26. Arka Mana?

5.6K 403 13
                                    

Suara burung berkicau terdengar begitu jelas, cahaya pagi yang hangat sudah menyorot pada dunia yang penuh tanda tanya ini.

Seorang gadis yang terbaring di atas ranjang perlahan membuka kedua kelopak matanya, mengambil penuh seluruh kesadarannya. Hal pertama yang ia lihat adalah langit-langit kamar dirinya sendiri.

Matanya menoleh ke kanan dan ke kiri, mencoba mencerna kenapa dirinya bisa ada disini. Seingatnya ia sedang mengikuti pertemuan dengan lelaki yang sering disebut-sebut 'Om Jean' tapi kenapa malah ia bangun di atas kasur?

Qira merubah posisinya dari berbaring menjadi duduk, kepalanya terasa sangat amat nyeri. Ia melirik kulit lengannya yang nampak kontras kemerahan.

Tak percaya, ia mencubit kedua pipinya.

"Aw!" Keluhnya.

Ceklek!

Pintu dibuka oleh seorang wanita paruh baya yang membawa nampan berisi bubur ayam dan air mineral. Melihat hal itu membuat Qira percaya bahwa ini semua bukan mimpi, melainkan kenyataan yang sedang ia alami.

Tapi Qira sendiri masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang.

"Sudah enakan?" Tanya Tyana lembut sambil mendekat.

Yang ditanya hanya bisa mengangguk pelan, ia sendiri tidak tahu apa yang terjadi sampai-sampai berada di kamarnya sendiri. Qira hanya bisa melihat bagaimana Tyana yang dengan telatennya menyiapkan beberapa kapsul dan pil obat.

"Buat siapa, bu?" Tanyanya heran.

"Buat kamu dong, buat siapa lagi?" Balasnya dengan senyum simpul, ia menyerahkan semangkuk bubur itu. "Dimakan, abis itu minum obat."

Qira agak menjauhkan mangkuk bubur itu, raut wajahnya masih kebingungan dan tak percaya. Lalu ia bertanya, "saya sakit apa? Kok dikasih obat?"

"Qira, ternyata kamu punya alergi, sayang. Kemarin makan gurita ya?"

Gadis itu hanya mengangguk polos, dirinya sendiri tidak tahu bahwa memiliki alergi terhadap makanan laut seperti itu. Agak kaget, tapi hal seperti ini bagus. Qira jadi tahu bahwa dirinya memiliki alergi terhadap makanan laut.

"Ibu, biar Qira aja sendiri. Maaf ya Qira udah ngehancurin acara kemarin, maaf banget. Qira gak tau kalo Qira punya alergi." Ia bicara sambil menunduk, ia begitu merasa bersalah.

"Tetep berjalan kok."

"Oh ya." Kepala Qira terangkat. "Arka dimana, bu? Ada di kamarnya, ya?" Tanyanya.

Tyana dengan berat hati menggeleng, "gak ada."

Qira tak membalas, ia hanya memasang raut wajah penasaran atas jawaban Tyana yang tidak spesifik.

"Arka sudah dibawa orang tua kandungnya."

Wajah gadis itu langsung berubah drastis menjadi sendu, ia melipat bibirnya kebawah tapi dengan cepat juga ia kembali tersenyum meski tahu bahwa ia tidak akan bisa bertemu Arka lagi.

"Syukurlah," gumam Qira. "Pasti Arka gak akan sedih lagi." Ia melanjutkan ucapannya.

"Orang tua Arka itu Jean."

"Jean?"

"Iya."

"Yang membantu kemarin?"

"Jujur, saya sendiri masih gak percaya. Ibunda Arka membuang Arka lalu bunuh diri. Maka dari itu selama 2 bulan, Jean sudah mencari tahu terlebih dahulu. Lalu dia datang sambil menunjukkan bukti-bukti untuk membawa Arka kembali."

"Ibu.. maaf, kenapa mama Arka bunuh diri?"

"Karena stress. Saya sendiri tidak tahu sama sekali bagaimana perlakuan Jean pada istrinya sampai seperti itu."

Day To Day  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang