"Kau masih marah? Apa kau masih ingin mendengarkan ku?"
Wooyoung mengirim pesan singkat kepada Youra dan menunggu balasan dari Youra. Namun hingga 30 menit lamanya Wooyoung menunggu, tidak ada balasan dari Youra. Wooyoung berniat menelpon Youra namun ia mengurungkan niatnya. Ia meremas ponselnya kuat dan melemparnya ke arah tempat tidurnya.
"Aku harus menemuinya." gumamnya seraya mengambil jaket dan ponselnya lalu bergegas pergi.Wooyoung mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi hingga akhirnya motornya terhenti tepat di depan rumah Youra. Ia melepas helmnya dan menatap ke arah jendela kamar Youra. Hanya menatapnya dan berharap Youra mengetahui keberadaannya saat ini. 15 menit lamanya dia terdiam disana, kini tiba-tiba rintik hujan turun dan membasahinya sedikit demi sedikit. Dia masih terdiam disana, diatas motornya seraya masih menatap ke arah yang sama dan dengan harapan yang sama. Wooyoung menghela nafasnya lagi dan lagi lalu menundukkan kepalanya sedikit..
'Apakah aku bisa tanpamu? Bahkan sehari saja aku tidak melihatmu, aku seperti kehilangan akal sehat ku. Kali ini, kau akan benar-benar jauh dariku, kau benar-benar meninggalkan ku, tapi aku tidak akan pernah menyerah, aku tidak akan membiarkanmu pergi..'Di tempat lain, di sebuah kamar, Youra berulang kali membaca pesan singkat dari Wooyoung. Hanya membacanya dan tak ingin membalas pesan tersebut. Youra masih kesal bahkan kecewa kepada Wooyoung karena telah mengambil kalung pemberian dari Seonghwa. Ia berniat untuk tidur namun tidak bisa, ia merasa gelisah. Ia melihat kearah jendelanya sekilas, "Diluar hujan?" gumamnya lalu bangun dari tempat tidurnya dan berjalan ke arah jendelanya untuk melihat hujan karena ia tidak bisa tidur.
"Wooyoung?" gumamnya terkejut ketika melihat Wooyoung yang berada di depan rumahnya. Dengan cepat Youra berlari keluar dari rumahnya seraya membawa payung. Ia membuka payungnya dan berlari kearah Wooyoung.Wooyoung mengangkat kepalanya perlahan saat ia merasa tidak ada air hujan yang membasahi tubuhnya lagi. Wooyoung sedikit membulatkan matanya ketika mengetahui Youra datang dengan nafas yang tak beraturan seraya menutupi tubuh Wooyoung dari hujan yang mulai deras dengan payung yang dibawanya.
"Kau gila?! Kenapa kau disini?!" tanya Youra dengan sedikit berteriak karena hujannya semakin deras. Wooyoung turun dari motornya kemudian kembali menatap Youra tanpa menjawab pertanyaan Youra.
"Kau bisa sakit! Jangan keras kepala dan-"Wooyoung menarik salah satu tangan Youra yang sedang menggenggam payung dan kini jarak mereka menjadi lebih dekat dibawah sebuah payung. "Aku hanya ingin melihatmu, seperti ini, sedekat ini. Karena aku tidak akan bisa melakukannya saat kau bersamanya.." ucap Wooyoung dengan menatap dalam mata Youra.
Youra terdiam seraya menatap mata Wooyoung. Ia ingin menangis namun ia menahannya. Youra merasa bersalah karena telah meninggalkan dan mengabaikan Wooyoung bahkan ia sempat membenci Wooyoung. Tapi tidak ada yang bisa di lakukannya. Youra telah mengambil keputusan dan Youra tidak ingin membuat kesalahan dengan keputusannya itu. Hidup penuh dengan pilihan begitupula dengan hati. Mereka berdua masih saling terdiam dan menatap dibawah sebuah payung hingga hujannya mereda.
"Hujannya berhenti.." gumam Youra seraya sedikit menjauhkan dirinya dari Wooyoung.
"Kau masih marah? Kau tidak ingin mendengarkan penjelasan ku?" tanya Wooyoung lirih.
Youra menghela nafasnya, "Aku sudah maafkanmu dan aku tidak ingin mendengar apapun. Sekarang, pulanglah." jawabnya dingin.
Wooyoung terdiam dan tak ingin menjawab apapun. Raut wajahnya terlihat sedih dan pucat, membuat Youra semakin khawatir.
"Tunggulah sebentar.."
Youra bergegas masuk ke dalam rumahnya selama beberapa menit kemudia ia kembali keluar dengan membawa sebuah jaket tebal. Ia berlari kecil kearah di mana Wooyoung berdiri dan berhenti di hadapannya.
"Jaketmu basah, kau bisa sakit, pakailah ini.." ujar Youra seraya memberikan jaket yang dibawanya kepada Wooyoung. Namun Wooyoung masih diam.
![](https://img.wattpad.com/cover/194441181-288-k969475.jpg)