Kali ini kuputuskan untuk meruntuhkan kokohnya ego lewat setetes kehilangan
Kebodohan yang selama ini ku perbuat tolong dimaafkan.
-DevanSetelah mendengar suara itu lagi Kayla lantas mendongak kan kepalanya berusaha menetralkan penglihatan yang sedikit rabun karena air matanya. Samar samar dilihatnya sosok yang dia rindukan hadir dihadapannya menatapnya dengan sendu dan kaki yang berpijak ditanah tentunya, dia bukan bayangan dia nyata, kehadirannya benar benar ada.
"De.. Devan?" lirih Kayla dengan isakan yang masih sedikit terdengar.
"Maaf Kay, maafiin gue, gue salah ngabaiin lo, gue gak pernah pengen ngelakuin itu, cuman gue gak terima aja pas lo ketawa ceria gitu sama Arbani, gue kira lo gak butuh gue lagi, makanya gue ngindar, tapi nyatanya gue salah Kay, maafin gue" dengan mata yang menyorot kearah mata Kayla, Devan meperlihatkan kesalahannya. Lalu berjalan mendekat kearah Kayla, pandangannya tak luput dari manik indah mata Kayla.
"Dev" ucap Kayla sambil menggeleng, mulutnya sulit merangkai kata saat itu, ketidak mampuannya berucap membuatnya terus menggeleng, menandakan tidak, Devan tidak perlu meminta maaf.
"Kalo lo mau marah sama gue silahkan Kay, asal lo jangan nyalahin takdir, takdir ini gak pernah salah, kita sekarang gak pernah salah, gue yang salah bukan takdir bukan pertemuan bukan apapun tapi gue Kay" tatapan sendu Devan yang memperlihatkan sendu yang teramat dalam.
Kayla berusaha menguatkan perasaanya, menjernihkan keruhan rasa dihatinya, lalu akhirnya Kayla bersuara "E.. Enggak Dev lo gak perlu terus terusan minta maaf, lo gak salah kok, gak ada yang salah disini, cuma komunikasi kita aja yang renggang terus timbul kesalahpahaman, u.. udah lo gak perlu ngerasa bersalah gini" ucap Kayla sedikit sesegukan.
"Tapi Kay gue udah diemin lo, udah gak perduliin lo, udah gak anggep lo ada, gue sal...
"syut, udah gak ada yang salah lo gak boleh ngerasa salah mulu"
Belum juga terselesaikan ucapan Devan berhenti ketika Kayla meletakkan telunjuknya dibibir Devan tanpa aba aba menginsyaratkan untuk berhenti berbicara.Senyum yang merekah lantas diperlihatkan Kayla, dia senang teramat senang bahkan akhirnya Devilnya kembali lagi dengan sikap yang care bukan sikap yang toxic.
"lo disini aja gue udah seneng kok Dev, uumm tapi ni ya Btw lo kok bisa ada disini, lo nguntitin gue ya, hayolo jadi Paparazi ya lo, ishh jangan bilang lo mau ngasih surprise yakan yakan" ocehan Kayla kembali diperdengarkannya, berdiam diri itu bukanlah dia maybee sosok penunggu bukit yang membuatnya terdiam tadi. Hhehe canda doang;v
Devan memautkan alis tebalnya, bingung dengan kresek jadul didepannya ini, baru saja tadi dia menagis sesegukan sekarang sudah mengoceh lagi. Layaknya orang berpidato. Tapi ketahuilah itu yang membuat Devan rindu dengan pecel curutnya ini.
"bisa gak sih pede lo itu dikurangin dikit, Anjing gila aja gonggong kalo dia dilemparin batu lah elo habis nangis ngoceh, lagian yang mau ngasih surprise tu siapa? Gue kesini cuman mau liburan aja, kebetulan nemu elo diatas bukit lagi teriak teriak kagak karuan" ucap Devan mengelakKayla yang sebal mendengar jawaban Devan tak segan menghujani Devan dengan senaja Mautnya apalagi jika bukan cubitan dahsyatnya. "Iishhh lo ya, pake nyama nyamain gue sama anjing gila lagi, nihh guee kasih rabiesnya anjing gila"
"argh aduh Kay sakit, becanda juga gue! Lo mah gitu aja dianggep" Ucap Devan dengan meringis kesakitan sambil mengusap usap bekas cubitan Kayla.
"lagian lo sih" sahut Kayla tak terima disalahkan
"Lo tau gak?, gue tuh kangen sama lo makanya gue kesini, kemarin gue cariin lo dikelas gak
ada, dikantin gak ada, diperpus gak ada, ya udah gue tanya ke Angel katanya lo pulkam, tanpa pikir panjang gue cus kesini, sebenernya gue udah sampe sore kemarin cuman gue gak tau alamat lengkap lo jadi gue kevilla bokap gue aja dulu" terus terang Devan akhirnya"Uumm jadi ini ada yang kangen ni sama gue?" sambil menaikan naikan kedua alisnya Kayla mencoba menggoda Devan.
"Iya........
Bersambung
Happy reading!
Tunggu part lanjutannya ya
Klik aja ni
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
The Toxic Boy
RomanceSebal, cemburu, gundah, sakit hati, bahagia, semua tentang rasa itu sering kali Kayla rasakan untuk bertahan dalam setiap gelombangnya kehidupan menghadapi sikap seorang laki laki yang dia harapkan, yang dia cintai, meski sikap, perkataannya dan pem...