Malamnya Qira bersiap, ia berpenampilan serapi dan sesopan mungkin agar tidak membuat Farel dan teman-temannya malu. Disini tugasnya hanya menunggu hingga pestanya selesai.
Sedangkan Farel, Zafran dan Andi sudah tentu menjadi tamu undangan.
Sudah lebih menunggu dari lima menit, akhirnya Qira keluar dari kamarnya. Ia segera menghampiri Farel yang sudah siap bersama dengan duo tikus yang selalu mengawal lelaki itu kemana-mana.
Farel melihatnya, gadis yang sedikit ia kagumi itu nampak lebih cantik dengan dress sepanjang betis berwarna navy blue dan pita hitam yang mengikat rambutnya.
Farel tahu, Qira tidak akan pernah mempermalukan dirinya sendiri apalagi orang lain. Gadis itu adalah gadis yang bisa menghargai sesama.
Beberapa menit perjalanan hingga akhirnya mereka sampai di depan cafe tempat acara yang sudah disewa oleh pemilik pesta malam ini.
Mata Qira berbinar, pertama kali dalam hidupnya ia mendatangi pesta semewah ini. Kakinya melangkah maju, kedua lengannya membantu agar kursi roda Farel tetap terdorong.
Saat hampir masuk ke lobby, tiba-tiba Andi mengambil alih pegangan kursi roda Farel, ia membawa agak jauh temannya dari Zafran dan Qira.
"Gue pinjem Farel-nya dulu, ya."
Setelah dirasa cukup jauh, Andi mendekatkan diri pada telinga Farel, membuat lelaki itu merasa risih jika diperlakukan seperti ini.
"Apa sih anjing!"
"Dengerin dulu!" Andi sedikit menekan suaranya dan mulai berbisik, "Gue dan Zafran gak pernah setuju lo berhubungan lagi sama Calista, apalagi sampe datang ke pesta ulang tahun cewek itu kayak sekarang!
Farel menatap Andi dengan tatapan protes. "Tapi— "
"Iya gue tau! Lo kesini cuma buat ngehargain 'kan? Lagi pula lo gak bakal dateng kalo bukan Qira yang suruh."
"Itu lo tau."
"Gue harap, setelah acara selesai, lo sama Calista bisa ngobrol berdua buat nyelesain masalah yang belum sempet kelar waktu itu. Tentunya gue ikut, gue gak mau Calista terlalu berharap."
Farel menunduk, ia sedikit berpikir. Ia sendiri juga tidak mau jika adik kelasnya yang bernama Calista itu terlalu berharap pada dirinya, Farel selalu merasa jika dirinya belum siap untuk hal semacam ini.
Seperti percintaan.
---
Sampai di tengah acara, gadis yang selalu dihiasi oleh senyuman merona itu turun dari panggung. Setelah dirasa semua tamunya sibuk dengan kegiatan masing-masing seperti makan ataupun menikmati acaranya.
Calista berlari kecil menghampiri lelaki yang ia perhatikan sedari tadi, walau awalnya ia sedikit terkejut kala melihat lelaki itu memakai kursi roda.
"Hai!" Sapanya antusias, membuat ketiga orang yang sedang berkumpul itu reflek menoleh.
Farel ragu-ragu membalas sapaan itu, daripada tidak ada yang membalasnya. "Hai juga."
Senyum Calista semakin lebar, ia juga semakin mendekat kepada Farel.
"Kamu gimana kabarnya? Udah lama aku gak pernah denger, tiba-tiba pindah sekolah."
"Seperti yang lo liat," Farel membuka kedua lengannya. "Gue cacat."
Senyum Calista menjadi sendu, ia menyentuh bahu Farel lembut sambil berkata, "jujur aku juga kaget waktu awal liat, tapi kamu bisa ngelewatin semua ini!"
Pandangan Calista beralih kepada Qira yang sempat ia tatap sebal karena selalu berdekatan dengan Farel dari awal acara dimulai.
"Btw ini siapa ya? Aku gak pernah ngundang dia kayaknya, gak kenal juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Day To Day ✓
Teen FictionArfarel yang saat itu sedang mabuk mengalami kecelakaan yang menyebabkan kelumpuhan pada kakinya, dan bundanya mempekerjakan perawat untuk Farel. --- "Waktu dan semesta adalah saksi bisu kisah kami." Dipublish: 26 Mei '20 Selesai: 7 Desember '20