayah"

"Ngga bun. Ayah udah ngga bisa denger lagi keluhan. Ayah sudah pusing"

"Lusa ulang tahun Alya. Apa ini hadiah yang hiks...kalian berikan?"

Tanpa mengetuk pintu Namima masuk dengan wajah sembabnya. Menatap setiap orang dengan tatapan bingung dan takut. Dia melihat Alya yang tengah terisak dan duduk dilantai, Yuda yang sedang dipegang oleh Alvin, bunda yang juga menenangkan ayah di sofa.

"A...ada apa ini?" tanyanya setelah beberapa detik hening karenanya.

"Ada apa? Kamu bilang ada apa?" tanya balik Yuda dengan emosi yang membara.

"Hyung~ah tenang" tahan Alvin yang masih setia.

"Bang" lirih Alya dan menggelengkan kepalanya saat manik mata Yuda dan Alya bertemu.

"Kamu dari mana nak?" tanya lembut bunda yang menghampiri Namima.

"Tadi temenin Arland beli makan untuk kakaknya" jawab Namima yang juga menatap bundanya.

"Yaudah ikut bunda yuk" aja bunda yang merangkul Namima dan membawanya ikut kemana langkah kakinya pergi.

"Bunda" teriak Yuda dengan sedikit jengkel.

"Apa ini yang kalian tunjukkan saat ayah dan bunda baru saja datang kerumah? Iya?" akhirnya Farhan mulai ikut bersuara. Yuda mulai tunduk dan Alvin menenangkan, Alya masih terisak disana.

"Ani~o ajeossi" balas Alvin mewakili.

"Sudah kalau bukan ini kalian masuk ke kamar masing-masing. SEKARANG" bentak Farhan dan mereka bubar masuk ke kamar mereka. Kalau Farhan sudah marah semua yang ada di rumah harus diam dan mengikuti apa yang diperintahkan olehnya demi mencegah keberlangsungan hidup.

Farhan kembali merilekskan dirinya di sofa ruang tamu. Dia dan sangat istri baru saja pulang dan mendapati putra sulungnya ingin mengacaukan sesuatu padahal salah satu putrinya lusa ada yang ulang tahun. Apakah ini rencana yang mereka susun untuk mengejutkan seseorang lusa saat acara?

Tinggalin jejak yah

My Love is Cool KETOS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang