Wooyoung menghempaskan tubuhnya diatas tempat tidurnya. Memejamkan matanya untuk beberapa saat dan membukanya kembali. Mengangkat tangannya yang sempat terluka dan masih terbalut dengan perban putih. Ia belum menggantinya sejak saat itu, dan kini ia teringat seseorang yang mengobati lukanya. Seseorang yang tak peduli meski Wooyoung terus menyakiti dan berbuat kasar pada dirinya. Ya, jelas itu adalah Youra. Wooyoung terus menatap tangannya.
"Kenapa kau tidak merubahnya? Aku tahu kau masih mencintaiku. Tapi kenapa?" gumamnya bertanya pada dirinya sendiri. "Seonghwa lebih baik dariku. Tapi kenapa setiap aku melihat mata itu, mata itu seakan berkata kau hanya mencintai ku? Aku menyakitimu agar kau membenci ku, melupakan ku. Tapi kau justru.." Wooyoung tiba-tiba menghentikan kalimatnya. Dan, "Arggh!!" ia menghempaskan tangannya ke segala arah.
"Aku benci memikirkanmu. Karena aku akan semakin mencintaimu.." gumamnya kemudian memejamkan matanya, lagi.
"Kau telah mempermainkan hatiku, kau bersikap semaumu, kau melakukan semuanya hanya untuk menutupi keadaan hatimu yang sebenarnya.."
"Lalu, bagimu aku apa? Kali ini kau menyakiti ku Wooyoung."
Tiba-tiba Wooyoung teringat kalimat yang dikatakan Iseul kepadanya. Wooyoung membuka matanya dan segera mengambil ponselnya, mencari nomor telepon Iseul dan menghubunginya.
"Ada apa?" tanya Iseul ketus ketika mengangkat panggilan telepon dari Wooyoung.
"Maafkan aku. Aku akan memperbaiki semuanya besok." jawab Wooyoung malas.
"Tidak. Kau tidak akan melakukannya dengan tulus."
"Lalu aku harus bagaimana?"
"Kau masih mencintainya?"
"Siapa?"
"Siapa lagi?!"
"Apa itu penting?"
"Penting untukku."
"Sudahlah.."
"Kau masih mencintainya?"
"Tidak." jawab Wooyoung cepat.
"Kau bohong."
"Terserah kau saja." segera Wooyoung memutuskan panggilannya dengan Iseul dan melempar ponselnya ke segala arah.
●●●
Pagi ini, akan ada pertandingan basket antar kelas. Saat pertandingan dimulai, Youra sedikit merasa cemas, ia berharap agar kelasnya tidak melawan kelas Seonghwa. Namun pada akhirnya yang masuk ke babak terakhir adalah kelas Seonghwa dan kelas Wooyoung. Ya, Youra terkejut sekaligus khawatir. Saat Youra ingin pergi dari lapangan basket, Hyemi menahannya.
"Kau harus tetap disini, untuk Seonghwa." ujar Hyemi.
"Hyemi, kau tahu aku tidak bisa berada di situasi seperti ini.."
"Kau harus bisa, harus. Kau harus membuktikan pada Seonghwa bahwa kau mencintainya."
Tanpa menjawab, Youra kembali terduduk dan kembali melihat pertandingan basket tersebut.
Selama pertandingan berlangsung, Youra berusaha untuk terus memperhatikan Seonghwa, hanya Seonghwa bukan Wooyoung. Namun nihil, sesekali mata Youra memperhatikan Wooyoung dan ia melihat tangan Wooyoung tidak lagi di perban. Beberapa detik setelah Youra memperhatikan Wooyoung, tiba-tiba Wooyoung menatapnya sekilas seakan tahu jika Youra sedang memperhatikannya.Tanpa di ketahui Youra, Seonghwa dan San sedang menyusun rencana untuk membuat Wooyoung terluka. Dan ya! Mereka berdua melakukannya hingga Wooyoung hampir saja jatuh atau tergelincir. Segera Mingi menghampiri Wooyoung dan berbisik,