SPARK - Part 4 | Offers

104 25 22
                                    

" ... teruslah di sisi Vhi sampai kapan pun."

Jemari lentiknya yang tengah melukis objek pemandangan kota London dari balkon rumahnya langsung terhenti. Tatkala lintasan bayangan menerjang benaknya. Padahal karya lukis yang ia tuai itu hampir saja selesai. Apalagi saat kuas itu lantas berada di palet, membuat sang pelukis mengambil segelas cokelat yang sudah dingin di samping palet berniat menghilang kegundahan yang datang.

Ia tidak bisa tenang. Apa yang menjadi pesan ibu mertuanya telah tersimpan rapat di dalam sana, bahkan sulit untuk mengeluarkannya.

"Mommy seperti menyembunyikan sesuatu. Hm, seperti jika suatu saat nanti aku dan Vhi menjadi kubu yang tidak bisa disatukan," gumamnya lantas menyesap minuman itu kemudian beralih menatap lukisannya.

Cuaca malam ini sangat dingin, dan bahkan, terasa hingga permukaan kulit. Padahal ia mengenakan pakaian rajut dengan air conditioner yang ia kontrol untuk  menghangatkan ruangan. Namun sepertinya itu sia-sia saja.

Aileen akhirnya hanya bisa menghela pasrah. Tidak ingin mengambil pusing atas apa yang terjadi---pikirnya lebih baik menyelesaikan lukisan di kanvas ini agar ia bisa memajangnya atau lebih tepatnya mengoleksinya.

Setidaknya itu akan terjadi jika saja ponselnya tidak mengeluarkan suara bising yang membuatnya mengalihkan perhatian, berakhir mengambil dan melihat siapa yang meneleponnya.

Aileen menyipitkan maniknya. "Anne Haltson? tapi kenapa dia meneleponku?"

Ia lantas membiarkan ponselnya itu melekat di telinganya, setelah ia menjawabnya---menunggu sebuah suara menyembul bersamaan dengan angin.

"Aileen, aku merindukanmu dan ingin sekali memeluk dirimu."

Aileen sontak tersenyum seraya menaruh gelas itu di atas meja sembari menuntun tungkainya menjauh dari area lukis. "Tidak seperti biasanya, apa kau kesepian? Terus bagaimana dengan Miko? Ah, aku merindukan batita itu,"

Sosok di seberang sana terdengar terkekeh. "Miko baru saja tidur, dan apa kau tanyakan memang benar. Aku kesepian karena suamiku sedang perjalanan bisnis ke New York. Itu terdengar menggelikan tapi mau bagaimana lagi?"

"Makanya kau buat juga! Rumahmu begitu luas seperti museum dan hanya ditempati dua orang saja? Hoh, aku yakin kau tidak betah disana. Apalagi saat kudengar dari Lucy bahwasanya kau baru saja dipecat. Aku sungguh kasihan denganmu, Nyonya Dickson." Lantas Anne tertawa dan membuat Aileen mendelik sebal.

Aileen menaikkan sebelah alisnya. "Apa kau meneleponku hanya ingin mengatakan ini?"

"Tidak juga, tapi apa kukatakan memang benar. Kehadiran sosok anak itu membuat suasana begitu hangat dan menjadi penyemangat tersendiri."

Aileen hanya mengangguk. "Itu memang benar tapi aku belum berpikiran sampai sana. Aku masih ingin mengenal lebih analitis suamiku sendiri. Apalagi kita memang belum pernah membahas masalah ini. Aku dan dia sepakat untuk membuatnya mengalir saja. Takdir tidak ada yang tahu, bukan?"

Sosok seberang sana terdengar menghela napas. Aileen tidak dapat mendefiniskannya, sehingga ia tersenyum saja.

"True! dan itu terjadi padaku sekarang. Oh god! Miko masih sangat kecil."

Mendengarnya, Aileen sempat mengolah pikirannya akan maksud Anne hingga dimana ia mengambil satu kesimpulan bahwa Anne sedang hamil anak kedua.

"Hamil anak kedua? Oke, berapa usia kandunganmu?"

"Empat jalan lima bulan."

"Kau tidak pernah cerita. Padahal dua minggu lalu kita mengadakan perayaan atas jabatan baru Lucy di perusahaannya."

"Aileen, ini benar di luar dugaan. Aku dan Martin tidak tahu jika takdir akan seperti ini tapi aku menikmatinya. Sama seperti saat Miko masih dalam kandunganku dan setelah pertemuan itu, aku baru saja berkonsultasi dengan dokter. Maafkan aku, tapi sekarang kau sudah tahu'kan."

Alien hanya berdeham. Itu berita bahagia dimana ia akan menjadi aunty lagi setelah kehadiran Miko. "Tidak perlu berkata seperti itu. Aku bahagia melihat sahabatku bahagia. Jadi, kapan-kapan aku akan mengunjungimu. Bagaimana?"

"Good! kita berkabar saja dan nanti kita lanjut lagi. I'm on the toilet," ucapnya sembari tertawa dan panggilan itu terputus. Bahkan sebelum dirinya mengeluarkan lisan.

Sialan emang.

*****

Kali ini, apa yang lebih menggembirakan lagi saat karya jemarinya kemarin malam di beli oleh salah satu kolektor saat ia memposting potret lukisannya di media massa?

Aileen tentu sangat bahagia, tetapi ia sama sekali tidak memiliki  niat untuk menjualnya. Bukan tanpa alasan pasti! ia hanya suka memerhatikan setiap seni yang ia pulas di ruangan khususnya dengan mengaplikasikan komposisi banyak warna.

Ia bukanlah seorang seniman layaknya Leonardo da Vinci dengan karya seninya yang mendunia seperti Jamuan Terakhir dan Mona Lisa. Bahkan bukan Pablo Picasso yang terkenal dengan lukisan abstraknya yaitu Guernica. Namun setiap gambar yang dipoles oleh seorang seniman, memiliki makna dimana menggambarkan perasaan maupun diri seorang pelukis dan apa yang Aileen lukis, memiliki arti tersendiri saat ia merenung menatapi indahnya kota London.

Awalnya ia enggan, tapi entah hasrat darimana ia akhirnya menerima penawaran tersebut dengan catatan, lukisan itu tetap menjadi hak ciptanya. Apalagi saat kolektor itu mengatakan akan memajang lukisannya di Galeri seni miliknya yang berada di Manchester. Galeri seni kontemporer yang cukup terkenal.

Sederhana seperti itu dan kenyataannya tidak sesuai dengan apa yang ia ekspektasikan dimana ia akan memajangnya untuk kepribadian semata.

Alur kehidupan memang susah ditebak. Bahkan saat rembulan mengganti posisi mentari dimana membuat ia menyaksikan sorot cahaya dari layar laptop.

Mencoba mencari referensi atau kesibukan walau apa yang dilakukannya tidak juga membuahkan hasil.

"Huft, kau harus memikirkan satu hal agar tidak menyedihkan seperti ini, Aileen," ujarnya sembari menatap layar laptop yang menampilkan pesan surel.

Ia sudah jenuh. Baru beberapa hari menjadi seorang pengangguran ternyata begitu menyedihkan. Tidak ada yang bisa dilakukan yang dapat memuaskan hati. Terlebih lagi, orang-orang sekitarnya memiliki kesibukan yang membuatnya seorang diri.

Ya, termasuk suaminya sendiri yang bahkan petang tadi mengirim pesan suara dimana ia yang katanya akan lembur dan bisa saja menginap di perusahaan.

Aileen lantas mencoba menghapus semua kekesalan yang ada. Menggulir setiap pesan surel yang belum sempat ia baca dan balas. Hingga terdapat satu pesan yang membuatnya mengerut bingung.

Sebuah penawaran!

"Dengan terhormat, Mrs. Aileen Dickson. Anda mendapatkan penawaran bekerja di Luvetaria Corp, sebuah perusahaan yang masih sangat baru dimana kami menawarkan anda menjadi bagian dari web desaigner kami. Kami sangat berharap anda menerima tawaran ini dan membalas surel kami ..."

Aileen seketika terdiam. Apa ia harus menerimanya?

Tbc.

Aku masih belajar, jadi mohon maaf kalau cerita gimana-gitu😅

SPARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang