"Aku pulang" teriak Namima dari pintu depan dan masuk ke dalam rumah. Mang Farid sedang memarkir mobil digarasi. Namima mengedarkan pandangan tak menemukan siapapun dalam rumah. Biasanya jam segini rumah sudah ramai di ruang keluarga.
Namima berjalan gonta menuju ruang keluarga namun, tak mendapati siapapun lagi. Alhasil, dia melangkah menaiki tangga menuju kamarnya. Samar-samar dia dengar ada gelak tawa dikamar Alya. Dan benar saja, Namima mendekat ke arah pintu. Pintunya sedikit terbuka tapi dia tak dapat melihat siapapun, hanya tembok berwarna biru dan hiasan-hiasan cantik.
"Ma choaeyo. Ui choaeyo" suara berat itu sepertinya Namima kenal.
"Nado choaeyo" balas Alya lembut.
"Apaan nih? Alya kok berani bawa cowo masuk ke kamar? Kalau tau bang Yuda bisa habis dia" gumam Namima yang nampak sedang berfikir.
"Siapa?" teriak Alya dari dalam. Tak ada sahutan dari luar. Namun, perlahan pintu terbuka menampilkan siapa yang sedari tadi menguping pembicaraan mereka.
"Hei Ma. Masih ingat Ano ngga?" tanya Alya yang menautkan alisnya sebelah.
"Hem" balasnya sambil mengangguk. "Ya gue pengen ngomong sesuatu tentang Arland. Berdua" lanjutnya dengan senyum sendu yang menghiasi wajah cantiknya itu.
"Di sini aja ngga papa" ujar Alya dan memberikan senyum lembut pada Alvin.
"Tapi Ya ini tentang Arland" bujuk Namima lagi.
"Yaudah kamu duduk disini biar aku yang keluar sebentar" Alvin menuntun Namima untuk duduk di kursi yang dia tempati tadi dan berhadapan dengan Alya. Alvin berjalan keluar dan menutup pintu. Setelah pintu tertutup, Namima mulai berbicara. Dan Alvin tak sepenuhnya benar-benar tak ingin melewatkan apa yang cewe-cewe ini perbincangkan. Dia berdiri di depan pintu, mendengarkan secara saksama.
"Ya apa yang lo lakuin sampai si Arland ngga bisa paling dari lo?" Gertak Namima namun suara pelan.
"Gue ngga ngelakuin apa-apa sama Arland" balas Alya masih lembut.
"Heh. Lo masang susuk ya? Atau jangan-jangan lo pelet si Arland?" Namima tersenyum mengejek.
"Gue ngga masang susuk dan gue juga ngga pelet siapapun. Asal lo tau, gue emang udah sahabatan waktu masih kecil. Sewaktu lo tinggal di rumah oma. Dan gue sama Al udah tau masing-masing luar dalam. Jangan salahkan gue Ma. Gue juga tepatin janji gue kok. Gue ngga dateng buat jenguk Al padahal gue kepengen banget. Gue ikhlasin dia sama lo, yang jelas lo bahagia" balas Alya dengan emosi yang mulai muncak.
"Bahagia? Okay, gue emang bahagia lo jauh dari Arland. Tapi, apa sih yang lebih dari lo? Gue udah cantik, disayang sama oma, dan banyak fans disekolah" sarkasnya lagi dengan smirk-nya.
"Oh iya lupa. Sebaiknya lo belajar suka sama Ano dan lupain Arland. Arland punya gue dan lo serah milih siapa" lanjutnya lagi sebelum benar-benar keluar. Dan Alvin yang berada di depan pintu segera berlari menuju tangga, merilekskan sejenak nafas lalu berjalan kembali menuju kamar Alya.
"Udah selesai?" ucapnya basa-basi saat berpapasan dengan Namima. Dia memaksakan senyumnya.
"Udah" datarnya dan berlalu pergi.
"Ma andai lo tau gue udah ada seseorang, lo mungkin ngga bakal ucapin kayak tadi" gumam Alvin yang memandang punggung Namima yang menghilang dibalik belokan tangga.
"Sabar. Lo perlu kasi dia waktu untuk tau perasaan lo" ucap seseorang dengan suara berat nan beribawa yang mengagetkan Alvin.
"Ash. Aigo hyung" pekik Alvin kaget.
"Slow dong. Gue saranin lo jangan ganggu cewe yang lagi badmood sekarang" pesannya lalu berlalu pergi.
"Hyung mau kemana malam-malam rapi?" tanya Alvin yang melihat Yuda memakai jas berwarna hitam dengan rambut yang disisir menyamping dan mengkilat, tak lupa sepatu yang seiras dengan warna jasnya."Mau rapat" balasnya tanpa berhenti dan menghilang dibalik pintu.
"Sepertinya mood Alya lagi jelek. Akh biarin sendiri dulu deh gue ngga mau ganggu. Enaknya ngapain? kayaknya ke minimarket enak deh banyak cemilan" tanpa menunda waktu lagi, Alvin berjalan keluar dan membawa motor metik yang ada dalam garasi.
Sementara ditempat lain.
"Kayaknya gue udah cinta mati sama Alya. Gue ngga bisa ngilangin gimana senyum tulusnya, cerewetnya, ngambeknya, semua hal tentang dia. Kayaknya bukan lagi sekedar suka atau rasa sayang biasa" ujar Reyhan dengan senyumnya yang membayangkan wajah cantik Alya.
"Kayaknya gue harus dapetin Alya bagaimanapun caranya" lanjutnya dengan senyum lebar mengembang sambil menatap Arland. Mendengar hal itu, Arland menatap tajam Reyhan.
"Jangan macam-macam Rey" peringatan Arland dengan tatapan mengancam.
"Kenapa?" tanyanya dengan menautkan satu alis keatas dengan smirk mengerikan. Pengurus OSIS yang cowo tau bagaimana sikap masing-masing saat menginginkan sesuatu yang dicapnya sebagai sasaran utama.
"Gue ingetin sekali lagi, lo jangan apa-apain Alya" ujarnya lagi penuh penekanan disetiap kata.
"Lo siapa nya Alya? Lo itu bukan pacar, suami atau ayahnya. Lo itu cuma SAHABAT!!" Reyhan sengaja teriak pada kata 'sahabat' pada Arland. Yah, sahabat. Mereka hanya sebatas itu ngga lebih.
"Kalau sampai gue denger lo apa-apain Alya..." jeda sejenak. Arland menarik nafas jengeh. "Lo bakal hilang nyawa" sarkasnya dengan sorot mata yang mengintimidasi.
"HAHAHA karena ini rumah lo, gue ngga akan ngerugiin apapun. Tapi, lo tau sendirikan kita ini apa?" ucapnya lagi dengan senyum piciknya dan meninggalkan Arland sendiri di kamarnya.
Reyhan kembali lagi dan berdiri di depan pintu kamar Arland. "Oh iya sebelum gue bener-bener pergi gue mau bilang sesuatu dulu. Khem.... Semoga cepat sembuh Arland" ucapnya tulus dengan senyum lembut. Secepat itu kau merubah ekspresi? Seakan tadi tak terjadi apa-apa.
_My_Love_is_Cool_KETOS_
Alvin pulang dengan dua kantong kresek yang isinya lumayan banyak. Dia berjalan menuju kamar Alya, dan yah tepat sekali Alya sedang berada dibalik pintu ingin membukanya. Bukan untuk Alvin, tapi, dia merasa haus dan akan ke dapur. Pas ketemu Alvin depan kamarnya dia kaget dengan apa yang dibawa sama Alvin.
"Tolong bukain pintu" walaupun udah lama ngga di Indonesia, Alvin masih ingat bahasa Indonesia.
Alya membuka pintunya dan Alvin masuk, Alya hanya mengekor dibelakang.
"Mau lo apain semua ini?" tanya Alya bingung dengan cemilan yang sebegitu banyaknya dibeli sama Alvin.
"Untuk lo" balasnya lagi dan meletakkan barangnya diatas kasur berukuran king size itu.
"Gue?" Alya masih bingung dengan sikap Alvin.
"Lo kan lagi ngga mood jadi gue beliin lo minuman, snack, coklat ah masih banyak lagi gue ngga tau apa diantara ini bikin mood lo balik" Alvin merebahkan badannya.
"Ngga ada disitu Ano" senyumnya.
Tinggalin jejak yah

KAMU SEDANG MEMBACA
My Love is Cool KETOS (END)
Genç KurguMelihat seseorang yang disayang bahagia, akan menjadi kebahagiaan tersendiri buat kita. Walaupun melihatnya bahagia bukan karena kita, itu sudah cukup. Banyak orang yang berfikir kalau kamu mencintai seseorang, maka relakan dia bersama yang lain, ji...