Perpustakaan Kecil

288 35 8
                                    


Fajar memandang kepergian kedua remaja itu dengan mata menyipit. Ada sesuatu aneh yang ia rasakan sekarang. Seperti rasa tak rela. Tangannya tanpa ia duga terkepal erat. Giginya bergeletuk.

Ia melirik kantong plastik yang terjatuh dengan tatapan marah. Entah apa yang membuatnya marah. Apakah karena Aurora menolaknya? Cowok itu menggelengkan kepalanya. Diambilnya bungkusannya yang terjatuh tersebut.

Fajar memejamkan matanya. Ia belum memulainya. Namun, baru saja hendak ia memulainya, ia merasa kehilangan semangatnya.

Cowok dengan rambut panjang setengkuk itu menggelengkan kepalanya pelan dan tersenyum tipis. Bukan Fajar namanya kalau hal seperti ini membuatnya merana. Ia Fajar. Cowok berlabel playboy yang telah menyandang status itu sejak kelas satu SMP.

Cowok itu naik ke motornya dan menyantelkan bungkusan berisi sesuatu itu ke stang motor. Ia menyalakan mesin motornya dan menjalankan kendaraan tersebut menuju markasnya.

Sesampainya di sana, dengan menenteng bungkusannya dan berjalan masuk lalu duduk di kursi yang biasa ia duduki. Jeno dan Indra yang merupakan temannya sejak kelas satu SMK itu sedang mabar game online dengan ponsel mereka.

Fajar melemparkan bungkusan plastik yang ia bawa ke meja yang berada di ruangan tersebut. Dirinya duduk bersandar di kursi dengan menengadahkan kepalanya ke atas. Memandangi langit-langit ruangan itu yang berwarna putih dengan tatapan kosong.

Dua temannya yang tengah mabar itu berhenti bermain dan menoleh ke arah Fajar yang tampak merenungkan sesuatu itu.

"Kenapa lo?" tanya Jeno. Ia melirik ke bungkusan yang berada di atas meja. "Itu apaan?" Jeno hendak mengambil benda itu, tetapi keburu disambar oleh Fajar.

"Bukan apa-apa," kata Fajar.

"Heleh, pake rahasia-rahasiaan segala," cibir Indra.

"Diem, deh," ucap Fajar malas pada mereka berdua.

Jeno dan Indra saling pandang. Ada apa dengan temannya ini? Pasalnya, jarang sekali mereka melihat wajah Fajar murung seperti itu. Pasti ada sesuatu yang serius yang telah terjadi.

"Lo kenapa sih, Jar?" tanya Jeno ingin tahu.

Fajar menoleh padanya dan mengembuskan napas pelan. "Gue mau tanya sesuatu sama kalian. Jawab jujur dan serius," katanya dengan memandang serius dua temannya.

Indra dan Jeno terdiam sejenak mendengarnya, lalu sama-sama mengangguk kemudian.

"Iya, kita bakal jawab serius," ujar Jeno yakin.

"Dan satu lagi."

"Apa?" tanya Indra.

"Jangan bilang siapa-siapa tentang percakapan ini. Inget, jangan bilang siapa-siapa!" tandasnya.

"Iya-iya."

Fajar menghela napas panjang dan mengembuskannya dengan panjang pula. Ia tidak langsung bicara, melainkan terdiam agak lama. Menyusun kata-kata yang pas terlebih dahulu di kepala. Dua temannya menunggu dengan sabar.

"Menurut kalian, Aurora suka sama Arif atau nggak?"

Dua temannya terdiam beberapa saat. Jeno dan Indra memandang Fajar lekat. Sesaat dua teman dekat Fajar itu tak berkedip memandangnya. Sedikit terkejut Fajar menanyakan hal tersebut. Sepenting itu Aurora sampai Fajar peduli siapa yang ia sukai? Bukankah selama ini Fajar mengganggunya karena hanya main-main?

"Lo orang kok pada diem, sih?" Fajar jadi jengkel pada mereka berdua. "Jawab, geh!"

Jeno yang duluan bersuara. "Gue nggak bisa nebak, Jar."

Storm and Cross (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang