Keheningan menyelimuti keadaan mobil yang ditumpangi Farel dan Qira tersebut, keduanya tenggelam ke dalam pikirannya masing-masing hingga tanpa sadar sudah lebih dari 10 menit mereka terdiam.
"Anteng ya," ujar Farel yang sudah tak tahan dengan segala rasa canggung ini.
Qira membalas dengan senyum tipis sembari mengelus kepala Arka yang mulai ditumbuhi rambut tipis, "iya."
"Biasanya Arka rewel tiap pagi doang, seterusnya dia anteng banget, jarang nangis juga."
"Apa dia ga kangen ibunya?"
"Harusnya begitu."
Lalu keadaan kembali hening, Farel geram sekali. Ia mencoba mencari topik lagi, terus berpikir keras hingga ia kehabisan ide.
"Kita mau kemana?" Tanya Qira akhirnya dan itu sangat membuat mood Farel kembali semakin baik.
"Ke alun-alun mau? Gue juga bingung sih."
"Boleh kok."
Dengan senyum lebar yang ia sembunyikan, Farel menancap gas lebih cepat agar mereka segera sampai di alun-alun kota.
Tujuh menit berlalu, mereka sudah sampai di kawasan Asia Afrika yang terkenal dengan spot fotonya. Tempat itu tidak seramai akhir pekan yang biasanya dipenuhi oleh muda-mudi bersama pasangannya masing-masing.
"Mau turun duluan? Gue harus cari parkiran dulu soalnya."
Qira sedikit berpikir kemudian menggelengkan kepalanya, memilih untuk ikut Farel mencari parkiran mobil. Lagipula diluar lumayan panas walau sudah sore hari, ia juga tidak membawa topi untuk Arka karena tadi sangat mendadak.
"Aku disini aja, ikut kamu."
Farel mengangguk kemudian memutar balikkan arah mobilnya, ia mencari parkiran kosong disekitar masjid raya Bandung yang selalu ramai entah itu hari biasa atau akhir pekan.
"Ayo," ajak Farel, lelaki itu sudah keluar mobil duluan.
Sedangkan Qira masih terduduk di dalam mobil, memperhatikan Farel yang mulai berjalan ke arah pintunya lewat bagian depan mobil. Tak sadar ia tersenyum.
Farel membuka pintu dari sisi Qira, secara spontan Qira juga keluar dari mobil dan mengambil posisi berdiri di belakang Farel.
"Makasih."
Lelaki itu hanya melempar senyum kemudian menggandeng tangan Qira menjauhi area parkiran, membawa gadis yang sedang menggendong bayi tersebut mencari tempat yang nyaman untuk diduduki.
"Duduk disini aja." Farel menunjuk sebuah lahan kosong beralas rumput palsu di depan masjid raya Bandung yang begitu luas.
Tak hanya satu dua orang yang menjadikan tempat tersebut sebagai tempat melihat pemandangan.
"Mau gulali?"
Qira menggeleng, menolak tawaran baik Farel.
"Aku gak bawa uang."
"Kan gue yang bayar."
"Ohhh."
"Mau?"
"Enggak."
Farel memasang raut wajah maklum, sudah niat-niat ia menghilangkan rasa gengsi demi menawari Qira dengan gulali, eh malah ditolak.
Tak ingin usahanya sia-sia, Farel nekat untuk tetap membeli gulali yang tadi ia tawarkan pada Qira. Dan itu membuat Qira heran dengan Farel yang tiba-tiba pergi.
Lelaki itu kembali lagi dengan membawa sebuah gulali berukuran besar berbentuk kepala beruang, diam-diam Qira tersenyum melihatnya.
"Lucu banget." Ucap Qira tanpa sadar di dengar oleh Farel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Day To Day ✓
Teen FictionArfarel yang saat itu sedang mabuk mengalami kecelakaan yang menyebabkan kelumpuhan pada kakinya, dan bundanya mempekerjakan perawat untuk Farel. --- "Waktu dan semesta adalah saksi bisu kisah kami." Dipublish: 26 Mei '20 Selesai: 7 Desember '20