8. Gibahnya cowok

9.2K 686 22
                                    

DEMI APA BANYAK YG VOTE GUWAHAHAHAHHAHAHAA SENENG BANGETTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT

BTW INI WATTPADNYA YANG EROR GA SIH SOALNYA VOTENYA NAIK ATAU INI MIMPI AAAAAAA

MAKASIH BANYAKKKKK LOHHH ꒰⑅ᵕ༚ᵕ꒱˖♡

YAUDAH SELAMAT MEMBACAA

---

Sudah sebulan lebih 3 hari berlalu, Qira dan Farel sudah lumayan saling mengenal dan tahu kebiasaan masing-masing. Mereka berdua juga tidak mempermasalahkan hal kecil itu, terlebih lagi Farel. Ia sangat suka cara kerja Qira dan.. wajahnya.

Kembali lagi kepada Qira.

Perempuan itu sibuk mencuci alat makan dan beberapa alat masak yang kotor di wastafel dan bergelut dengan pikirannya sendiri. Banyak yang harus ia kerjakan siang ini mulai dari menyapu halaman belakang sampai mencuci bed cover yang sudah sangat berdebu karena terlalu lama disimpan di gudang.

Tadi ia menerima pesan dari ibu Tyana agar sekalian mencuci bed cover tersebut untuk kamar Qira sendiri, Qira juga belum punya selimut untuk tidurnya walau ia tak terbiasa tidur menggunakan selimut.

Lama berkutat hingga ia tidak sadar jika Farel sedari tadi sudah memanggilnya. Perasaannya tidak enak, apa Farel dan teman-temannya yang datang tadi berniat untuk menunda-nunda pekerjaan Qira? Bercanda.

Buru-buru Qira mencuci tangannya yang penuh oleh busa sabun cuci piring dan berlari menuju kamar Farel tanpa berniat untuk mengeringkan tangannya terlebih dahulu.

---

Awalnya Farel tidak berniat mengundang kedua sohibnya datang kesini, tapi duo racun itu sangat ngebet sampai mengancam akan memberitakan alasan Farel keluar dari sekolahnya yang sebelumnya. Bukan apa-apa, Farel hanya merasa malu dilihat oleh orang yang ia kenal dengan kondisi yang mengenaskan ini.

Sudah hampir satu jam mereka terus duduk diatas karpet berbulu yang ada di dalam kamar Farel, benar-benar betah sampai-sampai bantal dan guling berserakan disana.

Tak masalah, ada Qira 'kan? Tugasnya melayaninya selama Farel dalam masa pemulihan.

Tadi Farel juga sempat meminta Qira untuk membelikan cemilan dan minuman di minimarket dengan dua lembar uang merah dan harus lenyap tanpa kembalian. Tapi sampai sekarang gadis itu belum kembali, yah, mungkin beberapa menit lagi.

Mau dihubungi juga tidak bisa, Farel tidak memiliki nomor telepon Qira.

Tok tok tok

"Permisi, ini barang yang tadi diminta."

Datang juga.

"Ambilin dong." Farel menatap kedua temannya.

Zafran beranjak dari rebahannya untuk membukakan pintu, di depannya sudah ada Qira, mantan murid beasiswa di SMA Jupiter. Baru beberapa bulan yang lalu lulus, sih.

"Thank's." Ujarnya sembari tersenyum, Qira hanya mengangguk. "Eh tunggu, lo Qira anak beasiswa itu bukan sih?"

Qira menolehkan kepalanya, sedikit sakit hati dengan sebutan yang sering ditujukan padanya tapi mau bagaimana lagi. Ia mengangguk untuk kedua kalinya.

Day To Day  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang