Arif membonceng Aurora yang mukanya kusam dan kusut menuju ke rumahnya.
Sejak keluar dari warung bakso, cewek itu tak mengeluarkan sepatah kata pun.
"Au?"
"Apa?"
"Lo nggak papa?"
"Nggak papa, kok." Tapi dari nada suaranya, jelas sekali cewek itu kenapa-napa.
Arif melihat Aurora lewat spion motor. Cewek itu memandangi jalanan yang mereka lewati dengan bibir melengkung ke bawah. Rambutnya yang agak berantakan menambah penampilannya semakin kusut.
"Au," panggil Arif lagi.
Aurora melihatnya lewat kaca spion. Tatapan mata mereka bertemu. Arif menyunggingkan senyumnya. Aurora membalasnya dengan raut datar. Cewek itu benar-benar bad mood.
"Tau, nggak?" tanya Arif.
"Nggak," jawab Aurora. Ia lalu memutuskan kontak matanya pada Arif. Kembali memandang jalan yang dilewatinya.
"Aurora, lo nggak sendirian. Ada gue. Dan ada teman-teman gue yang akan melindungi lo dari Fajar. Lo nggak suka sama dia? Kami juga. Karena, Fajar itu memang musuh kita." Arif diam sejenak. Masih melirik Aurora di belakang, ia kembali melanjutkan, "Jadi, jangan pusing sendiri. Ada gue."
"Iya, Rif. Makasih," ucap Aurora sambil melihat ke arahnya. Hanya sebentar, lalu cewek itu kembali membuang muka.
"Biasanya lo senyum, Au. Kenapa sekarang cemberut?"
"Gue bete karena Fajar! Dia tuh buat gue jadi kayak punya beban! Hidup gue jadi nggak tenang kayak sebelumnya! Seharusnya kalo dia beneran suka sama gue, tapi guenya nggak suka dan nggak mau jadi pacar dia, dia berhenti. Nggak malah kek gitu," keluhnya tanpa menoleh pada Arif.
"Iya, iya, gue tau," kata Arif. Aurora diam saja, lalu dirinya melanjutkan, "Lo capek, ya? Tadi pulang cepet kenapa?"
"Kok lo sekarang cerewet, ya?" Kali ini Aurora menoleh padanya, lewat spion tentu saja. Ia tatap mata Arif itu dengan tajam.
Arif tertawa. Masa, sih?
"Masa?" tanya Arif.
"Iya. Dari tadi lo ngomong terus. Padahal gue lagi males ngomong. Gue bad moooodddd ..."
"Biasanya, buat ngilangin bad mood, lo ngapain?"
Aurora berpikir sejenak. "Kadang, gue baca buku, nonton film, makan, atau tidur."
"Jalan-jalan?"
"Ah, iya! Itu juga!"
"Sekarang ini lo mau ngilangin bad mood gimana?"
"Makan, mungkin. Nih!" Ia menunjukkan jajanan yang ia beli tadi di pasar. Cilok, gulali, dan es.
"Mood lo bakal balik?"
"Ya nggak tau juga sih," katanya sambil mengangkat bahu.
"Nanti kasih tau ya kalo mood-nya udah baik," kata Arif. Aurora hanya mengangguk.
Sekitar lima menit kemudian, mereka sampai dirumah Aurora. Cewek langsung turun dengan hati-hati karena memhawa dua belanjaan di kedua tangannya. Ia menghadap Arif yang melongok ke rumah Aurora.
"Di rumah ada siapa, Au?" tanya Cowok itu.
Aurora menggeleng. "Nggak ada siapa-siapa."
"Mama sama papa lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Storm and Cross (TAMAT)
Ficção AdolescenteAurora benar-benar tak sengaja saat menyenggol gelas berisi kopi panas milik cowok bernama Fajar, yang akhirnya tumpah mengenai kaki bagian atas cowok itu saat malam hari di sebuah warung makan. Ia sudah meminta maaf, tapi Fajar malah tidak mau mema...