Bukan tentang siapa yang lebih dulu mengenal, tapi di saat seperti apa orang itu ada.
Reksa menoleh dan mencuri pandang ke Bora yang sedang duduk tak jauh dari tempatnya berdiri. Senyum kecil langsung terbit di wajahnya. Hanya hal sesederhana melihat cewek mungil itu sudah mampu membuat harinya terasa begitu cerah. Bahkan tanpa sesuatu yang spesial seperti sekarang, hanya makan ketoprak di pangkalan yang tak jauh dari rumah Bora pun sudah membuatnya bahagia. Apa pun, asal bersama cewek itu, semuanya terasa istimewa.
Tadi saat datang ke rumah Bora, sebenarnya Reksa ingin mengajak cewek itu menonton film superhero yang baru tayang di bioskop. Tapi ternyata Bora tidak suka film superhero dan memilih makan ketoprak di tempat langganannya. Sudah lama tidak memakan makanan itu, katanya. Akhir-akhir ini Bora memang suka memikirkan makanan yang sudah lama tidak disantapnya, dan tugas Reksa hanya memenuhi keinginan cewek itu.
Maka mereka berjalan santai sambil bergandeng tangan dan menikmati suasana sore yang sejuk dan teduh. Jalanan yang mereka lalui hari ini pun tidak terlalu ramai, jadi semuanya terasa begitu pas dan menyenangkan. Begitu tiba, Reksa mengambil alih tugas memesan dan Bora hanya perlu menunggu makanan mereka datang.
Hari masih terasa begitu cerah dan menyenangkan bagi Reksa, setidaknya sampai beberapa detik sebelum ini, sebelum Rendra datang dan berdiri di sebelahnya. Begitu melihat Rendra, pandangan Reksa berubah sengit. Cowok ini benar-benar tahu kapan saatnya untuk mengganggu dan mengacaukan suasana.
"Ketopraknya satu. Nggak pakai bawang putih, cabe sama toge, ya, Bang," pesan Rendra.
Reksa masih menatap Rendra selama beberapa saat. Cowok pengganggu itu benar-benar tidak menghiraukannya, bahkan saat mengatakan pesanannya, seolah tidak ada siapa pun di sebelahnya. Seolah mereka tidak saling kenal, apalagi bersaing. Reksa mendengus begitu saja ketika pikiran itu melintas di otaknya. Saingan? Reksa tidak akan pernah menganggap cowok itu sebagai saingannya, karena dia yakin, Bora tidak akan menganggap Rendra lebih dari teman.
Melihat bagaimana penjual ketoprak itu menyiapkan pesanan Rendra barusan membuat hati Reksa panas. Seketika dia teringat dengan kejadian di kantin. Saat dia memesan siomay yang tidak sesuai dengan selera Bora, lalu tiba-tiba cowok itu datang seolah menjadi pahlawan sambil menyodorkan pesanan siomay yang Bora suka.
Reksa belum melakukan apa pun mengenai hal itu, tapi dia yakin, saat ini, pesanan yang barusan disebutkan Rendra pasti sesuai selera Bora. Ternyata memang masih banyak hal yang belum Reksa ketahui dari Bora, dan cowok itu memanfaatkan kesempatan ini. Dia kira, dengan mengetahui lebih banyak tentang Bora akan membuat Reksa menyerah atau setidaknya marah dan kecewa. Reksa memang sempat kecewa karena kalah dengan cowok itu, tapi begitu bisa berpikir dengan tenang, dia memutuskan untuk membalik keadaan. Saat-saat seperti ini akan dimanfaatkannya dengan baik untuk lebih mengenal Bora, bahkan jauh melebihi Rendra.
Begitu penjual ketoprak itu selesai membuatkan pesanan yang Rendra sebutkan, Reksa langsung mengambil piringnya, mendahului cowok itu. Tentu, Rendra menatapnya tajam, seolah mereka sedang memperebutkan piala atau sesuatu yang lebih penting daripada sepiring ketoprak. Penjual ketoprak itu sampai bingung dibuatnya.
"Gue yang pesen ini, dan gue yang kenal Bora lebih dari lo. Udah jelas, gue yang lebih pantes buat dia. Jadi, lepasin sekarang juga," ujar Rendra penuh penekanan.
Reksa paham betul kalau kalimat terakhir yang Rendra ucapkan barusan itu mengarah pada Bora, bukan sekadar sepiring ketoprak yang sedang mereka perebutkan saat ini. Mata Rendra berkilat, penuh peringatan dan intimidasi. Harus Reksa akui, usahanya untuk membuat Reksa mundur tidak bisa dianggap remeh.
Namun, Rendra terlalu naïf kalau mengira Reksa akan melepaskan Bora hanya karena hal seperti ini. Mereka sudah melalui banyak hal, yang tidak Rendra ketahui, dan tidak akan pernah dialami cowok itu. Jadi kalau bicara soal pantas, tentu Reksa akan menang, apalagi memang hati Bora sudah dimenangkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Past, Let Me Go
Teen FictionSekuel DRAMA. Anka hidup dalam bayangan masa lalu yang terus membuatnya terlarut dalam penyesalan. Baginya, bayangan bisa mencekik begitu kuat, sampai rasanya sulit melepaskan diri, bahkan sekadar untuk bernapas. Lalu hadir seseorang yang baru di hi...