Duapuluh Enam - Kamu

644 56 2
                                    

Hai, sorry for late update.

Seharusnya chapter ini di upload minggu lalu, tapi karena banyak tugas yang harus dikerjakan, baru sempat nulis sekarang. 

Thankyou buat yang udah nunggu, enjoy!

20200921

###

"Oke, cut!"

Romeo melangkah menuju kursi sang sutradara untuk ikut memonitor langsung aktingnya tadi. Romeo dapat merasakan kehadiran seseorang di sebelah kanannya. Dan dari wangi tubuhnya, ia tahu bawa itu Juliet Amelie, mantan kekasih sekaligus lawan mainnya saat ini.

Namun fokus Romeo saat ini benar-benar tertuju pada layar dihadapannya. Laki-laki itu tidak menoleh sedikitpun ke arah Juliet yang kini sebenarnya berdiri sangat dekat dengannya. Kedua lengan mereka akan bersentuhan jika salah satu dari mereka bergerak. 

"Oke saya rasa cukup. Istirahat makan siang dulu. Kita mulai lagi jam tiga." ucap sang sutradara sambil mengangguk puas ketika hasil rekaman tadi selesai mereka tonton.

Detik itu juga, Romeo langsung mengambil satu langkah ke kiri, memberi jarak antara dirinya dan Juliet tanpa menoleh. Ia melihat dari ekor matanya bahwa perempuan itu sedikit mengernyitkan keningnya dan tampak kecewa. 

Ini merupakan minggu kedua syuting dimulai. Tapi, adegan yang memuat dirinya dan Juliet secara bersamaan memang baru dimulai hari ini. Seminggu kemarin, mereka mempunyai jadwal yang terpisah. Praktis, ini merupakan pertemuan pertama mereka setelah konferensi pers film ini beberapa bulan lalu.

Romeo sudah akan beranjak ketika tiba-tiba ia merasakan pergelangan tangannya tertahan.

"Makan siang?"

Romeo mengernyit, ia melirik jari-jari Juiet yang melingkar diergelangan tangannya dan wajah gadis itu secara bergantian, "Seingat saya instruksi tadi disampaikan dengan bahasa Indonesia."

Juliet tertawa renyah, "Kamu nggak berubah ya. Oke, Romeo, wanna have lunch together? "

Romeo tersenyum sopan, "Maybe, not today." ucapnya sambil meraih tangan Juliet yang terlingkar di pergelangan tangannya. Juliet sempat menahan nafas ketika jemari Romeo bersentuhan dengan miliknya, namun ia tidak bisa tidak kecewa ketika ternyata yang Romeo lakukan adalah melepaskan jari-jari miliknya dari pergelangan tangan Romeo. 

Jeremy yang sedari tadi memperhatikan interaksi keduanya menghela nafas lega ketika Romeo menghampirinya dan berlalu dari Juliet. "Gue kira, lo akan mengiyakan ajakan makan dari Juliet." ucapnya ketika mereka sudah berada di ruang istirahat Romeo

Romeo mengangkat bahunya acuh, "Why should I?"

"Biasanya kan lo mau-mau aja kalau ada ajakan seperti ini. Kata lo, membangun chemistry. Kim Romeo kan sangat berdedikasi dan selama nggak melanggar hukum dan agama, kalau titelnya pekerjaan bakal lo lakuin."

"Ya itu jawabannya."

Jeremy mengernyit, "Hah?"

"We've known each other for years, kan? Apanya lagi yang mau dicari?"

Jeremy tertawa, "Iya bertahun-tahun, mulai dari teman, sampai pacar juga pernah lo coba kan. Valid point, sih.  Tapi kenapa gue merasa ini cuma alasan formalitas lo aja. Alasan sebenarnya, lo mau ngejaga perasaan Cleo, kan?"

Romeo tidak merespon dan memilih mengambil kotak makan yang sudah disiapkan Jeremy untuk makan siangnya. Hal itu tentu saja membuat Jeremy semakin ingin menggoda sahabatnya tersebut.

"Bagus, Rom. Pertahankan, kalau bisa tingkatkan. Sumpah, gue seneng sijh, sepertinya hubungan lo sama Cleo jadi semakin baik. Tapi lihat lo perhatian-perhatian gini, kok geli ya gue." 

For Life (Completed✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang