Aurora membuka matanya perlahan. Ia mengucek matanya sebentar lalu memandang langit-langit kamarnya yang berwarna putih. Netra cewek itu beralih ke jendela kamarnya yang terbuka. Sudah gelap. Jam berapa sekarang? Ia menoleh ke jam dinding dan saat itu juga dirinya terkejut. Sudah jam tujuh malam! Ia tidur lama sekali! Belum mandi, belum mencuci piring, dan lain-lain. Tadi sesudah masak dan makan, dirinya mengantuk dan kakinya membawanya ke kasur. Begitu tubuhnya yang lengket karena keringat menyentuh permukaan kasur, matanya berat dan ia jatuh tertidur.
Aurora duduk dan merentangkan kedua tangannya. Ia berjalan ke jendela kamarnya untuk menutup jendela itu. Setelah itu, ia menuju ke ponselnya yang sedang di-charger. Sudah penuh. Ia mencabutnya dan menyalakan benda tersebut.
Ada beberapa panggilan dari Arif. Apa ia tahu kalau tadi Fajar mengganggunya lagi? Mungkin iya, mungkin juga tidak.
Aurora meletakkan ponselnya ke atas meja. Ia mau mandi. Tubuhnya terasa tidak nyaman. Ia mengambil handuk dan berjalan ke kamar mandi.
Setelah selesai mandi dan berpakaian, ia mengambil ponselnya yang ia letakkan di atas meja. Sambil menyisir rambut panjangnya yang bergelombang, ia mencari nomor telepon Arif dan menghubungi cowok itu.
"Aurora?" sapa Arif begitu telepon mereka tersambung.
"Iya. Maaf teleponnya nggak keangkat. Tadi HP gue lowbat. Gue ketiduran juga tadi. Baru bangun nggak lama ini," jelas Aurora.
"Iya, nggak papa, Au. Lo nggak papa?"
"Nggak papa, kok."
"Maaf, ya."
"Nggak papa, Rif. Gue nggak kenapa-napa, kok."
"Au."
"Ya?"
"Bisa keluar sekarang?"
Aurora mengerutkan keningnya. "Keluar? Ke mana?"
"Keluar rumah."
"Eh, ada apa emangnya?"
"Ada gue."
"Ada lo?!" seru Aurora terkejut. Ia berlari menuju pintu rumahnya dan membukanya. Di depan pintu itu, ada Arif yang sedang memegang ponselnya di telinga sama seperti dirinya. Cowok itu tersenyum pada Aurora.
"Lo dari kapan di sini?" tanya Aurora.
"Entah, lupa. Yang pasti sebelum azan magrib gue udah ada di sini. Lumayan lama lah, Au."
"Lo nungguin gue?"
Arif tertawa. "Ya iyalah Aurora. Mau nunggu siapa kalo bukan elo?"
"Kenapa?" tanya Aurora.
"Apanya yang kenapa?" Arif balik bertanya. Ia memasukkan tangannya ke saku jaketnya.
"Kenapa nungguin gue?"
"Mau mastiin kalo—" jawab Arif. Ia mengeluarkan tangan kanannya dari saku jaketnya kemudian membentuknya menyerupai teropong. Melihat wajah Aurora melalui itu. Aurora tertawa geli, ia tersenyum lalu dengan cepat memasukkan tangannya kembali. "Cewek satu ini baik-baik aja."
Aurora tersenyum padanya. "Gue nggak papa, kok. Emang tadi sempet takut sih waktu Fajar dateng." Wajah Aurora berubah jengkel saat ia menyebut nama Fajar.
"Kenapa?"
"Sempet nyekal pergelangan tangan gue tadi."
Arif menghela napas berat. "Maaf, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Storm and Cross (TAMAT)
Novela JuvenilAurora benar-benar tak sengaja saat menyenggol gelas berisi kopi panas milik cowok bernama Fajar, yang akhirnya tumpah mengenai kaki bagian atas cowok itu saat malam hari di sebuah warung makan. Ia sudah meminta maaf, tapi Fajar malah tidak mau mema...