Tigabelas - Romeo dan logikanya

658 54 1
                                    

"Yang nemuin frekuensi ini siapa sih? Rese banget!"

Cleo menghempaskan buku berisi kumpulan soal didepannya dengan keras. Ia menenggak gelas jus jeruk di sebelahnya rakus. Cleo bahkan mengunyah es batu didalamnya, berharap es tersebut dapat mendinginkan otaknya.

Gina mendengus, "Bukan frekuensi, Cle yang susah. Frekuensi mah tinggal getaran dibagi waktu. Ini Efek Doppler."

Saat ini, ia dan teman-temannya sedang berada di cafe dekat sekolah. Bersama-sama belajar untuk menghadapi tryout. Semua personil gengnya hadir, tapi hanya para perempuan yang belajar. Para lelaki malah sibuk bermain game di ujung meja.

"Eh-eh, tolongin gue!" seru Kevin dengan matanya yang terfokus pada layar didepannya.

"Bentar-bentar. Gue otw ke lo," ucap Joe cepat. "Si Anjir, nggak ya, gue kesana yang ada ikut mati!" lanjutnya tak lama kemudian.

"Ck cemen, sini, Vin. Gue aja." decak Mark.

"Oke loph you my friend!"

Mereka yang 'katanya' mau ikut belajar, langsung menyerah di soal ketiga. Meninggalkan Gina, Abby, Leonni, dan Cleo yang masih berkutat dengan kumpulan soal.

"Nggak peduli. Bagi gue sama aja. Rumusnya mengandung huruf 'f' ya berarti tentang frekuensi, kan?" oceh Cleo menanggapi Gina sambil mengambil es batu berikutnya, mengunyahnya lagi.

Cleo mengambil buku yang dilemparnya tadi, berusaha menelaah soal didepannya, sebelum menggaruk kepalanya frustasi. "... Kemudian anak tersebut berlari membawa garpu tala, hitung frekuensi yang didengarnya jika... Ya mana gue tau?! Sumpah, orang gila mana sih yang lari sambil ngitung frekuensi?!" serunya emosi.

Abby, yang hari iki berperan sebagai guru mereka, berdecak, "Ngapain dipikir sampai sana sih? Ya dimasukin angkanya ke rumus kan beres?"

"Nggak bisa. Gue itu harus mengerti sampai ke dasarnya," sanggah Cleo, "Bentar-bentar, ini soal nggak masuk akal. Kalau lo lari pasti tangan yang megang garpu tala ikut gerak, kan? Pergerakan mendekat-menjauh dari telinga kan sama aja kayak soal sebelumnya yang sirine mendekat-menjauh, berarti frekuensinya harusnya berubah juga!"

Leonni menyemburkan tawanya mendengar pernyataan itu, "Lo absurd parah, Cle!"

"Siapa juga yang mikir sampai sana?" Abby menggeleng sambil terkekeh geli.

"Gue." jawab Cleo percaya diri, ia meraih gelasnya namun meletakkannya kembali begitu menyadari es batu di gelasnya sudah habis.

Tangannya meraih gelas Gina yang ada disebelahnya, mengambil es batu yang ada disana dan mengunyahnya lagi. Mendatangkan pelototan dari pemilik gelas itu.

"Lo nggak usah pesen orange juice, Cle, mahal. Pesen aja es batu!" ucap Gina sarkas.

Anthony yang sepertinya juga mulai risih mendengar bunyi itu menyahut, "Stop ngunyah es batu, Cle. Geli telinga gue! Lo kayak makan beling kedengerannya."

"Berisik! Nggak suka, pulang deh! Lo nggak belajar juga, kan?" usirnya galak.

Mark yang mendengarnya tertawa, kemudian menimpali, "Tapi gue juga baru tahu Cleo suka ngunyah es batu."

"Cleo cuma ngunyah es batu waktu lagi belajar. Katanya, otaknya butuh pendingin." jawab Abby.

"Oh, pantes."

Mark memang tidak pernah ikut acara-acara belajar seperti ini. Laki-laki itu biasanya lebih memilih untuk belajar di les. Atau meminta pacarnya mengajarinya berdua, jika dia memang ingin.

Yang pernah beberapa kali ikut acara belajar seperti ini biasanya para wanita dan juga Joe-Kevin. Sedangkan Anthony, laki-laki itu biasanya lebih memilih untuk berlatih basket daripada menghabiskan waktu berkutat dengan buku.

For Life (Completed✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang