Yuhuuuuuu!
Ramaikan dengan komen, ya. 😙😙😙
Selamat membaca!! 🤗
Aurora memperhatikan wajah Arif dari spion motor. Ekspresinya datar. Tak ada raut ceria seperti biasanya. Cowok itu juga sejak tadi diam saja. Setelah mengajak Aurora naik ke motornya tadi, Arif tidak berkata-kata lagi. Aurora menduga dengan pasti kalau cowok itu punya masalah.
Ia menepuk bahu Arif, membuat Arif terlonjak kaget. Cowok itu bakal mengumpat kalau saja yang menepuk bahunya bukan Aurora.
"Aurora, lo buat gue kaget!" ucapnya sambil memegangi dadanya.
Sambil cengengesan Aurora mengatupkan kedua tangannya di depan muka. "Maaf, Rif," katanya.
"Ya, gue maafin."
"Makasih. Lo lagi mikirin apa, sih? Dari tadi diem aja, nggak kayak biasanya?" tanya Aurora penasaran.
"Ada masalah, Au," unggkap Arif akhirnya. Ia menghela napas panjang.
"Masalah apa? Gue bisa bantu?"
Arif tertawa hambar. "Nggak bisa, sayangnya."
"Emang masalahnya apa, sih?"
"Masalah geng pokoknya."
"Masalah sama gengnya Fajar?"
"Iya," jawab Arif lalu mengangguk.
Aurora mengangguk-angguk.
"Udah mau sampe, tapi lo belum cerita ada apa," sesal Aurora sambil melihat gerbang sekolahnya di kejauhan.
"Bisa nanti, Au," hibur Arif dengan senyum di bibirnya. "Nggak usah dipikirin, nanti lo nggak konsen belajarnya."
"Tapi, nanti pasti kepikiran."
"Jangan dipikirin dulu, lah. Nanti lo percuma duduk manis di bangku tapi nggak ada pelajaran yang masuk ke otak," katanya memberi ceramah.
"Iya, deh. Nggak akan gue pikirin," ujar Aurora sambil menganggukkan kepalanya.
"Nah, gitu. Soal Fajar juga jangan dipikirin, ya. Fokus belajar aja," katanya lagi.
"Iya, Kak Arif."
"Sip, pinter. Oh, ya, nanti, kalo gue udah jemput lo di gerbang bakal gue kabarin. Usahain ponsel lo nggak mati, ya. Kalo gue belum dateng, jangan ke gerbang dulu, ya."
"Kenapa emang?"
"Takutnya Fajar dateng."
"Oke," katanya.
Begitu motor Arif berhenti, Aurora langsung turun. Ia melambaikan tangannya pada Arif yang dibalas oleh cowok itu lalu berjalan masuk pekarangan sekolah.
Arif menurunkan tangannya saat Aurora sudah hilang dari pandangannya. Ia memutar kunci motornya. Bersiap meninggalkan tempat tersebut.
Ia menoleh cepat saat matanya melihat seseorang yang dikenalnya. Yak! Siapa lagi kalau bukan Fajar? Cowok itu sedang duduk di atas motornya di seberang jalan sana. Rival Arif itu mengangkat dagunya dengan mata yang memandang Arif tajam. Arif balas menatapnya.
Sejak kapan cecunguk satu itu berada di sana?
Arif menunggu apa yang hendak cowok itu perbuat. Selama beberapa menit, Fajar tidak beranjak sedikit pun dari tempatnya. Ia masih di sana. Di atas motornya dan melihat ke arahnya.
Bosan dan geram, Arif menyalakan motornya dan menjalankannya ke tempat Fajar.
"Ngapain?" tanya Arif begitu sampai di depannya. Kini, motor kedua cowok itu saling berhadapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Storm and Cross (TAMAT)
Teen FictionAurora benar-benar tak sengaja saat menyenggol gelas berisi kopi panas milik cowok bernama Fajar, yang akhirnya tumpah mengenai kaki bagian atas cowok itu saat malam hari di sebuah warung makan. Ia sudah meminta maaf, tapi Fajar malah tidak mau mema...