22. Galau Berat

6.1K 463 10
                                    

---

Tyana memandang Farel yang sedari tadi fokus pada play station di depan televisi, terlebih pada wajah Farel yang selalu di tekuk judes.

Ia menghampiri putranya, ikut duduk di sebelah Farel.

"Farel," panggil lembut Gyana.

"Apa?" Balas Farel datar, gerakan tangannya semakin kasar dan stick game nya yang menjadi pelampiasan.

"Bunda tau semuanya." Tyana berujar membuat Farel sedikit menoleh penasaran, tapi rasa gengsi masih menyelimuti membuatnya harus tetap fokus pada gamenya.

"Maksud?" Tanya Farel tak paham.

"Bunda tau sejak kapan kamu dekat dengan perempuan yang bernama Calista kemarin, dan.. " Tyana menggantung ucapannya, membuat rasa penasaran Farel semakin membuncah.

"Dan apa?" Farel bertanya lagi dengan tidak sabar.

"Dan sejak kapan kamu mulai menyukai Qira."

Farel tersedak air liurnya sendiri, apa maksud bundanya? Otaknya mendadak tidak berfungsi. Ia menyukai perawatnya? Mana mungkin.

"Farel ga pernah suka sama Qira," Elaknya, kembali bermain game.

"Oh. Kamu tau? Kemarin Qira dekat dengan lelaki sepantaran kamu, bunda gatau dia siapa. Tapi dari cara mereka bicara dan kedekatannya, kayaknya udah kenal cukup lama." Jelas Tyana, tentunya memanas-manasi hati Farel.

Lelaki itu tahu siapa yang bundanya bicarakan, jelas itu Angga. Qira sendiri sudah bercerita kemarin, Farel tidak mungkin juga cemburu pada temannya sendiri.

Lagipula, kenapa harus Qira yang membuatnya merasa cemburu pada Angga?

Farel yang mendengarnya hanya mendelik tak suka, ia tidak membalas perkataan bundanya dan memilih pergi menuju dengan menggunakan tongkat bantu jalan miliknya.

Tyana yang melihat itu hanya tersenyum geli, melihat tingkah anaknya yang tsundere alias tidak mau mengakui perasaannya sendiri. Sama seperti almarhum suaminya dulu ketika masih menginjakkan kaki di dunia ini.

"Ayah, sifatmu menurun sama anakmu." Gumam Ibu Tyana sambil tersenyum tipis, ia tertawa kecil diakhir sebelum akhirnya mematikan televisi yang sedari tadi masih menyala.

Pasti mood Farel menurun sekarang.

---

Kini Farel sendiri di kamarnya, dengan suasana hening dan ruangan yang gelap karena gordennya ia tutup begitu rapat.

Farel benar-benar tidak suka jika ada orang yang ikut campur dalam kisah asmaranya, kecuali kalau Farel yang membawa mereka masuk.

Ia termenung dan mengambil earphone Hitam miliknya yang sudah tersambung dengan ponsel, diputarlah lagu Heather yang dinyanyikan oleh Conan Gray pada tahun 2020.

Ia memejamkan matanya, mencoba menikmati lagu yang cukup ia sukai sejak lama itu. Sebelum akhirnya nada dering panggilan mengganggu ketenangannya, ia memejamkan matanya untuk meredam emosi.

Siapa yang berani memanggilnya di tengah dirinya sedang bimbang dan galau?

Ia menatap layar ponselnya yang menunjukkan kontak "Andi dan Zafran" dalam satu panggilan, Farel langsung membuang kasar nafasnya. Duo curut itu memang senang sekali jika membuat dirinya merasa terganggu.

"Apa anjing?" Tanyanya ketus ketika telepon itu sudah diangkat.

"Apanya yang apa?" Tanya mereka berdua serentak dengan polosnya.

"Jancok." Ucap Farel pelan tapi dibalik nada suaranya itu terdapat kemarahan yang setara dengan villain di anime.

Hening beberapa detik karena lagu tidak kembali terputar otomatis. Farel melirik sekali lagi telepon tadi, Andi dan Zafran masih di dalam telepon. Ia memutuskan untuk masuk ke dalam panggilan itu, lagi.

"Lu kenapa dah, Rel?" Tanya Andi heran sedari tadi mendengar suara kesal dari Farel.

"Gue galau banget, bangsat!"

"Tenang dulu, lo galau kenapa? Gara-gara apa?" Zafran mencoba membuat Farel agar tidak terlalu termakan perasaan.

"Tau nih, ga jelas banget Farel taik!" Andi ikut menimpali.

"Cok!"

"Apaan sih?!" Mereka berdua lama-lama kesal sendiri.

"Kalau gue naksir cewe, gimana ya?"

Keduanya mendadak terdiam beberapa detik, mencoba memahami apa maksud dari pertanyaan Farel yang cukup ambigu.

"Ya gak gimana-gimana." Balas Zafran.

"Betul tuh, ya kali lo naksir gue sama Zafran! Kan aneh."

"Gak gitu masuk gue asu!" Makinya kesal. "Cewe yang gue suka gitu, aneh gak ya?"

"Kenapa aneh? Lo suka siapa? Calista?" Tebak Andi asal, padahal sudah jelas masalah Farel dengan Calista selesai kemarin.

"Najis gue, geli banget." Balasan Farel sontak membuat mereka berdua tertawa.

"Qira ya, Rel?" Tanya Zafran memastikan. "Kemarin Qira juga keliatannya suka sama lo, dia agak gimana gitu pas lo ngobrol sama Calista."

"Masa sih?"

"Qira bukan?" Tanya Zafran lagi butuh kepastian.

"Gimana ya.. " bimbang Farel terus menerus.

"Halah sok sokan gimana! Padahal Qira lo masukin ke sorotan, mana tuh cewe tau lagi kalo lo masukin dia ke story." Andi menimpali lalu diakhiri tawa lepas.

"Jancok, malu banget gue."

"Lo kalo suka Qira, deketin dong, jangan sampe gue embat duluan." Ujar Andi asal membuat Zafran tertawa tapi tidak dengan Farel yang memasang raut kesalnya.

"Bukannya lo udah ada cewek?" Zafran mencoba menenangkan keadaan, hawanya tak enak walau mereka berada di rumah masing-masing.

"Oh iya. Ya udah kalo Farel ga gercep, lo embat aja Zaf."

"Najis lo berdua, dipikir gue cowok apaan ga berani deketin."

"Dari jaman Majapahit juga kita tau kali lo gengsian asu, apa-apa harus kita yang bantuin."

"Udah tugas temen itu, saling membantu. Lo juga kan malu-malu anjing kalo dideketin cewe."

"Hehe soalnya gue emang dasarnya pemalu, ya mau gimana lagi."

"Bangsat!" Maki Zafran mendengar suara Andi yang menjijikan. "Eh btw kalo gue ke rumah lo boleh ga, Rel?"

"Ajak gue lah cok!"

"Boleh, tapi malem aja ya, lo berdua bawa baju."

"Siap!" Sahut mereka serentak.

"Makanan aja siapin segudang."

"Eh tapi," Farel menggantung ucapannya.

"Tapi apa?"

"Jangan berisik ya, ada bayi."

Tut!

Farel segera mematikan sambungan telepon itu sebelum mendengar suara kencang dari dua orang aneh itu ketika mendengar pernyataan Farel tadi, ia tak mau jika suara Andi dan Zafran terdengar hingga kamar sebelahnya yang terdapat bayi yang sedang tertidur.

Ia tidak tahu Qira sekarang ada dimana, maka dari itu ia tidak mau membuat bayi itu menangis. Yang jelas, Qira dan bundanya tadi sedang menghadiri acara berbagi sarapan di kelurahan.

Tyana tadi sempat pulang dan berbincang dengannya, tapi ia tidak tahu dengan Qira dan mencoba tidak peduli walau dirinya begitu penasaran.

Day To Day  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang