Breathe Pt. 2

322 28 0
                                    

Jennie tertidur menggenggam tangan Ibunya yang habis diberi obat karena kesakitan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jennie tertidur menggenggam tangan Ibunya yang habis diberi obat karena kesakitan. Jennie mendapatkan izin untuk menemani Ibunya seperti saran dokter. Jennie sendirian menemani Ibunya, Lisa baru saja izin pulang untuk menemani sepupunya, sedangkan Mino dan sahabat-sahabatnya yang lain ada syuting.

Jennie terbangun dan berusaha melepaskan tangannya tanpa membangunkan Ibunya. Dengan lemas ia berjalan keluar ruangan dan berjalan terus tak berarah.

Matanya sudah terlalu lelah untuk menangis, ia tidak pernah sesedih ini. Ia mengingat bagaimana Ibunya berjuang membesarkannya sendirian di umur yang sangat muda karena Ibunya memilikinya sebelum menikah. Ibunya diusir oleh keluarga dan harus berjuang sendirian membesarkannya.

Ia berjalan terhuyung-huyung menuju luar rumah sakit. Nafasnya terasa berat entah kenapa, apa karena ia belum makan sejak kemarin? Nafsu makannya berkurang banyak karena melihat betapa kesakitannya Ibunya.

 Nafasnya terasa berat entah kenapa, apa karena ia belum makan sejak kemarin? Nafsu makannya berkurang banyak karena melihat betapa kesakitannya Ibunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jennie berhenti berjalan ketika handphonenya berbunyi, ia melihatnya dan melihat nama Mino disana.

"Yaaa?"ucap Jennie tak bersemangat.

"Kau dimana? Ku tunggu di kantin RS ya. Cari aja yang paling ganteng."ucap Mino lalu mematikan teleponnya. Jennie menghela nafasnya dan ngedumel namun tetap melangkahkan kakinya menuju kantin RS.

Mata Jennie melihat dari ujung ke ujung mencari Mino, sampai matanya melihat seorang laki-laki dengan topi dan masker duduk di pojokkan tertutup pajangan tanaman. Jennie tertawa sedikit lalu menghampirinya.

"Oppa... kenapa sembunyi? Kan sepi."ucap Jennie tertawa lalu duduk dihadapan Mino yang sedang mengaduk jjajangmyeon.

"Ya... ketampananku mencolok sekali tau?"balas Mino sambil memberikan semangkuk jjajangmyeon yang telah diaduk kepada Jennie. Jennie tersenyum.

"Gomawo."ucap Jennie dan mulai memakan jjajangmyeonnya.

"Kau jadi kurus sekali. Kau harus makan, ah kenapa menyebalkan sekali sepeti memiliki 2 adik perempuan."omel Mino tak berhenti.

"Aish... jinjja. Oppa, berhentilah ngedumel, kau sudah tua makin tua nanti."ejek Jennie sambil tertawa.

"Nde, mianhae. Ppalli mogo."ucap Mino senang. Ia senang bisa melihat Jennie tesenyum. Mata Jennie yang membengkak karena terus menangis membuatnya khawatir.

Setelah selesai makan Mino berjalan bersama Jennie menuju kamar Ibunya. Mino ingin sekali menggandeng tangan itu tapi ia terlalu gengsi. Namun tak bisa dipungkiri hatinya terus menerus berdegup kencang saat bersama Jennie.

***

Jennie berjalan menuju parkiran rumah sakit. Kai menghubunginya dan mengajaknya bicara 4 mata. Sejujurnya ia malas tapi ia tidak tega melakukan itu terhadap Kai.

Jennie melihat Kai berdiri dengan pakaian serba hitam dan menggunakan masker untuk menutupi wajahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jennie melihat Kai berdiri dengan pakaian serba hitam dan menggunakan masker untuk menutupi wajahnya. Jennie menghampirinya berusaha ramah.

"Annyeong."sapa Jennie.

"Annyeong. Ngobrol didalem mobil ya?"pinta Kai. Jennie mengangguk dan masuk kedalam mobil Kai. Kini dimobil hanya ada mereka berdua dan suasana menjadi canggung.

"Wae?"tanya Jennie singkat. Kai melepas maskernya dan mulai berbicara.

"Jennie, Oppa jinjja mianhae."ucap Kai. Jennie menghela nafas panjang berusaha menenangkan dirinya.

"Kenapa Oppa selingkuh?"tanya Jennie pada Kai.

"Oppa tau kamu masih ingat Mino dari awal kita dekat. Dan setiap aku menyadari hal tersebut, aku jadi membenci fakta bahwa kamu tidak mencintaiku."jelas Kai menahan tangisnya. Bibir Jennie bergetar dan ia sungguh benci alasan macam itu.

"Oppa... Mino Oppa adalah cinta pertamaku. Sampai kapanpun cinta pertama adalah hal yang tidak akan bisa kuubah. Saat kita bersama, aku sungguh mencintai Oppa dengan seluruh hatiku."ucap Jennie dengan suaranya yang bergetar.

"Jennie-ya, tidak bisakah kita memulai lagi semuanya? Oppa gak bisa kalau gak ada kamu."ujar Kai mengeluarkan air matanya.

"Apa Oppa bisa hidup dengan orang yang mengkhianati Oppa?"tanya Jennie. Kai menoleh kearah Jennie dan pecah dalam tangisnya. "Aku sangat mencintai Oppa sampai semua ucapan orang lain tidak pernah ku dengar, tapi ternyata memang Oppa begitu. Lucu ya? Haha hidup ini begitu lucu."tambah Jennie sambil tertawa miris.

"Jennie-ya, mianhae."ucap Kai lagi dengan tangannya yang gemetar. Kai meluapkan emosinya dengan memukul-mukul setir.

 Kai meluapkan emosinya dengan memukul-mukul setir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku sudah memaafkan Oppa. Tapi kita gak akan bisa kayak dulu. Sekarang pulanglah. Aku harus menjaga Ibuku."ucap Jennie seraya keluar dari mobil dan berjalan masuk dengan air mata mengalir diwajahnya.

'We've been in fire
Went down in the flames
We sailed the ocean
And drowned in the waves
Built a cathedral
But we never prayed
We had it all, yeah
And we walked away
Point of no return and now
It's just too late to turn around
I try to forgive you
But I struggle 'cause I don't know how
We built it up so high and now I'm fallin'
It's a long way down
It's a long way down, from here'
One Direction - Long Way Down

WAY BACK INTO LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang