Hubungan Romeo dan Cleo awkward.
Cleo mengawasi pergerakan Romeo yang wara-wiri membersihkan apartemen mereka dari sudut matanya. Buku masih setia di tangan Cleo, padahal dirinya sama sekali tidak tahu apa isinya.
Romeo mengepel lantai dengan lincah. Cleo biasanya selalu tertawa saat melihat laki-laki itu mengepel. Laki-laki yang sangat gagah itu terlihat sangat lucu dengan alat pel berwarna pink ditangannya.
Bayangkan, seorang aktor yang sangat rupawan dengan otot yang menonjol dari balik kaus hitam yang sangat kontras dengan kulit putihnya, memegang alat kebersihan yang didominasi warna merah muda! Pemandangan yang tidak akan Cleo lewatkan tentunya.
Romeo memang lebih sering menggunakan jasa pembersih harian untuk membersihkan apartemen karena jadwalnya. Tapi, Romeo benar-benar membersihkan apartemen dengan kedua tangannya sendiri ketika dirinya senggang. Tidak peduli seberapa lelahnya dia, jika memang dirinya di rumah, ia akan melaksanakan jadwal bersih-bersihnya tanpa mengeluh.
Cleo beberapa kali merasa tidak enak dan hendak menggantikannya, tapi Cleo berhenti melakukannya setelah kapok dihadiahi tatapan tajam atau decakan. Cleo bahkan pernah membersihkan apartemennya dihari lain, mengatakan Romeo tidak perlu bersih-bersih karena baru dibersihkan kemarin. Bukannya terimakasih yang didapat, Romeo malah membersihkan ulang apartemennya secara keseluruhan seolah menulikan telinganya. Jadi, Cleo sudah tidak pernah protes lagi.
Lagipula Cleo cukup menikmati sosok baru Romeo yang baru dikenalnya. Sebelum pernikahan mereka, dirinya tidak pernah melihat Romeo mengelap prabot, menyapu dan mengepel, atau mencuci piring dengan sarung tangan berwarna pink. Alat-alat kebersihan dirumah mereka Cleo yang membeli, dan karena dulu dia berpikir untuk dirinya, sebagian diantaranya berwana pink. Herannya, Romeo tidak terlihat terganggu sama sekali dengan itu.
Tuk,
Gagang pel milik Romeo menyenggol kaki Cleo. Cleo menyadarinya tapi dirinya pura-pura fokus pada bacaan ditangannya. Romeo menyenggolkannya lagi dengan sengaja ketika Cleo tidak mengubah posisinya. Kali ini lebih keras, dagunya digerakan, member sinyal pada Cleo untuk mengangkat kakinya.
Romeo berdecak, "Awas kaki."
Cleo tidak merubah posisinya, masih pura-pura tidak mendengar. Ada yang kurang dari kalimat itu dan gadis itu tahu Romeo mengetahui keinginannya.
"Cleo, awas kakinya," ucap Romeo lagi.
Cleo mengangkat kakinya begitu namanya disebut, "Oh? Kamu ngomong sama aku? Tadi nggak manggil nama sih." Cleo menjawabnya santai.
Romeo berdecak lagi. Alasan, batinnya. Di dalam apartemen ini hanya ada mereka berdua. Kepada siapa lagi Romeo berbicara jika bukan Cleo?
Romeo menyadari kecanggungan yang menyelimuti mereka dan Cleo sedang mencoba mencairkannya. Romeo memang bersikap senormal mungkin, tapi memang agak menghindari percakapan yang tidak perlu. Laki-laki itu memang mengatakan akan melupakannya kemarin, tapi melihat gerak-gerik Cleo, ia sadar istrinya tidak berpikir demikian.
Cleo sepertinya benar-benar akan menunda kuliahnya, dan Romeo sangat tidak suka dengan fakta itu.
Romeo menghempaskan alat pel yang ada di tangannya, membuat Cleo berjengit kaget. Romeo duduk di sebelah Cleo dan menatap gadis itu, "Oke, jelaskan sampai aku mengerti apa rencanamu."
Cleo langsung menutup bukunya dan menatap Romeo balik, ia menyadari suaminya ini sedang memberinya kesempatan. Mencoba mengerti dari sudut pandang dirinya.
"Aku merasa percuma kalau kuliah sekarang, toh aku nggak punya jurusan yang aku mau. Aku nggak mau kuliah hanya buat gelar sarjana, aku mau benar-benar dapet ilmu dari sana." ucapnya memulai penjelasannya,
KAMU SEDANG MEMBACA
For Life (Completed✔️)
Romance[Book 1 of XOXO Series] "Mungkin, menikah denganmu itu merupakan keputusan paling benar yang pernah kuambil seumur hidupku. Jadi, kalaupun bisa mengulang kembali waktu, aku tetap akan memilih jalan yang sama. Karena aku tidak pernah menyesal, sedeti...