Fajar tidak muncul di hadapan Aurora lagi untuk beberapa minggu ke selanjutnya. Namun, Arif tidak berhenti menjaga Aurora. Ia tidak tahu apakah Fajar memang sudah berhenti mengganggu Aurora atau dia sedang menyusun rencana.
Selama itu juga kehidupan geng mereka aman tenteram. Tidak ada masalah yang muncul antara geng Arif dan geng Fajar. Noval sadar setelah koma satu minggu, dan itu membuat baik Geng Cross maupun Geng Storm senang luar biasa. Seiring berjalannya waktu kesehatan cowok itu kembali baik lagi.
Aurora tentu senang Fajar tidak muncul. Namun, ia masih waswas kalau tiba-tiba cowok itu muncul di hadapannya.
Selama itu, hubungannya dan Arif berjalan mulus bak jalan tol. Arif masih mengantar jemput Aurora. Kadang-kadang jika mereka ada waktu luang, mereka pergi ke toko buku atau mengunjungi perpustakaan mini milik Arif.
Mereka berdua sama-sama memiliki rasa, tapi belum ada di antara keduanya yang mengungkapkannya pada masing-masing dari mereka.
Kini, dua insan itu sedang berada di warung pecel lele yang berada tak jauh dari sekolahan Aurora.
Arif memandang Aurora yang siang itu wajahnya agak kusut. Rambutnya yang panjang dan bergelombang lepek karena keringat dan sebagian menempel di sekitar wajahnya. Mereka duduk di bangku dekat jendela. Arif mengambil tisu yang ada di atas meja dan menyodorkannya kepada Aurora.
"Buat ngelap keringat," katanya.
"Oh. Makasih," ucapnya lalu tersenyum kecil. Aurora mengambil tisu yang diberikan oleh Arif dan mengelap mukanya yang berkeringat.
"Nggak usah diliatin, lah," katanya malu pada Arif yang memerhatikannya.
Arif tertawa. "Kenapa, sih? Malu, ya?"
"Iya." Aurora memutar tubuhnya membelakangi Arif sambil mengelap wajahnya.
"Kan gue cuma mau liat," kata Arif pada Aurora. Ia tertawa geli melihat tingkah Aurora. Mukanya merah mirip tomat busuk begitu.
"Nggak boleh!" Aurora berujar keras. Ia kemudian berdiri untuk membuang tisu yang dipakainya. Meninggalkan Arif yang masih terkekeh geli di tempatnya.
Saat Aurora kembali ke mejanya, pesanan mereka sudah diantar. Arif tengah menyantap makanannya dan ia menoleh saat Aurora datang.
"Makan," katanya.
"Ya ini gue mau makan," balas Aurora.
Arif mengunyah makanannya pelan-pelan sambil melihat Aurora yang mulai menyuapkan makanan ke mulutnya.
"Makan yang banyak, Au," kata Arif.
Aurora menelan makannya dan menjawab, "Iya. Lo juga, Rif."
"Biar apa?" tanya Arif.
"Biar kuat kalo berantem sama Fajar," jawab Aurora.
"Oke, siap," balas Arif. Aurora tertawa dan meneruskan makannya.
Hari ini cuacanya lumayan panas. Berkali-kali Aurora mengusap peluh yang mengalir di pelipisnya. Selama makan, berlembar-lembar tisu telah ia gunakan untuk mengelap keringatnya yang mengucur deras di dahinya.
Hawa panas, ditambah rumah makan itu tidak mempunyai AC atau kipas angin membuat udara di sana amat panas.
Aurora yang makannya lambat bertambah lambat karena sibuk mengelap keringatnya.
"Lelet," ejek Arif saat ia sudah selesai menghabiskan makanannya.
Aurora menatap sinis padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Storm and Cross (TAMAT)
Teen FictionAurora benar-benar tak sengaja saat menyenggol gelas berisi kopi panas milik cowok bernama Fajar, yang akhirnya tumpah mengenai kaki bagian atas cowok itu saat malam hari di sebuah warung makan. Ia sudah meminta maaf, tapi Fajar malah tidak mau mema...