Selamat membaca!
Bisikan aku kalo ada Typo, ya! 🙃
"Temui gue. Di tempat biasa," ucap Arif di telepon pada seseorang di seberang sana.
"Mau ngapain? Ngajak makan?" tanya orang itu dengan tawa di ujung bibir.
"Nggak usah pura-pura bego."
"Oh, soal cewek yang semalam, ya?"
"Temuin gue sekarang."
"Oke-oke. Mau sendiri apa bawa pasukan?"
"Cukup lo yang dateng."
Arif mematikan sambungan telepon kemudian memasukkan benda itu ke saku celananya. Dihampirinya motor miliknya yang sudah ia panaskan beberapa saat yang lalu. Lalu ia menaikinya dan menyalakan mesinnya. Arif mengendarai motor tersebut menyusuri jalanan menuju tempat yang sudah ia janjikan pada orang di seberang telepon.
Fajar.
***
Fajar mengendarai motornya dengan santai sambil bersiul-siul senang. Hatinya entah kenapa riang sekali hari ini. Kenapa, ya? Mungkin karena ia sekarang punya objek baru. Usut punya usut, Aurora sudah menjadi incaran Fajar sekarang.
Soal Arif? Dia musuh. Dan ia akan melawan segala peringatan cowok yang sedari dulu menjadi rivalnya itu.
Arif sudah ada di sana saat Fajar datang. Cowok dengan tindik di telinga kanannya itu berdiri dengan tatapan mengikuti setiap gerak-gerik Fajar. Fajar menghentikan motornya dan mematikan mesinnya. Dihampirinya Arif yang telah menunggunya itu dengan senyum lebar. Rivalnya sejak masa SMK itu memandangnya dingin dan tajam. Seolah ia ingin mencabik-cabik Fajar dengan tatapannya tersebut. Selama beberapa detik kedua cowok itu hanya saling berpandangan. Arif dengan tatapan tajamnya, dan Fajar dengan mata yang memancarkan perlawanan. Apa yang Arif katakan akan Fajar bantah dan abaikan. Kan mereka musuh. Tidak ada ceritanya seorang musuh patuh pada seorang musuhnya lainnya.
"Lepasin dia, ya," kata Arif.
"Siapa?" tanya Fajar pura-pura tak tahu.
"Aurora. Cewek yang semalem."
"Kenapa? Dia dulu yang buat masalah sama gue."
Jujur, Arif sebentar belum tahu apa yang terjadi di antara Fajar dan Aurora.
"Bukan sebaliknya? Nggak mungkin dia nyari gara-gara sama lo. Pasti lo yang ganggu dia."
Fajar tertawa dan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Dia yang buat masalah duluan sama gue. Dia numpahin kopi gue yang masih panas, yang akhirnya kena paha gue, hampir kena organ vital gue. Rasanya panas banget, Man." Fajar meninju pelan bahu Arif yang dibalas tatapan tajam cowok itu.
"Terus? Dia udah minta maaf, kan?" tanya Arif.
"Udah, tapi itu nggak cukup. Dia suruh ngobatin nggak mau." Fajar menampilkan wajah seoah-olah kecewa dan tersakiti.
Arif mengernyit jijik. "Dia cewek baik-baik, jelas aja dia nggak mau," sentak Arif suara keras.
Fajar terbahak. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya. "Gue suka dia. Gue mau dia jadi pacar gue."
Arif menggelengkan kepalanya tak terima. Ia tak akan membiarkan cowok playboy di depannya itu mendapatkan Aurora.
"Dia nggak akan mau, dan gue nggak akan biarin lo ngejadiin dia pacar," tandas Arif.
"Dan gue nggak peduli," balas Fajar lalu tersenyum mengejek pada Arif.
"Jar, lepasin dia." Bukannya apa, Arif tidak ingin Aurora sampai jatuh pada Fajar yang suka berganti-ganti pacar. Ia tidak ingin Aurora sampai kenapa-kenapa gara-gara cowok ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Storm and Cross (TAMAT)
Teen FictionAurora benar-benar tak sengaja saat menyenggol gelas berisi kopi panas milik cowok bernama Fajar, yang akhirnya tumpah mengenai kaki bagian atas cowok itu saat malam hari di sebuah warung makan. Ia sudah meminta maaf, tapi Fajar malah tidak mau mema...