23. Nilai dari sikap Farel

6.1K 445 6
                                    

Qira sedang membersihkan jendela-jendela lantai atas, dengan cairan pembersih jendela di tangannya dan tangan sebelahnya memegang window wipper.

Hari Jumat yang cerah ini Qira bekerja seperti biasa setelah membantu Tyana menidurkan Arka yang sempat rewel tadi pagi. Keduanya sama-sama bingung, bayi yang seharusnya masih diberi ASI kini malah diberi susu formula.

Dan entah kenapa, Tyana tidak bekerja segiat biasanya. Beliau menjadi lebih sering diam di rumah semenjak hadirnya Arka, Qira juga tak berani bertanya.

"Qira," Suara Ibu Tyana terdengar. Membuat Qira berhenti melakukan aktifitas nya, dan menoleh pada Ibu Tyana.

"Ada apa, bu?" Tanya Qira sopan.

Tyana tersenyum dan mengajak Qira berjalan menuju balkon rumah, duduk-duduk santai sejenak menikmati angin pagi yang masih segar.

"Tadi ibu mau bertanya apa?" Ucap Qira mengulang pertanyaannya yang tadi.

"Sekarang tanggung jawab kamu ada dua, Qira. Anak yang harus kamu urus, dan pekerjaan di sini. Maka dari itu, saya mau meringankannya. Lagi pula kondisi Farel sudah mulai normal walau mungkin masih belum selancar biasa." Ujar Ibu Tyana.

Qira yang mendengar itu sedikit terkejut sekaligus senang, pekerjaannya nanti mungkin tidak akan terlalu berat seperti biasanya.

"Disini saya yang bertanggung jawab atas kamu, tapi Farel sempat menolak keras waktu saya ingin kamu undur diri. Gadis seumuranmu harusnya masih bisa berkumpul bersama teman-teman dan belajar."

Mata Qira membulat, "Harus terlihat biasa aja, Qira. Ga boleh heboh, tenang dan damai."

Tidak memilih menjawab, Qira mengalihkan pandangannya, ia bingung harus merespon apa semua perkataan majikannya. Senang? Sudah tentu Tyana tahu, tapi jika yang tadi... Entahlah.

Tyana memandang Qira keheranan, "Qira? Kamu senang kan?" Ibu Tyana bertanya, di balas anggukan setuju dari Qira.

"Tentu, bu. Tapi Qira bingung kenapa Farel gak mau Qira undur diri."

Mendengar jawaban dari Qira, Ibu Tyana justru tertawa. "Farel belum menyadari semuanya, Qira. Saya rasa juga dia menyukai kamu."

Qira tersenyum simpul, "engga mungkin bu." Ia tersenyum, nampak salah tingkah sendiri.

"Farel itu gak pernah deket sama cewek, Qira. Saya juga kaget waktu Farel pulang dari undangan diantar oleh Andi dan Calista, perempuan yang katanya sempet deket sama Farel." Jeda. "Tapi saya sebagai bundanya juga tau, Farel gak ada rasa sama sekali pada Calista."

"Berbeda dengan saat Farel bareng kamu, Andi dan Zafran juga sering bercerita tentang semua hal yang Farel lakukan."

"Entahlah, hanya salah paham mungkin? Saya sendiri juga gak mau terlalu percaya diri." Respon Qira lagi.

"Gak apa-apa, saya cuma mau jelasin ke kamu biar kamu tau. Mungkin.. kamu juga suka sama Farel?" Ujar Tyana bercanda, ia tertawa kecil diakhir.

"Hahaha, kalau itu saya kurang tau."

Berbicara tentang Farel, sedari tadi Qira tidak melihatnya di dalam rumah. Apa anak itu tidak bersekolah?

"Maaf bu, saya belum lihat Farel seharian ini. Farel memangnya kemana?" Tanya Qira.

"Dia ada di sekolah, tadi dia minta Andi sama Zafran buat jemput. Kayaknya lagi pada nongkrong bareng temen-temennya." Jelas Tyana.

Mata Tyana melirik ke arah pergelangan tangannya yang terpasang jam tangan ternama berwarna emas mencolok. "Oh ya, nanti jam dua siang saya harus pergi ke MAS Nurul Huda, mau ngurus surat daftar Farel.

Day To Day  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang