"Nih!" Aurora menyodorkan kotak bekal berwarna biru kepada Arif yang berdiri di depan pintu rumahnya.
"Apaan, nih?" tanya cowok itu dengan senyuman menghiasi bibirnya.
"Bom!" jawab Aurora asal. Cewek itu kemudian tertawa. Membuat Arif juga ikut tertawa.
"Gue buka, boleh?" tanya Arif yang mendapatkan anggukan kepala dari Aurora.
Arif membuka kotak bekal berwarna biru itu. Senyum di wajahnya semakin lebar saat kotak bekal itu sudah terbuka. Dilihat dari penampilannya, makanan itu sangat lezat. Dirinya yakin kalau makanan itu memang lezat walaupun belum mencobanya.
"Makasih, ya. Elo yang masak?"
"Iya, lah! Siapa lagi?"
"Makasih, lho, Aurora."
Aurora tersenyum manis. "Sama-sama, Rif. Lo mau makan kapan?"
Arif melihat jam tangannya. Sudah mau jam tujuh. "Nanti aja, deh. Nganterin lo dulu."
"Tapi lo udah sarapan belom? Kalo belom makan aja dulu. Nanti lo sakit."
"Udah kok, Au. Nggak usah khawatir," kata Arif lalu tersenyum kecil.
Aurora mengulum senyum "Ya, udah. Tapi jangan sampe nggak dimakan, ya."
"Pasti gue makan, lah," ucap Arif yakin.
"Sip!" Aurora mengacungkan jempolnya.
Arif mengangguk. Ia memasukkan bekal dari Aurora ke jok motornya, lalu mengajak cewek itu untuk segera naik. Takutnya telat.
"Eh, bentar." Arif mencegah Aurora yang hendak naik ke motornya.
"Kenapa?" tanya Aurora dengan kening berkerut.
"Udaranya dingin. Mau mendung juga." Arif menunjuk ke atas. Memang benar. Langit tampak gelap kala itu, dan angin yang berembus terasa dingin di kulit.
"Terus?"
"Pake jaket, dong. Dingin."
"Ah, nggak usah." Aurora menggeleng. "Nggak dingin, kok."
"Pake aja, lah. Apa mau pake jaket gue?" Arif sudah bersiap melepas jaketnya tapi dicegah oleh Aurora.
Tangan mereka tidak sengaja bersentuhan. Membuat dada keduanya berdesir aneh. Sejenak, keduanya terdiam dengan salah tingkah. Mereka sama-sama membuang wajah ke arah lain. Kebekuan itu terputus saat Aurora berbalik dari hadapan Arif dan masuk ke dalam rumahnya.
"Eh? Kenapa, Au?" teriak Arif. Rasa gugupnya hilang digantikan rasa bingung karena Aurora tiba-tiba pergi.
Aurora berbalik ke depan pintu. "Katanya suruh pake jaket? Ya ini gue mau ngambil."
"Oh, iya. Silakan."
Cewek itu kembali masuk rumah dan muncul beberapa saat kemudian. Ia mengenakan jaket berwarna biru muda yang membuat dirinya semakin ... cantik. Pakaian itu melekat pas di tubuhnya.
Arif berdehem saat Aurora sudah berada di depannya. "Ayo naik," katanya.
"Eh, Rif!" panggil Aurora setelah beberapa saat mereka berkendara.
"Iya, kenapa?" Arif menoleh untuk melihat cewek itu.
"Yang tadi malem. Lo mau ngomong apa?"
"Yang mana, ya?"
"Yang soal Fajar."
"Oh, itu."
"Iya."
"Nanti deh gue kasih tau."
KAMU SEDANG MEMBACA
Storm and Cross (TAMAT)
Teen FictionAurora benar-benar tak sengaja saat menyenggol gelas berisi kopi panas milik cowok bernama Fajar, yang akhirnya tumpah mengenai kaki bagian atas cowok itu saat malam hari di sebuah warung makan. Ia sudah meminta maaf, tapi Fajar malah tidak mau mema...