Dengan atau tanpa menunjukkan diri, yang terpenting adalah memberi arti.
Kebaikan hatimu memancar terang, sampai ke sudut hati yang paling gelap dan tak terjamah.
Kertas yang baru Anka ambil dari kotak biru tua kecil, yang dia simpan di rak buku paling bawah, menyedot perhatiannya sepenuhnya. Semua tulisan yang diberikan bersamaan dengan kotak makan misterius, yang dia dapatkan sejak hari pertama tahun ajaran baru, selalu dia masukkan ke kotak kecil itu.
Walau sampai sekarang Anka tidak tahu dengan pasti siapa yang mengirimkannya, dan awalnya semua itu terasa aneh, dia tetap memilih menyimpan tulisan-tulisan itu. Entah untuk apa, dia sendiri tidak tahu alasannya. Mungkin dia hanya merasa terlalu kejam kalau membuang apa yang orang berikan begitu saja. Atau bahkan sederhananya, tidak ada alasan apa pun. Ya ... terkadang manusia memang suka melakukan sesuatu tanpa alasan, kan?
Hingga tulisan saat Anka merasa terpuruk karena menjadi satu-satunya orang yang harus remedial di kelasnya, datang. Bahkan hingga sekarang, tanpa melihat kertasnya pun, Anka masih mengingat kalimat yang dibacanya saat itu dengan sangat jelas.
Saat kebenaran yang kamu bela mengecewakan, banggalah karena hatimu sudah berani memenangkan perdebatan dengan tepat.
Anka menatap kertas itu sekian lama. Entah bagaimana, kalimat di kertas itu bisa membuat suasana hatinya membaik dalam seketika. Rasanya menyenangkan, ketika ada yang mengerti diri kita, ada yang mendukung, bukannya menjatuhkan. Bukan juga berpura-pura simpati, tapi mengucapkan kata-kata yang membuat orang semakin merasa rendah.
Kenapa nggak lihat punya gue, sih? Kenapa nggak nanya, kan pasti kita bantuin? Begitu katanya, seolah itu hal yang benar untuk diucapkan, padahal jelas-jelas, menyontek itu salah. Dan secara tidak langsung, mereka ingin bilang, kalau tanpa bantuan mereka, dia tidak bisa apa-apa. Bukan merasa direndahkan yang menjadi masalah buat Anka sebenarnya, tapi tidak bisa membuktikan kalau tanpa kecurangan pun, bisa tetap mendapat hasil yang baik.
Jangan biarkan dunia mengambil harapanmu, karena bagi seseorang, kamu adalah harapannya.
Anka menarik napas dalam-dalam dan beralih ke kertas lain, ke tulisan selanjutnya yang membuat dia makin tersentuh. Kalimat yang berderet di sana digumamkannya pelan, tapi tiap katanya terus bergema di hati Anka. Seseorang berkata bahwa dia adalah harapan saat semua yang terjadi di hidup orang itu buruk, apa ada yang lebih manis dari itu?
Entah kenapa, Anka jadi semakin yakin kalau orang yang memberikan kotak makan misterius dan yang berbalas pesan dengannya di kertas dalam selipan novel adalah orang yang sama. Karena entah dari mana asalnya, ada perasaan yang sama saat membaca tulisan yang disampaikan dalam dua media berbeda itu.
Tanpa sadar, kedua sudut bibir Anka perlahan mulai terangkat. Kertas-kertas itu disusun secara acak, tapi tiga tulisan yang paling berkesan baginya ditaruh rapi di bagian atas. Tangannya meraih ponsel dan memotret kertas-kertas itu dengan mode blur. Dia masuk ke aplikasi Instagram dan mengetikkan beberapa kata di sana.
Kadang, seseorang bisa memberi arti tanpa harus menunjukkan diri. Cuma butuh ketulusan, dan orang yang menerima akan merasakan hal yang sama.
Sesaat setelah instastory-nya ter-update, sebuah pesan masuk. Kening Anka berkerut. Siapa yang merespons secepat itu? Tangannya bergerak membuka pesan dan menemukan nama bravendwip, username milik Brav.
Quoteable banget. Nggak coba nulis novel aja?
Pesan itu membuat alis Anka terangkat. Walau suka membaca, menjadi penulis sama sekali tidak pernah melintas di pikirannya. Tapi kalau dipikir sekarang, ide itu tidak buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Past, Let Me Go
Novela JuvenilSekuel DRAMA. Anka hidup dalam bayangan masa lalu yang terus membuatnya terlarut dalam penyesalan. Baginya, bayangan bisa mencekik begitu kuat, sampai rasanya sulit melepaskan diri, bahkan sekadar untuk bernapas. Lalu hadir seseorang yang baru di hi...