3. Rasanya Deja Vu

12.9K 897 18
                                    

Tyana yang sedang asik mengaduk sup bayam buatannya itu merasa terganggu dengan telepon rumah yang terus berdering sedari tadi.

Ia belum sempat mengangkatnya karena kegiatan masaknya belum selesai. Mulai hari ini ia akan lebih sibuk karena harus memperhatikan pola makan Farel agar tidak sembarangan, tak seperti hari biasanya, Tyana hanya akan memasakkan makanan beku untuk dinikmati Farel sebelum Tyana pergi kerja.

Dengan perasaan dongkol, ia mematikan kompornya dan berjalan ke arah telepon rumah disimpan. Ia mengangkat telepon tersebut.

"Selamat pagi, Ibu Tyana. Akhirnya teleponnya diangkat juga." Sebuah sapaan terdengar dari jauh sana.

"Pagi juga, maaf tadi saya sedang masak."

"Tidak apa-apa. Oh ya, ada beberapa hal yang harus dibicarakan tentang perawat yang mau ibu ambil."

"Silahkan."

"Saya belum bisa mengirim perawatnya akhir-akhir ini, harus ada seleksi terlebih dahulu yang sesuai dengan tipe ibu. Berkenan kah ibu datang untuk melakukan seleksi?"

"Seleksi ya, saya juga mau yang terbaik sih buat anak saya. Jadi, kapan seleksinya dilaksanakan?"

"Besok ibu, jam 11 siang di tempat yang kemarin ibu datangi."

"Ohh oke kalo gitu."

"Nah iya, kalau ada yang mau ditanyakan boleh hubungi lewat WhatsApp ya."

"Baik bu."

"Ya sudah saya tutup ya, terima kasih bu, maaf mengganggu waktunya."

"Sama-sama."

Telepon tertutup sepihak dari pihak penyalur perawat dan babysitter disana.

Tyana kembali menyimpan telepon tersebut ke tempatnya dan berjalan ke arah dapur untuk melanjutkan acara masaknya yang sempat tertunda beberapa menit karena harus mengangkat telepon.

Beberapa menit berkutat dengan alat masak dan bahan makanan, akhirnya semua itu sudah berakhir. Tyana menyajikan sup bayam ke dalam mangkuk dan membawanya ke kamar Farel beserta dengan nasi diatas nampan.

"Sarapan dulu." Ujarnya seraya menyimpan nampan diatas nakas, ia mengambil meja makan lipat berukuran kecil yang langsung disimpan tepat di depan Farel yang sibuk bermain ponsel.

"Biasain bangun pagi, Rel. Banyakin jemur badan pagi-pagi, sehat loh cahayanya, belum sepanas sekarang." Lanjutnya lagi, tangannya juga sibuk menyiapkan sarapan Farel agar tertata rapi.

"Farel ga biasa."

Tyana menghela nafas panjang, menatap geram putranya yang super manja itu.

"Makannya biasain, gimana sih?"

Farel menyimpan hpnya dengan wajah cemberut, ia juga menatap sarapan yang disiapkan bundanya itu dengan tak nafsu.

Ia memilih untuk melanjutkan kegiatannya tadi dibandingkan menikmati sarapan.

"Di makan ya, jam setengah 11 bunda ke sini lagi buat ngambil piring." Tyana memperingati Farel sekali lagi sebelum ia keluar kamar.

"Gak mau."

"Ya udah terserah, nanti ga ada yang beresin meja kamu."

"Ada pak Imran."

"Pak Imran mau nganter bunda ke swalayan." Timpalnya sekali lagi, ia sedikit tertawa kecil, tidak mungkin juga ia membawa pak Imran untuk mengantarnya jika di rumah ini hanya Farel yang menjaga. Bisa bahaya.

"Ya udah iya!" Balasnya bete, lucu sekali. Ia mengambil sendok dan mulai menyuapi nasi dan sayur tersebut. "Males banget!"

Tyana benar-benar tertawa lepas, perlahan ia menutup kamar Farel dan meninggalkan bocah remaja itu sendirian di kamar untuk menghabiskan sarapan.

Day To Day  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang