10. Pergi Kuliner

3.5K 226 10
                                    

Haii guys! Ini chapter yang udah aku benerin, semoga ga mengecewakan yaa ~

---

Qira menanti-nanti kedatangan Ibu Tyana yang sudah berjanji mengajaknya untuk ikut mendatangi tempat kuliner yang baru buka hari kemarin, walau ia agak khawatir mengganggu karena Ibu Tyana termasuk orang yang cukup sibuk, tapi Qira tidak berpikiran jika Ibu Tyana akan mengingkari janjinya. Itu pemikiran Qira sebelum mendapat pesan masuk dari Ibu Tyana.

|| Qira, maaf ya, saya gak bisa pulang cepet sekarang

|| Mungkin kamu bisa ke tempat kuliner bareng Farel, dia udah lama gak keluar rumah

Iya bu, gak apa apa ||

Ia hanya bisa menghela nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Ya, memang, berharap berlebihan ternyata gak baik buat ekspetasi sendiri.

"Aku mau masak makan malam aja ah," gumam Qira sembari berjalan menuju dapur.

Sampai di dapur, sudah ada Farel yang sibuk memainkan ponselnya di meja pantry sambil menyedot susu kotak vanilla yang tadi Qira sediakan sebelum menyapu halaman depan.

"Belum habis, tuan?" Tanya Qira sopan, walau ia lebih tua 1 tahun dibandingkan tuannya, tapi Qira tahu posisinya disini.

"Liat aja sendiri."

"Susunya gak enak? Atau saya yang salah beli susu?"

"Enggak kok, gue emang lagi ga haus aja. Jadi salah gue sendiri minta susu dan ujung-ujungnya lama habisnya."

Qira menghela nafas lega, ia kira salah membeli susu kotak beberapa hari yang lalu ketika ia belanja untuk mengisi stok makanan dan bahan masakan.

Sebelum memasak, Qira terlebih dahulu menghampiri Farel. "Mau ke kamar?" Tanyanya.

Farel menggeleng, "gak."

"Saya mau masak, takut tuan terganggu."

Kepala Farel mendongak setelah sedari tadi sibuk menatap ponsel, ia tersenyum licik. "Gue yang ke ganggu atau lo yang ke ganggu sama gue?" Tanya Farel dengan nada menyebalkan.

"E-enggak kok, saya gak terganggu sama sekali. Tapi takutnya tuan gak suka sama bau waktu saya menumis bumbu," jelas Qira agak gugup, kalau boleh jujur Qira masih merasa agak canggung jika hanya berdua di rumah dengan Farel.

"Emang lo mau masak apa?" Tanya Farel penasaran.

"Anu, tuan maunya apa?"

"Makanan kesukaan gue," Farel menggantung ucapannya.

"Apa?"

"Apa ya~ "

"Saya gak tau."

"Ayam kecap! Bisa?"

"Oalah, bisa dong," Qira berucap bangga karena ia mengira makanan kesukaan Farel bukan masakan lokal, jika benar begitu pasti ia akan kesulitan mengolah masakannya karena Qira kurang mahir jika memasak makanan luar negeri yang cukup sulit.

"Saya permisi dulu, tuan."

Qira berjalan menuju dapur dan mulai menyiapkan alat dan bahan untuk memasak. Tak butuh waktu lama, masakannya sudah hampir siap dengan wangi bumbu yang sangat amat menggoda.

Day To Day  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang