Bukit

74 2 0
                                    

Ketika kerinduan sudah meronta ronta untuk dipertemukan, namun ekspektasi tak pernah seindah kenyataan.
Yang dapat ku lakukan hanyalah menyapamu lewat angan
-Kayla

Sehari sudah Kayla berada dirumahnya sendiri, tempat pulang ternyaman dari yang ternyaman, bisa dibilang Kayla tidak ingin balik lagi Ke Jakarta, disini dia tidak menemukan rasa terabaikan yang amat mencabik hatinya. Ya apa lagi jika tidak diabaikan Devan.

Setelah lama tidak pergi kebukit untuk sekedar berteriak, Kayla memutuskan untuk melangkahkan kakinya menuju bukit, mungkin dia butuh sedikit pencucian mata kali ini. Tak butuh waktu lama tibalah Kayla dibukit kesayangannya ini, bukit yang tidak terlalu tinggi untuk didaki sendiri.

Kayla menjangkau ponsel disaku celananya lalu membuka kamera ponselnya untuk mengabadikan keindahan pemandangan disitu, lantas mengaploadnya di Sg dengan beberapa qoutes yang Kayla ketikan. Disini memang indah, namun keindahan ini akan jauh lebih indah jika dirimu menatap ku lalu berucap indah ya pemandangannya apa lagi ditemenin kamu -ssilvanykay

Setelahnya Kayla terduduk, pikirannya seakan terstop, tiada yang dia pikirkan saat itu sampai getaran pada ponselnya menimbulkan sebuah kejutan. Segeralah dibuka ponselnya ada sebuah chat yang dari beranda terlihat nama Dev(il)an. Semangat 45 Kayla saat itu bergegas membaca.

Dev(il)an

Lo dmna?

Ciee nyariin gue ya, gue pulang kampung lo sih gak pernah ngirauin gue, ya udah gue balik aja kekampung gue nenangin diri.

dmna?

DIDESA gue Dev

Posisi lo

Dibukit, yang deket kebon teh bokap lo yang kata lo itu, yang waktu dirumah lo, yang persiapan mao olimpiade itu, yang kita menang, yang ditontonin banyak orang.

Read

"Njir ni Devil main ngread doang, kalo khawatir tu gak usah ditutupin gitu ngapa! Gue juga paham kali" gerutu Kayla, dengan semua keanehan Devan dia tidak paham maksud dari Devan

Kayla memilih mematikan ponselnya, sakit hatinya kembali terkuak lagi, sekuat tenaga Kayla menahan untuk biasa biasa saja namun semua ini sudah melewati batas normal dijalan hidupnya.

Setetes air yang tidak pernah ingin dia perlihatkan semua orang itupun akhirnya mengalir nakal dipipi cubby nya.
"Dev gue gak pernah paham sama semua ini, lo tiba tiba care tiba tiba gak peduli seakan gue tuh kayak udah gak ada aja gitu diidup lo, NYESEL GUE DEV UDAH KENAL SAMA LO NYESEL NYESEL TAU GAK" Kayla bermonolog sendiri melepaskan milyaran tronton kehancuran yang menacap sempurna dibenaknya, kini bukan lagi setetes saksi luka itu yang mengalir, melainkan sudah seperti air terjun yang menjerumus hebat dari mata Kayla. Kayla tertunduk lemas tenaganya habis bahkan untuk menghirup oksigen berat sekali dirasanya padahal pepohonan yang rindang ini tidak mungkin menghilangkan oksigen.

"Maaf Kay, Maafin gue, Maafin gue kalo selama ini suka plin plan sama sikap gue ke elo, maaf gue udah nganggep lo gak ada, tapi ego gue kali ini ngalah Kay, perasaan gue lebih menang, dan karena itu gue mau nebus semua kemunafikan rasa gue selama ini"

Saat mendengar rangkaian kata itu, isakan Kayla terhenti, bagaimana mungkin sebegitu rindunya dia dengan Devan sehingga dia mampu mendengar suara Devan yang begitu nyata, Lalu Kayla menepuk nepukkan pipinya berusaha menghilangkan halusinasi yang menjebaknya. "Lo tau Dev! Bahkan saat gue mikirin lo gue selalu denger suara lo, yang gak akan pernah gue denger sejelas itu" Isakan Kayla kembali terdengar lagi dia sudah sangat lelah akan semua ini.

"Kay!, gue disini"

Berasambung....
Hola haloo cobat jingga.
Hayo loo siapa yang lagi bosen dirumah aja.
Jangan keluyuran dulu ya walaupun rasa bosan sudah menguasai lingkup hati kalian
Mending baca cerita aku aja hhehee.
Tinggalin jejak yaa

The Toxic BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang