Duapuluh Dua - His jealousy

708 62 1
                                    

Happy independence day!🇲🇨

200817

###

Cleo baru pulang dari kuliah paginya ketika ia mendapati Romeo duduk manis di sofa dengan tangan terlipat di dada. Tatapannya datar seperti biasa, tapi mata hitam itu setia mengikuti setiap langkahnya sejak ia masuk kedalam rumah tadi.

Tadi pagi, Romeo masih tidur ketika Cleo berangkat kuliah. Ia tidak tega membangunkannya karena suaminya itu terlihat sangat lelah. Lagipula, sudah menjadi kebiasaan suaminya untuk tidur lebih lama sehabis pulang syuting.

Kemarin, ia tidak sempat memperhatikannya dengan jelas karena fokus dengan kepanikannya. Selain itu penampilan Romeo kemarin juga sudah kusut dan tampak kelelahan yang mengurangi poin ketampanannya. Namun sekarang, Romeo yang sudah segar sehabis tidur panjang tampak menakjubkan di mata Cleo. Penampilannya yang santai dengan kaus hitam dan celana training hitam tidak mengurangi karismanya sama sekali.

Oh, catat Cleo lemah dengan laki-laki berbaju hitam.

Cleo benar-benar terpana kali ini. Ia tahu bahwa suaminya ini memang tampan, tapi mungkin selama ini ia sudah semacam terbiasa? Namun, entah kenapa hari ini wajah yang sudah dilihatnya bertahun-tahun tampak mempesona sekali dimatanya. Jika seperti caranya, bisa-bisa ia kehilangan fokus.

Cleo berdehem pelan kemudian mulai membuka suaranya, "Eomeonim mana? Biasanya setiap pulang kuliah, selalu di ruang tamu." ucap Cleo berusaha mencairkan suasana tegang yang ada.

Diruangan itu hanya terdapat mereka berdua, yang membuat Cleo semakin gugup. Bahkan pelayan yang biasanya berkeliaran dan menyambutnya di depan pintu sekarang entah berada dimana. Cleo sama sekali tidak menemukan orang lain selain suaminya di dalam rumah ini.

Apa Romeo memang sengaja mengaturnya?

"Pergi." jawab Romeo singkat.

Cleo menghela nafas kemudian dengan berat hati melangkahkan kakinya ke sofa tempat suaminya duduk. Saat ini ia takut setengah mati.

Romeo tidak memberinya tatapan tajam. Posisi duduknya juga rileks luar biasa. Kekakuan tidak terpancar sama sekali dari bahasa tubuhnya.

Tapi, bukankah sesuatu yang dipendam semakin menyeramkan?

Cleo tidak bisa memperkirakan sama sekali tindakan Romeo selanjutnya. Romeo seperti seekor singa yang sedang menunggu mangsanya. Seperti laut yang mendadak tenang sebelum menghempaskan tsunami.

Ketenangan palsu.

"Kamu sudah makan? Mau aku masakin sesuatu?" tanya Cleo sambil memberikan senyuman manisnya.

"You know it won't works." ucap Romeo tenang.

Cleo cemberut, "Kan cuma tanya. Salah memang seorang istri tanya apa suaminya udah makan?"

"Aku itu ngasih perhatian. Nggak kayak kamu, enam bulan nggak ketemu aku peluk aja ngomel nggak mau. Aku kan kangen." omel Cleo sambil mengerucutkan bibirnya.

Kata temannya, ia imut jika mengerucutkan bibir seperti ini. Meskipun merengek-sok imut seperti ini sama sekali bukan gayanya, Cleo akan mencobanya untuk mengambil hati suaminya ini. Sedikit saja sudah sangat cukup bagi Cleo, setidaknya kemarahan laki-laki itu berkurang.

Siapa tahu, dewi fortuna sedang berada dipihaknya kan?

Romeo mengangkat alisnya tinggi-tinggi mendengarnya, kemudian mendengus. Dengusan yang kental oleh sarkasme.

Pria itu tak habis pikir dengan kata-kata istrinya. Bagaimana bisa istrinya itu dengan percaya diri menyinggung tentang salah-benar, ketika disini posisinya jelas-jelas tidak menguntungkan.

For Life (Completed✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang