Sore hari menyambut, sudah hampir seminggu lebih Farel dirawat untuk pemulihan di rumah sakit ini. Dan sudah selama itu juga Tyana meninggalkan pekerjaannya yang menumpuk di ibukota sana.
Yang terpenting sekarang adalah kesehatan mental dan fisik Farel, Tyana tidak mungkin membiarkan Farel sendirian setelah mengetahui apa penyebab kecelakaan yang terjadi saat itu.
Penjelasan dari Andi membuat Tyana mengerti, Farel kesepian.
Dan di sore yang cerah ini, dokter sudah mempersilahkan Farel untuk kembali beristirahat di rumah. Kondisinya sudah pulih sempurna, tapi tidak dengan kondisi kakinya.
"Farel, saya sarankan agar kamu lebih banyak berlatih, entah dengan ibu atau ayah kamu. Dicoba sedikit demi sedikit untuk menahan beban tubuh, maka semuanya akan kembali normal." Seorang dokter laki-laki setengah baya menjelaskan di depan ranjang Farel.
"Insya Allah, dok." Balas Farel.
"Syaraf kaki kamu masih lemah, jangan lupa buat terapi juga ya! Rumah sakit ini selalu siap sedia buat bantu kamu." Dokter tersebut menjeda ucapannya beberapa detik sebelum melanjutkannya. "Jangan selalu berfikir bahwa semuanya berakhir disini, saya selalu emosi kalau kamu bicara seperti itu."
"Dokter gak tau apa yang saya rasain, saya juga belum yakin kalau saya sanggup ngejalanin ini semua walau sementara."
"Saya tahu, kamu pikirin lagi di rumah. Hidup kamu masih panjang."
Respon Farel hanyalah anggukan, enggan berdebat dengan dokter yang selama pengobatannya selalu ada di sampingnya setelah bundanya.
"Mari saya bantu." Dokter tersebut menawarkan diri dan membantu Farel untuk naik ke atas kursi roda.
"Mau langsung ke parkiran atau keliling dulu? Kali aja ada ruangan yang mau dikunjungi yang bakal bikin kamu kangen." Tanya dokter itu diakhiri gelak tawa kecil.
"Langsung ke bunda aja."
Dokter yang ber-name tag Putra Hendrawan itu mengangguk diiringi senyum tipis, kemudian ia mendorong kursi roda milik Farel menuju parkiran, dimana sudah ada Tyana yang sedang membereskan barang-barang Farel ke mobil yang dibawa ke rumah sakit selama Farel dirawat.
---
"Terima kasih dokter Putra, sudah mau merawat anak saya sampai sepulih hari ini." Ucap Tyana tulus.
"Sama-sama, bu. Memang sudah tugas saya sebagai dokter, saya harap Arfarel bisa segera sembuh dan kembali ke kehidupannya yang biasa."
"Kalau begitu saya duluan ya, dok." Tyana memasuki mobil setelah pamit, sudah ada Farel di dalamnya.
"Ngobrol apa aja tadi sama dokter Putra?" Tyana bertanya sembari menyalakan mesin mobil.
Farel, remaja lelaki itu tak membalas dan masih fokus pada ponselnya hingga mobil sudah memasuki jalan raya.
"Farel, kalo diajak ngobrol itu dibalas. Bunda gak pernah ngajarin kamu kayak gini." Wanita itu tersinggung karena hingga sekarang pertanyaannya tak dibalas.
"Bun," panggilnya.
"Kenapa?"
"Kerjaan bunda di Jakarta gimana?"
"Ya gak gimana-gimana lah, tumben kamu nanyain."
"Biasanya di kantor itu ada batasan cuti, bun. Sedangkan bunda udah ngambil lebih dari 10 hari."
"Oh masalah itu. Gaji bunda di potong, lumayan besar sih tapi kalo itu semua buat kamu, bunda rela."
"Bun, Farel gak mau kayak dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Day To Day ✓
Teen FictionArfarel yang saat itu sedang mabuk mengalami kecelakaan yang menyebabkan kelumpuhan pada kakinya, dan bundanya mempekerjakan perawat untuk Farel. --- "Waktu dan semesta adalah saksi bisu kisah kami." Dipublish: 26 Mei '20 Selesai: 7 Desember '20