Duabelas - Tanggung jawab

690 63 1
                                    

Cleo menenggelamkan wajahnya di meja.

"Lo se-nggak bisa itu, ya? Tenang aja, Cle, ini kan cuma tryout. Bokap lo pasti ngerti kok," Abby mengusap-ngusap punggung Cleo kasihan.

Cleo memang menggunakan ayahnya sebagai alasan untuk mengejar nilai. Ia berkata bahwa jika nilainya jelek, ayahnya tidak menyetujuinya menjadi model. Oleh karena itu, teman-temannya secara sukarela membantunya. Membantu membuatkannya rangkuman untuk belajar, membantu mengingatkan tugas, dan lain sebagainya. Dirinya membutuhkan alibi, karena Cleo yang biasanya sama sekali tidak memedulikan nilai.

Nilai Cleo memang tidak sejelek itu, masih tergolong cukup baik. Tapi Cleo butuh lebih dari sekedar cukup baik untuk memuaskan Romeo.

Cleo mengangkat wajahnya dan menatap wajah temannya dengan tampang kusut, "Gue bahkan nggak inget ngisi apa," Cleo mengerang dan menendang-nendang kakinya di udara.

Leonni melotot, "Tryout yang ini bukannya lebih gampang dari yang kemarin ya? Bohong ah kalau lo nggak bisa sama sekali!"

Georgina menggoyang-goyangkan tubuh Cleo gemas, "Lo baca nggak sih rangkuman gue? Lima puluh persen lebih keluar di tryout tadi kok."

"Nggak tahu, Gin. Otak gue rasanya kosong."

"Lo ada masalah, ya?" Abby memang temannya yang paling peka. Mendengarnya, teman-temannya yang lain langsung menarik kursi dan duduk mengelilingi Cleo.

"Cerita aja sini, lo kenapa? Stress terlalu lama jomblo?" tanya Leonni polos,

"Dipikir-pikir, lo udah jomblo hampir setahun ya? Padahal biasanya nggak bisa bertahan dua minggu tanpa pacar," tambah Gina.

Cleo melotot, "Kan gue udah bilang, gue nggak mau punya pacar dulu! Gue serius udah tobat. Masalah gue bukan tentang cowok," Cleo menjeda, "tapi tentang modeling."

"Kenapa? Bukannya lo bilang, lo sudah berhasil menaklukan sepatu tujuh belas senti lo itu?" tanya Abby,

Cleo mengangguk, "Memang sudah, tapi kemarin gue diberi tahu sama gurunya. Katanya peluang gue di modeling ini kecil. Soalnya visual gue nggak cocok jadi model."

"Hah? Lo kan cantik!" seru Leonni kaget.

"Justru itu, katanya, gue terlalu cantik. Dan muka gue overpowering bajunya." jelas Cleo lesu. Jawaban itu membuat ketiga temannya melotot,

"Bisa memang kayak gitu? Gue kira, semakin cantik ya semakin bagus dong!"

"Iya, gue juga baru tahu,"

"Kenapa nggak ikut kayak beauty pageant gitu? Cantik-cantik, kan?" cetus Abby,

"Errr.. kayaknya nggak cocok deh. Cleo ini mukanya innocent imut gitu. Kurang strong, lo ngerasa gitu juga nggak, Cle?"

"Mereka juga kayaknya bermaksud ngomong gitu, kemarin mereka bilang untuk saat ini, muka gue nggak cocok di banyak konsep." kata Cleo sambil cemberut.

"Terus, saran dari mereka apa? Nyerah?"

Cleo mengangguk, "Katanya, gue disuruh jadi aktris aja, atau MC, atau yang lain lah pokoknya."

Gina langsung heboh, "Bagus dong! Jadi aktris aja! Meskipun film Indo nggak kayak drama Korea yang ada ciumannya, paling nggak lo dipeluk-peluk sama aktor-aktor kece!"

"Sumpah, bayangin lo satu project sama Romeo? Fix lo harus kenalin gue! Sudah, nggak usah kebanyakan mikir, cus jadi aktris!" tambah Gina lagi.

"Lo kira gampang? Terus, masa gue nentuin karir cuma gara-gara pingin dipeluk aktor? Gila ya, bisa dipenggal sama bokap gue kalau ketahuan." Entah sejak kapan, Romeo selalu berganti menjadi ayahnya dihadapan teman-temannya.

For Life (Completed✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang