Penjahat dan Pahlawan Kemalaman

2.1K 138 48
                                    

Selamat membaca! Semoga suka. :)

Aurora berjalan menuju warung makan yang berada agak jauh dari rumah yang ditinggalinya. Alasannya, karena makanan di sana enak dan murah. Saat ini pukul setengah delapan malam. Ia menghela napas lega saat melihat depan warung makan itu sudah terlihat oleh matanya. Ia berjalan menuju pemilik rumah makan itu dan memesan makanan yang hendak dirinya beli.

"Ini, Dek." Ibu pemilik warung makan menyerahkan plastik berisi pesanannya.

"Makasih, Bu," ucapnya lalu menyerahkan uang. Setelah menerima kembaliannya, Aurora berbalik dan berjalan keluar warung.

Ponsel yang berada di saku celananya bergetar. Ia mengambilnya, dan melihat ada telepon masuk dari Mona—teman dekatnya. Cewek itu tersenyum. Diangkatnya panggilan tersebut.

"AURORA! GUE ADA KABAR GEMBIRA! GUE MENANG GIVE AWAY NOVELNYA ANINDYA FRISTA YANG CATATAN TENTANG HUJAN!"

Kedua mata Aurora membulat begitu mendengar hal tersebut.

"Serius lo? Aaa, itu novel inceran gue! Kenapa Lo yang dapet?!" seru Aurora. Ia masih berjalan keluar warung.

"Ya, udah takdirnya gue, dong!"

"Gue pengen baca duluan. Gue pinjem ya, besok!"

"Enak aja! Gue, lah! Orang gue yang punya!"

"Ih, Mon, gue ngebet banget pengen baca novel ituuu!"

"Nggak mau! Pokoknya gue dulu yang baca."

"Mon!"

"Sorry, gue nggak bisa ngalah, Au! Dah, ah!" Tanpa mengucapkan salam penutup, Mona mematikan sambungan teleponnya dengan Aurora.

Aurora kaget setengah mati. Ia tak terima. "Iiih!" Saking jengkelnya ia sampai menelepon Mona lagi, tetapi tak diangkat oleh temannya itu. Kesal, ia sampai ingin melempar ponselnya. Karena gerakan tangannya itu, ia tak sengaja menyenggol gelas berisi kopi panas milik salah satu dari keempat cowok yang duduk di sana. Cowok yang sedang mengobrol dengan temannya itu sontak mengumpat saat kopi yang masih panas itu tumpah mengenai pahanya.

Aurora kaget setengah mati saat mendengar umpatan cowok itu, jelas karena menyenggol gelas cowok tersebut juga. Matanya melebar saat melihat cowok tersebut berdiri dan menatapnya dengan tatapan murka.

"Aduh, maaf. Gue nggak sengaja," ucap Aurora dengan wajah menyesal. 

"Bego! Lo numpahin kopi gue! Kopi itu masih panas dan ngenai paha gue!" Ia menunjuk paha bagian atasnya yang basah.

"Ya ampun, maaf," ucap Aurora sambil menangkupkan kedua tangannya di depan wajah. "Gue nggak sengaja. Mau gue beliin lagi kopinya?" 

"Nggak usah!" bentak si cowok dengan wajah garang. 

Aurora kaget setengah mati mendengar suaranya. Jantungnya berdegup kencang karena kaget, ditambah wajah marah cowok itu membuatnya takut. 

"Ya, udah kalo gitu. Gue pulang, ya? Sekali lagi maaf." Karena Aurora tak nyaman dengan tatapan cowok itu yang begitu tajam padanya, tanpa menunggu balasan cowok itu lagi, ia kembali melanjutkan langkah. Kali ini lebih cepat.

"Kurang ajar," maki cowok yang pahanya terkena tumpahan kopi panas itu. Ia beralih menatap ketiga temannya. "Gue mau ngejar cewek itu," ucapnya lalu berjalan cepat menyusul Aurora.

***

Aurora sedang memasukkan ponsel ke saku celananya saat merasakan kehadiran seseorang di depannya. Ia mendongak, dan terkejut saat mengetahui bahwa seseorang itu adalah cowok yang pahanya terkena tumpahan kopi tadi.

Storm and Cross (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang