25. Makanan Laut

5.7K 426 13
                                    

Esok harinya, Qira mulai melakukan aktivitasnya seperti biasa tanpa bantuan Tyana. Wanita paruh baya itu sudah berangkat kerja sedari tadi subuh tanpa sempat untuk berpamitan.

Ia memasak sarapan, hanya untuk dirinya dan Farel yang entah sejak tadi pagi sibuk bersiap.

Setelah selesai memasak, Qira langsung mengolah buah-buahan segar seperti pepaya menjadi lembek sebagai sarapan pertama pagi ini untuk Arka.

Qira sendiri belum sempat sarapan, ia langsung sibuk mengurusi Arka yang agak rewel.

"Qira, kamar gue ga dikunci ya, kalo mau beresin langsung buka aja."

Yang dipanggil menoleh sebentar lalu mengangguk tanpa membalas dengan omongan, ia masih mencoba menyuapi Arka dengan bubur buah yang tadi pagi ia siapkan.

Lalu beberapa detik ke depan hening, entah kemana perginya Farel. Terdengar suara gerbang dibuka dan suara motor Farel yang semakin menjauh.

"Mentang-mentang udah bisa jalan jadi jarang di rumah." Gumam Qira setelah tahu kebiasaan Farel yang sekarang.

Ia jadi seperti istri yang selalu menunggu suaminya pulang ke rumah, lucu sekali.

Setelah selesai menyuapi Arka, Qira memandikan bayi yang usianya hampir dua bulan itu di dalam bak mandi bayi yang dibelikan Tyana.

Air hangat sudah siap beserta mainan karet lainnya, Arka yang senang langsung tertawa ketika tubuhnya masuk ke dalam bak.

Qira juga tersenyum sambil terus memandikan bayi itu dengan telaten agar tidak cedera.

Hampir 15 menit berlalu, Arka sudah selesai dengan acara mandinya. Kini bayi imut nan tampan itu hanya dibalut handuk putih, dibawanya bayi berbalut handuk tersebut ke halaman belakang untuk berjemur.

"Cahaya pagi bagus buat dedek bayi."

---

Sudah menjelang sore, Farel tak kunjung pulang sejak pagi. Jujur Qira agak khawatir karena Tyana tadi mengabarkan bahwa beliau akan pulang sore ini juga.

Qira tidak tahu harus menjawab apa ketika Tyana bertanya tentang kemana perginya Farel, secara laki-laki itu pergi tidak bilang-bilang dan hanya menitip pesan untuk membersihkan kamarnya.

Buru-buru Qira keluar rumah ketika mendengar suara gerbang terbuka, nampak mobil milik Tyana yang mulai memasuki pekarangan rumah dan diparkiran di dalam garasi.

Tyana berjalan menghampiri Qira setelah selesai menyimpan kendaraan beroda empat miliknya di garasi, menyapa Qira dengan hangat seperti biasa.

"Farel belum pulang ya?"

Qira hanya bisa menggeleng sambil sedikit menunduk, ia tidak tahu kemana Farel pergi, ditambah ia tidak punya nomor telepon lelaki itu untuk dihubungi.

"Tadi saya telepon juga gak diangkat sama bocah itu." Tyana berujar lagi sambil mencoba menelpon Farel yang tak membuahkan hasil.

"Tuh kan gak diangkat!" Gerutu Tyana kesal dan langsung memasukkan ponselnya ke dalam tas kembali.

Tyana mengangkat kepalanya, menatap Qira sejenak lalu mengajar gadis itu masuk ke dalam rumah.

"Kamu udah masak?"

"Belum, bu. Ibu mau makan sekarang? Biar saya masakin."

"Jangan masak, ya."

"Loh ada apa, bu?"

"Kerabat saya, Jean, yang waktu itu mau membantu menangani kasus Arka bakal kembali nanti malam. Jadi kita makan malam di luar."

Day To Day  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang